Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin dekat
Cup...
Satu keucupan mendarat di bibir Arsen. Hanya sekilas bahkan tidak ada satu detik namun mampu membuat Arsen terpaku.
"Itulah yang dimaksud dengan tipu daya tuan Arsen!"
Arsen langsung menoleh ke arah Karin karena dia sadar kalau Rose sengaja menciumnya untuk menyakiti Karin.
Benar saja, Karin langsung melengos dan pergi dari tempatnya. Wanita yang ia cintai itu terlihat berjalan menunduk sembari mengusap wajahnya yang Arsen yakin sudah berlinang air mata.
"Kau!" Arsen menatap Rose dengan tajam.
"Kenapa? Sana kejar kekasihmu itu! Pasti dia sangat sedih sekarang ini!"
Arsen hanya bisa menahan amarahnya dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Ayo Boy!"
"Came on Honey!" Boy menatap Arsen seperti apa yang Rose lakukan, yaitu dengan tatapan mengejek. Mereka berdua memang cocok sebagai atasan dan sekretaris.
"Wanita s*alan!" Andai saja Rose tidak memiliki sebuah rahasia besar yang ia ketahui, Arsen pasti tidak akan terlibat pergolakan batin seperti saat ini.
Arsen adalah pria yang memiliki rasa empati yang begitu besar. Jadi walaupun dia tidak mencintai Rose, dan setelah mengetahui semuanya ada rasa iba di dalam hatinya.
Terlebih dengan status Rose yang saat ini menjadi istrinya, pastilah batin Arsen berperang dengan otaknya.
Dari dulu Arsen mengenal Rose sebagai wanita yang keras, berhati batu, jahat dan licik. Itu yang membuat Arsen membencinya. Tapi setelah Arsen tau alasan dibalik sikap Rose seperti yang Jaden kemarin katakan, mulai tumbuh empati di dalam hatinya untuk Rose.
Dia ingin membantu Rose sembuh. Entah nanti akhirnya mereka berpisah atu tidak, yang penting Rose sembuh dulu.
"Tampaknya kalian sudah begitu dekat. Aku senang kalau kau sudah mulai membuka hati untuk Kakaku"
"Ck" Arsen berdecak setelah menerima pesan yang Karin kirimkan kepadanya. Dia bingung harus berbuat apa saat ini. Dia berada dalam pilihan yang berat. Antara mantan kekasih yang ia cintai atau istri yang terus akhir-akhir ini terus membuat hari-harinya tidak tenang.
🌺🌺🌺
Seperti janjinya tadi siang, Arsen benar-benar menjemput Rose ke kantornya karena tadi pagi mereka berangkat berdua.
Sebenarnya kalau dilihat, mereka bukan seperti suami istri pada umumnya. Nyatanya, kedua orang itu sama-sama diam saat di dalam mobil. Tidak ada yang memulai bicara sama sekali karena Arsen fokus menatap jalanan di depannya sedangkan Rose terus saja melihat ponsel yang entah apa isinya.
"Masih bisa jalan atau tidak?" Tanya Arsen ketika mereka sampai di depan mansion.
"Kau menyindirku?"
"Tidak, aku hanya bertanya. Siapa tau kau butuh bantuan ku lagi untuk menyakiti perasaan Karin!"
"Oh, ternyata kau masih sangat peduli dengan perasaan anak haram itu ya?"
"Kau boleh berbuat sesuka hatimu, tapi tolong jangan sebut dia anak haram lagi!" Arsen meminta pada Rose sepeti orang yang telah putus asa karena omongannya tidak pernah di dengar.
"Kenapa memangnya? Kan memang kenyataannya begitu!" Rose masih seperti biasa yang tak tersentuh dengan permintaan Arsen.
"Terserah kau saja!"
"Ya sudah. Jadi kenapa kau marah? Dasar aneh!" Rose mengedikkan bahunya kemudian turun mendahului Arsen.
Mereka tiba di mansion saat jam makan malam tiba. Tentunya keluarga besar yang beranggotakan banyak orang itu sudah duduk dengan rapi di meja makan.
Rose selalu muak jika berada di posisi seperti ini. Saat ia pulang semua orang selalu menatap ke arahnya dengan tatapan yang ia benci.
"Kalian sudah pulang? Ayo sekalian makan!" Ajak Loe yang tersenyum tipis menatap anak dan menantunya.
"Aku tidak la..." Belum selesai Rose mengeluarkan penolakannya, Arsen sudah lebih dulu menarik tangan Rose untuk duduk di kursinya.
"Apa yang kau lakukan?!" Geram Rose dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Arsen.
"Kita makan dulu!" Arsen juga berbisik. Setelah itu menarik kursi di samping Rose.
Mereka duduk di kursi paling ujung, tempat dimana Rose selalu duduk ketika makan bersama dengan mereka.
"Ayah senang kalau hubungan kalian sudah mulai dekat!" Ucap Leo yang mulai melihat kedekatan Rose dan Arsen.
Hilda yang mendengar itu langsung mengenggam tanga putrinya. Seakan sedang menguatkan putrinya karena kedekatan Rose dan Arsen.
Leo melihat apa yang Hilda lakukan itu, rasa bersalah pun kembali hinggap di dalam dadanya. Dia juga merasa tak tega dengan putri keduanya itu.
"Kami memang mulai menerima pernikahan ini Ayah. Kamu yakin kalau cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, iya kan sayang?" Rose sengaja mendekatkan diri pada bahu Arsen dan menyandarkan kepalanya disana.
Sebuah cubitan yang teras begitu pedih Rose berikan di paha Arsen.
"I-iya Ayah"
"Untung saja Arsen adalah lelaki yang berpendirian dan penuh tanggung jawab. Jadi dia bisa memutuskan untuk memilih jalan yang benar dengan belajar mencintaiku. Dari pada seperti yang Ayah lakukan dulu, terjebak pada cinta masa lalu!"
"Rose!" Tegur Leo karena ucapannya benar-benar mampu menyinggung dirinya dan juga Hilda. Buktinya sekarang Hilda hanya diam menundukkan kepalanya.
"Kenapa Ayah? Aku hanya bicara kenyataan. Aku sama sekali tidak bermaksud apa-apa!" Bagi Rose, Kata-kata katanya tadi adalah sebuah Jackpot karena sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali dia melempar kata tajam itu, Ayahnya dan juga gundik beserta putrinya langsung tersentil.
Arsen saat ini hanya bisa memandang Rose dengan dalam. Tadi saat Rose memanggilnya dengan mesra, Arsen sudah menebak kalau di dalam otak Rose pasti sudah merencanakan sesuatu. Otak licik Rose selalu saja bisa berpikir dengan cepat dan mengambil celah untuk menjatuhkan lawannya.
Rose juga pasti sengaja mengunggulkan dirinya sebagai pria berpendirian dan bertanggung jawab agar suatu saat Rose bisa menjatuhkan dirinya kalau sampai Arsen berbuat seperti yang Leo lakukan.
"Sudah, jangan berdebat lagi. Ayo kita makan!" Pinta Grace.
Rose tak kunjung mengambil makanan meski semuanya sudah mulai menikmati makan malam mereka. Begitupun dengan Arsen yang tampak begitu kepakaran.
"Kenapa hanya diam saja? Ayo makan!" Arsen baru menyadari jika piring Rose masih kosong.
"Memangnya siapa yang mau makan? Tadi kan aku sudah bilang kalau aku tidak mau makan. Kau saja yang memaksa ak...hmmm!"
Rose melotot sampai bola matanya membulat dengan sempurna karena Arsen tiba-tiba saja menyuapkan makanan ke dalam mulut Rose.
"Kalau aku bilang makan ya makan! Kalau tidak mau biar aku yang menyuapimu!"
Apa yang Arsen lakukan itu tentu saja sukses membuat satu hati tergores dengan begitu dalam tanpa Arsen sadari.
belum bisa tenang.. takutnya bakal ada kejadian yg bikin Rose makin terluka lagi. Perebutan tanah, masih was-was tentang ini aku..
Buat Arsen, sehebat apapun badainya nanti, km harus lebih bisa tenangin Rose yaa.. please jangan buat dia makin jatuh terlalu jauh lagi..
kembang kuncup 😃
komunikasinya semakin baik 👍👍👍👍
dan Rose mulai larut
semoga kamu gak mengecewakan seennn
perkebunan yg di inginkan Rose kah?