Dinikahi Musuh Sendiri

Setelah menyetujuinya, Ricard segera turun dari mobil dan diikuti oleh Talia.

Sampainya dalam rumah, Ricard berhenti di ruang tamu. kemudian, ia memutar balikkan badan dengan posisi di hadapan Talia.

"Kamu boleh masuk ke kamar, dan istirahatlah." Ucap Ricard pada Talia.

Karena tidak ada pilihan lainnya, Talia mengiyakan ucapan dari Ricard untuk masuk ke kamar. Sedangkan Ricard sendiri memilih untuk ke ruang kerjanya, lantaran masih banyak yang harus diselidiki dan diselesaikan.

Ricard yang sudah duduk di hadapan layar komputernya, masih terus berpikir untuk memecahkan masalah yang begitu rumit di masa lalunya.

"Siapa sebenarnya yang sudah membu_nuh kedua orang tuanya Talia, kenapa bisa-bisanya kedua orang tuaku yang menjadi sasarannya." Gumamnya sambil berpikir untuk mencari jawabannya.

Kurang lebihnya sepuluh tahun lamanya telah terlewatkan, membuat Ricard sedikit pening untuk mencari jawaban atas kebenarannya di masa lalu.

"Ah ya, aku tahu sekarang, aku harus menyelidiki keluarganya Talia sendiri. Dari situlah, aku dapat menemukan kebenarannya. Kalau kedua orang tuaku adalah pembu_nuh, tidak mungkin rasanya Papa dan Mama orang yang keji. Tapi, siapa dalang dari semua ini? sungguh membuatku penasaran." Gumamnya lagi sambil terus berpikir.

Karena tidak mau larut dalam penyelidikan, Ricard langsung mengerahkan beberapa anak buahnya untuk kembali mengorek masa lalu. Meski sudah begitu lamanya, bagi Ricard harus dituntaskan atas kesalahpahaman.

Tidak mau waktunya terbuang sia-sia, Ricard langsung memanggil salah satu orang kepercayaannya diminta untuk menemuinya.

"Permisi, Tuan." Ucap Ricard yang memang sengaja tidak menutup pintunya.

"Masuklah, cepat." Perintah Ricard tanpa melihat siapa yang datang.

Saat sudah berada di hadapan Tuannya, Ricard baru mendongak.

"Duduk."

"Baik, Tuan." Jawabnya dan segera menarik kursi dan duduk di hadapan Tuannya.

"Kamu akan aku perintahkan untuk menyelidiki keluarga Talia, entah bagaimana caranya. Yang aku tahu, kamu berhasil membawa beritanya. Jika sampai salah jawaban, akan aku potong gaji kamu dan yang lainnya. Ingat, selidiki dengan detail." Ucap Ricard memberi perintah kepada orang kepercayaannya.

"Baik, Tuan. Saya akan lakukan untuk menyelidiki kasus di masa lalu, juga mengenai keluarganya Nona Talia." Jawabnya mengiyakan atas perintah dari Tuannya.

"Bagus, kamu boleh keluar. Ingat, jangan ceroboh." Ucap Ricard yang tak lupa untuk mengingatkan orang kepercayaannya.

"Siap, Tuan." Jawabnya dan segera keluar dari ruangan kerja Tuannya.

Setelah pergi, Ricard kembali mencari informasi kepada yang lain, yakni orang yang sudah di tugaskan untuk menyelidiki kasus di masa lalu.

Sedangkan di tempat lain, Lalita yang masih status istri sahnya Ricard, pikirannya mulai dikuasai akan sosok suaminya.

"Kenapa aku tiba-tiba memikirkannya? dan kenapa juga aku merasa tidak terima jika Ricard akan menikahi perempuan itu? apa ya, aku batalkan saja perceraian dari Ricard, dan aku menyetujui kalau aku siap untuk hamil. Soal Erlan, aku tidak begitu pusing." Gumamnya kembali berpikir mengenai perceraiannya dengan suaminya, sampai-sampai Lalita sendiri lupa jika dirinya sudah ketahuan berselingkuh.

Saat itu juga, Lalita merasa sulit untuk merayu suaminya untuk kembali rujuk. Tapi, disisi lain memang kecerobohannya sendiri.

Lalita menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dengan kedua tangannya yang terlentang.

Lain lagi dengan Talia, perempuan yang seharusnya bahagia atas hubungan pernikahannya dengan lelaki yang dipilihnya untuk menjadi kepala rumah tangga, harus pupus begitu saja.

Sedangkan lelaki yang teramat ia benci, justru tengah mengurus perceraiannya demi menikahinya. Talia benar-benar tidak pernah menyangka jika semua yang terjadi di luar dugaan.

Saat itu juga, ingatannya kembali di masa lalu. Masa mudah yang abu-abu, penuh kenangan indah, tapi justru penuh rasa sakit hati.

Ingatan Talia juga tertuju pada lelaki yang sempat ia kagumi kepribadiannya, siapa lagi kalau bukan Ricard. Lelaki yang pernah menyatakan cinta di sebuah cafe untuk merayakan kelulusan, dan justru tempat itu telah di rubah untuk dijadikan tempat terlarang seperti diskotik.

Talia yang masih mengingatnya begitu jelas saat Ricard mengutarakan perasannya, dan di tolak secara kasar dengan segala hinaan di depan teman-teman yang lainnya, kini harus dipertemukan lagi.

Rasa penat untuk dipikirkan lagi, membuat Talia merasa ngantuk dan memilih untuk beristirahat. Tanpa ia sadari jika pintu kamar belum ia tutup, dan kini sudah tertidur pulas karena tidak mempunyai aktivitas lainnya.

Lupa untuk menutup pintu, rupanya Ricard sudah berdiri di ambang pintu. Pelan-pelan Ricard masuk ke kamar dan duduk di sebelah Talia yang tengah tertidur pulas.

"Kamu tidak pernah berubah, keras kepala dan juga ceroboh dalam menilai seseorang. Kalau kamu bukan Talia, aku sudah melenyapkan kamu." Gumamnya, dan ikut berbaring di sebelah Talia, perempuan yang pernah dicintainya dan juga ia benci.

Rasa kerinduan yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak pernah bertemu, membuat Ricard tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Dengan berani, Ricard memegangi tangan milik Talia.