Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 : Boneka Salju
Pagi setelah pengakuan dan keintiman yang menyembuhkan, Shannonbridge diselimuti salju segar yang tebal dan murni. Salju itu tampak seperti lapisan baru di atas desa, menghapus jejak kekerasan Cillian dan membungkus pondok Fionn dalam keheningan yang lembut.
Elara dan Fionn terbangun dengan perasaan damai yang mendalam. Trauma semalam masih ada, tetapi sekarang telah diubah menjadi fondasi yang lebih kuat, dimeteraikan oleh janji dan cinta.
“Menurut Gantt Chart daruratku, hari ini adalah Hari Pemulihan Penuh,” kata Elara, muncul dari kamar mandi dengan sweter wol tebal dan wajah yang merona.
Fionn sedang membuat kopi. Dia menyeringai. “Aku sudah memeriksa ramalan cuaca. Hari ini adalah Integritas Kegembiraan Maksimal. Dan, kita punya tugas yang menuntut kerja sama tim yang Tepatdan kekacauan yang diperlukan.”
“Tugas apa?” tanya Elara.
Fionn menunjuk ke luar jendela, di mana salju menumpuk tinggi, tak tersentuh. “Kita akan membangun Manusia Salju Fondasi Kuat. Kita perlu melihat apakah Rencana kekacauan yang Terencana kita bisa bekerja di luar ruangan, di suhu beku.”
Elara mengerutkan kening, tetapi matanya berbinar. “Manusia salju? Kedengarannya sangat tidak efisien, Fionn.”
“Itu adalah seni, Elara. Kau harus merangkul seni yang tidak bisa dihitung. Dan ini adalah tugas yang murni. Tidak ada deadline, tidak ada stakeholder yang mengancam reputasi, hanya kegembiraan yang sederhana.”
Mereka keluar, mengenakan jaket terberat mereka. Udara sangat dingin, tetapi segar dan bersemangat.
“Baiklah, Fionn,” Elara mengambil napas dalam-dalam. “Jika kita akan membangun snowman, kita harus memulai dengan Fondasi yang Kokoh. Bola salju dasar harus memiliki diameter minimal satu meter, dan kepadatan yang seragam untuk mencegah keruntuhan struktural.”
Elara mulai meremas salju dengan tangan bersarung tangan, mencoba membentuk bola yang sempurna secara geometris.
Fionn tertawa, lalu mengambil segenggam salju dan melemparkannya lembut ke punggung Elara. “Kesalahan Logika, Nona Perencana! Salju tidak suka diatur! Kau harus membiarkannya memilih bentuknya sendiri!”
“Itu adalah penyimpangan dari desain, Fionn!” seru Elara, membalas dengan lemparan salju yang lebih terarah ke bahu Fionn.
Pertarungan salju kecil itu segera mengubah suasana menjadi ringan dan menyenangkan.
“Baiklah, baiklah!” Elara menyerah, tertawa terbahak-bahak saat Fionn menaburkan serpihan salju di rambutnya. “Aku akan mengambil pendekatan Pencampuran kekacauan yang Efisien.”
Mereka mulai bekerja sama. Fionn, dengan kekuatan fisiknya, menggulung bola dasar yang besar—tidak sempurna, tetapi kokoh.
“Ini adalah Bola Dasar Fionn. Kekuatannya tidak terukur, tetapi keandalannya tinggi. Ini melambangkan jiwaku,” kata Fionn, bangga.
Elara kemudian mengambil alih. Dengan ketelitiannya, dia merapikan bagian atas bola salju itu, memastikan permukaannya rata sempurna untuk menopang beban selanjutnya.
“Dan ini adalah Perataan Permukaan Elara. Memastikan tidak ada kekacauan yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan struktural di masa depan. Ini melambangkan Gantt Chartku,” balas Elara, tersenyum.
Saat mereka membangun bola kedua dan ketiga, dialog mereka menjadi semakin menggemaskan, mencerminkan keseimbangan yang baru mereka temukan.
“Bola kedua harus mewakili Kepala Proyek. Harus terlihat cerdas, tetapi tidak terlalu besar sehingga menimbulkan tekanan lateral pada fondasi,” Elara menginstruksikan.
“Kepala Proyek harus memiliki sedikit kegilaan agar proyeknya sukses! Lihat!” Fionn sengaja menggulirkan bola kedua yang sedikit terlalu besar dan miring.
“Fionn! Itu akan runtuh! Aku sudah menghitung jumlah gesekan statis-nya. Kita harus menopangnya!” Elara panik, tetapi tawa Fionn membuatnya menyerah pada ketegasan.
Mereka harus bekerja bersama untuk mengangkat bola yang berat dan miring itu ke atas. Ketika bola itu akhirnya terpasang dengan sedikit goyah, mereka berdua terengah-engah dan tertawa.
“Itu adalah Kemenangan Tim yang Tidak Efisien, tetapi berhasil!” kata Fionn, memeluk Elara erat-erat untuk menghangatkan diri.
“Ya. Meskipun ada penyimpangan signifikan dari desain awal, Integritas pemasangan berhasil dicapai,” Elara membalas, menikmati pelukan itu.
Kini saatnya mendekorasi. Fionn berlari ke pondok dan kembali dengan sekeranjang penuh barang acak—persis kekacauan yang ia cintai.
“Kita butuh ornamen yang mencerminkan jiwa Shannonbridge,” kata Fionn.
Fionn mengambil dua buah batu bara kecil untuk mata, dan wortel bengkok yang aneh untuk hidungnya.
“Hidung harus lurus dan runcing untuk daya tarik visual yang efisien,” protes Elara.
“Tidak, Elara. Hidung yang bengkok ini memiliki karakter. Itu adalah kekacauan kecil yang membuatnya unik, seperti aku,” Fionn menancapkan wortel itu dengan bangga.
Lalu, Fionn mengambil dua ranting pohon kecil untuk lengan. Elara melihat ranting-ranting itu dan mendapat ide.
“Tunggu! Berikan padaku!”
Elara mengambil ranting pertama dan menancapkannya ke Manusia Salju dengan posisi lurus dan horizontal, seolah-olah sedang memegang papan ketik.
“Ini adalah Lengan Perencana Elara. Selalu siap untuk mencatat meeting minutes,” kata Elara.
Fionn tersenyum, lalu menancapkan ranting kedua dengan posisi melengkung, seolah-olah sedang menari atau menawarkan pelukan.
“Dan ini adalah Lengan kekacauan Fionn. Selalu siap untuk menawarkan pelukan hangat, meskipun tidak terencana,” kata Fionn.
Mereka berdua tertawa, melihat mahakarya mereka—Manusia Salju yang miring, memiliki hidung bengkok, tetapi memiliki dua lengan yang melambangkan keseimbangan antara struktur dan kegembiraan mereka.
Setelah selesai, mereka berdiri mundur, mengagumi kreasi mereka di bawah sinar matahari musim dingin yang bersinar.
“Dia tidak sempurna, Elara. Tapi dia milik kita,” kata Fionn, suaranya dipenuhi emosi.
Elara menyentuh lengan Fionn, matanya berkaca-kaca. “Dia sempurna, Fionn. Dia adalah Rencana C kita. Fondasinya kuat, tetapi dia memiliki cukup kekacauan untuk membuatnya hidup dan bahagia.”
Elara tiba-tiba meraih syal rajutan Moira dan melilitkannya di leher Manusia Salju itu. “Dia membutuhkan kehangatan yang konsisten juga.”
“Kau tahu, Elara,” kata Fionn, meraih tangan Elara dan memutarnya hingga mereka berhadapan. “Aku tidak lagi takut pada ambisimu. Dan kau tidak lagi takut pada kekacauan ku. Kita punya ini. Kita punya fondasi.”
Fionn menunjuk ke wajahnya yang memar. “Kau melihat luka ini. Aku melihat bukti bahwa aku berjuang untukmu. Dan kau melihat keintiman semalam. Aku melihat kepercayaan mutlak yang kau berikan padaku.”
“Aku mencintaimu, Fionn Gallagher. Terima kasih telah menunjukkan padaku bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada deadline,” Elara berbisik.
“Aku mencintaimu, Elara O’Connell. Terima kasih telah menunjukkan padaku cara membangun sesuatu yang besar yang tidak akan menghancurkan jiwaku.”
Di bawah sinar matahari yang dingin, di samping Manusia Salju mereka yang miring dan penuh karakter, Fionn mencium Elara. Ciuman itu adalah janji, murni, dan penuh kehangatan, sehangat cider Natal, dan sekuat fondasi yang baru mereka bangun bersama. Mereka tidak lagi takut pada masa lalu atau masa depan. Mereka hanya memiliki satu sama lain, dan Rencana kekacauan yang Terencana yang baru dimulai.