Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merajuk
"Mmm ... maaf aku kan belum belanja sayang. Bagaimana kalau kita pesan online saja dulu," jawab Luna dengan senyuman yang dia paksakan.
Lucas yang tadinya kesal, namun apa yang Luna katakan ada benarnya juga. Mereka belum belanja kebutuhan sehari-hari di apartemen. Mau tidak mau Lucas pun mengalah dan menuruti saran Luna.
"Baiklah, cepat pesankan makanan untukku," ucap Lucas yang kemudian berlalu meninggalkan kekasihnya itu.
'Cih, begini saja harus aku yang lakukan. Emang kamu nggak punya tangan sama mata buat pesan sendiri.'
Tampak Lucas yang masih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya ketika pesanan makanan sudah tiba. Dan terpaksa Luna yang menyajikan semuanya.
Kedua netra Lucas masih tak lepas dari ponselnya padahal makan malam sudah tersaji di depannya.
"Ayo sayang katanya mau makan," ucap Luna dengan lembut yang sedikit merayu.
Sebelum akhirnya Lucas terpaksa menaruh ponselnya. Kemudian mengambil piring yang ada di hadapannya.
Mereka menikmati makan malam dalam sunyi.
"Mmm ... sayang bolehkah aku minta sesuatu?" tanya Luna hati-hati karena dia tahu bahwa kekasihnya sedang dalam mood yang tidak baik.
"Apa?" tanya Lucas yang masih menikmati makanannya.
"Temani aku shopping dan pergi ke salon," ucap Luna pada akhirnya.
Lucas terdiam sebentar sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya itu.
"Luna aku tak bisa, besok aku masih sibuk dengan pekerjaanku yang kacau. Aku urusi kerjaanku dan kamu urusi saja keperluanmu," jawab Lucas.
Luna membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Luna kembali merutuki Lucas dalam hati.
Makan malam pun mereka lewati dengan hati dan pikirannya masing-masing.
🌷🌷🌷
Disinilah Luna dan Lucas berada, mereka tengah berbaring di atas ranjang yang sama. Luna masih kesal dengan apa yang di katakan Lucas, bagaimana bisa kekasihnya itu mengacuhkannya. Dulu Lucas selalu ada waktu untuk mengantarnya kemanapun dia mau. Tapi sekarang semua telah berubah, bukan seperti Lucas yang dulu. Kini Luna tidur dengan memunggungi Lucas, untuk saat ini dia tak ingin melihat wajah Lucas yang tengah berbaring di sebelahnya.
"Luna kamu marah? Saat ini kerjaan cukup kacau karena ku tinggalkan. Besok baru aku lihat secara langsung. Setelah keadaan membaik, aku akan menemani kamu kemanapun kamu mau," terang Lucas berharap kekasihnya itu mengerti dengan keadaannya sekarang.
Luna sedikitpun tak bergeming, dia terlanjur kesal dengan kekasihnya itu.
"Luna ... please kamu jangan merajuk ya. Aku kan udah bilang setelah kerjaan ku selesai, aku akan temani kemanapun kamu mau."
Sementara Luna mendengarkan seksama apa yang di katakan Lucas padanya. Luna tersenyum lebar sebelum dia membalikkan badannya secara perlahan.
Luna kembali memasang wajah melasnya ketika berhadapan dengan Lucas. Senyum lebarnya seketika sirna, bukan namanya Luna yang tak bisa mengelabuhi Lucas dengan aktingnya bak seperti artis ternama.
"Sayang, maafin aku ya ... maafin aku yang kurang mengerti keadaan kamu," ucap Luna penuh sesal dengan raut wajah melasnya.
"Aku tahu kamu sibuk. Tak apalah aku pergi sendiri, hanya saja ...." Luna menghentikan ucapannya karena ragu, takut Lucas marah padanya. Luna melihat ekspresi Lucas sebelum dia melanjutkan kembali ucapannya.
"Hanya apa sayang? Ayo katakan." Lucas memiringkan tubuhnya memberikan usapan halus pada rambut Luna.
"Aku perlu kendaraan untuk pergi ke salon atau kemana saat kamu tak bisa mengantarku." Akhirnya Luna mengatakan apa yang dia inginkan selama ini. Ya selama ini dia ingin sekali memiliki mobil mewah sebab dulu selama tinggal di keluarga Jocelyn, dia hanya memakai mobil milik Delila. Daddy Nelson sama sekali tak ada niatan membelikan mobil untuk Luna karena di sana sudah berjejer beberapa mobil mewah, dan Luna bebas memakai nya kapan pun. Tapi sepertinya Luna kurang bersyukur dengan apa yang dia dapat, justru dia malah iri dengan apa yang Delila punya.
"Hmm ... baiklah, kamu mau mobil jenis apa?" tanya Lucas.
Di balik wajah melasnya, Luna bersorak gembira. Akhirnya apa yang dia inginkan tercapai.
"Terserah, tapi tentunya mobil yang pantas untuk seorang kekasih Lucas Wiratama. Kamu nggak mau kan kalau aku terlihat tak berkelas?"
"Baiklah, apapun itu aku akan mewujudkannya. Tinggal pilih saja yang kamu mau." Lucas mengiyakan keinginan Luna karena dia tak ingin kekasihnya merajuk kembali.
"Benarkah?" tanya Luna dengan mata yang berbinar.
"Kamu tidak bohong kan sayang?" Luna bertanya kembali untuk memastikan.
"Memangnya aku pernah tidak berkata jujur, hm?" Selama ini aku selalu memberikan apa yang kamu minta, bukan?"
"Besok asistenku akan menemanimu."
"Terimakasih sayang, kamu memang yang terbaik," ucap Luna seraya memberikan kecupan mesra di bibir Lucas dan lelaki itu pun membalasnya dengan suka hati.
🌷🌷🌷
Di sisi lain tampak Delila terbangun ketika hari masih gelap. Dia mendudukkan diri di tepi ranjang untuk sesaat, kemudian berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai dengan ritual paginya, Delila berjalan keluar kamar menuju dapur yang tak jauh dari kamarnya. Menuangkan air putih pada gelas dan membawanya menuju ke kamar Alan.
Sesuai ucapan suaminya, pintu kamar itu tak terkunci. Perlahan Delila masuk ke dalam kamar dan meletakkan gelas di atas nakas.
Delila terdiam untuk beberapa saat dengan sorot mata yang memandang wajah teduh suaminya itu. Dia berpikir bagaimana cara agar bisa membangunkan Alan tanpa membuatnya terkejut. Sebelum akhirnya Delila memutuskan untuk memberikan usapan-usapan lembut di kaki Alan agar lelaki itu terbangun.
"Mmm ... Alan bangun. Sudah jam 5 lebih nanti kamu kesiangan," ucap Delila dengan lembut.
Tak ada tanda-tanda Alan bangun, sepertinya lelaki itu masih asik di alam mimpinya. Sehingga Delila harus mengulang kembali apa yang dia katakan.
Tak berselang lama, Alan membuka matanya dengan perlahan.
"Selamat pagi," sapa Delila sembari tersenyum manis. Kini dia duduk di tepi ranjang dengan memberikan usapan-usapan lembut di kaki suaminya.
"Pagi," jawab Alan dengan suara seraknya.
"Air putihnya ada di atas nakas. Aku turun dulu ya, mau bikin sarapan. aku tunggu di bawah. Jangan lupa solat," ucap Delila sebelum dia berdiri meninggalkan Alan.
"Terimakasih," ucap Alan ketika Delila hampir meraih handle pintu.
Delila menolehkan wajahnya dengan seulas senyum. Kemudian dia berjalan keluar meninggalkan kamar Alan.
Sedangkan Alan langsung meminum air yang telah di sediakan oleh Delila. Semenjak menikah, Delila selalu melakukan hal itu. Meskipun sederhana, entah kenapa Alan begitu menyukainya.
Tepat pukul setengah 7 Alan sudah terlihat rapi. Hari ini ada rapat dengan dewan direksi yang di mulai pukul 8 pagi.
Alan berjalan menuruni anak tangga, lalu berjalan menuju dapur. Dari kejauhan dia melihat Delila yang sedang menyiapkan makanan di atas meja.
"Sarapan dulu," ajak Delila pada suaminya.
Di atas meja telah tersedia sandwich, telur omelette, nugget goreng, dan beberapa sayuran juga segelas jus alpukat yang menggugah selera.
"Mmm ... apa mau yang lain?" tanya Delila ragu.
"Itu sudah cukup, Delila. Terimakasih," jawab Alan sembari mendudukkan tubuhnya di kursi.
"Delila, kamu tak usah maksain diri untuk menyediakan sarapan untukku. Kan sudah ada Bi Nani yang bisa melakukannya."
.
.
.
🌷Bersambung🌷
yah dah di pastikan ini mah novel sering tahan nafas 😁😁😁😁
pantes kalau Lucas sma Luna