NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 28 Babu Senja

Devan menggedor-gedor pintu kamar Senja yang dua jam lalu tidak keluar-keluar. Ia membereskan apartemen Senja namun ia tak sanggup untuk membereskan semuanya. Jika dipikir-pikir Devan tak ada sangkut pautnya dengan apartemen Senja yang berantakan. Makanya ia memutuskan pulang saja.

"Woi buka gak kalau enggak apartemen lo gue bakar!"

"Buka Tornado, anjir lo ya. Gue gak mau jadi babu lo!"

"Buk----aduh hidung gue."

Devan memegang hidungnya yang dipukul menggunakan buku oleh Senja. Memang pantas Devan berikan nama untuk Senja dengan sebutan tornado. Mana suka mukul lagi, Maminya salah kalau menilai Senja baik. 

"Gila lo ya, Sakit tahu!"

"Siapa suruh berisik,"Ucapnya sambil keluar dari pintu kamarnya.

Senja meneliti ruang tamu apartemennya. Lumayan juga cowok ini. Senja rasa akan memanfaatkan laki-laki ini lewat Maminya.

Sebenarnya Senja risih dichat Mulu oleh Lena yang memperkanalkan anaknya seolah-olah anaknya itu tiada dosa. Padahal aslinya Senja tidak menyukai cowok cerewet dan emosian seperti Devan. Bukan tipenya banget.

"Gue mau balik."

"Apartemen gue belum rapi tuh, masih ada yang perlu dirapihin didapur,"

Devan mengepalkan tangannya dan lantas membuang serbet ditangannya. Enak aja main nyuruh-nyuruh memang situ siapa. Devan rasa selain jorok, tukang mukul, cewek ini juga gak tahu malu. Beda sekali dengan Vanyanya.

"Beresin sendiri, emang gue babu lo."

"Oh gitu ya padahal mami lo sendiri yang bilang lo bisa segalanya, eh ternyata bohong."

Devan memutar bola matanya sangat malas. Cewek ini cerdik sekali rupanya. Mau menjadikan Devan babu? Oh Tidak bisa sayang. Devan memang aslinya orangnya suka malas. Apalagi malas menabung.

"Ya lo sendiri percaya gitu aja. Cari sana pembantu, dasar cewek jorok."

"Gue telfon ya mami Lo," Ancamnya namun Devan hanya terkekeh jahat namun tak bohong dirinya juga takut kalau si tornado ini betulan menelfon maminya.

"Telfon aja sana, dah ah gue mau pulang. Malas banget satu ruangan apalagi satu angin disini sama lo."

Senja menggertakkan giginya kesal. Benar-benar laki-laki nyebelin. Awas aja dia bakalan menuntut tanggung jawab karena cowok ini sudah bermain-main padanya.

"Yaudah lo mati aja kalau gak mau satu angin sama gue. "

"Lo aja deh duluan, gue mau raih impian gue punya anak sebelas."

"Banyak amat bang, lo kira kucing satu kali lahiran punya banyak anggota keluarga. Robek dong anu istri lo."

Devan menganga tak percaya mendengar perkataan Senja yang diluar ekspektasinya, padahal dirinya hanya bercanda saja akan tetapi si tornado ini malah percaya.

"Selain jorok lo gak bisa jaga omongan lo. Gak pantas banget sama cowok kayak gue yang suci ini."

Senja berdecih jijik. Percaya diri sekali cowok satu ini. Suci katanya? Dia tidak percaya kalau cowok modelan kayak Devan gak pernah main anuan sama pacarnya. Dari tampangnya saja cowok ini Hyper banget.

"Suci pantatmu, sana deh lo pulang gue gak mau lihat muka lo."

"Ini juga mau pulang, emang sia---- anjing sakit!"

Devan meringis saat ia di tendang oleh Senja. Kekuatannya persis banget laki-laki. Apa jangan-jangan Senja ini melakukan operasi kelamin dan tenggorokan sehingga dia seperti ini.

"Lo laki?!"

"Apasih Lo, sana deh. Sana!"

Buk

Pintu tertutup dan Devan hanya mengerjapkam matanya didepan pintu apartemen Senja yang sudah tertutup rapat. Ia berfikir sepertinya asumsinya tadi itu benar adanya. Senja itu cowok dan ia telah melakukan operasi kelamin dan tenggorokan.

•••

Ada yang aneh pada dirinya ketika Lena mengatakan kata-kata yang menurut Vanya itu hal biasa. Seharusnya dirinya tak berlebihan seperti ini bukan. Ini berlebihan sekali bagi seorang Vanya. Tidak salah kalau Devan akan dijodohkan oleh maminya, toh seorang ibu pasti menginginkan kebahagiaan buat anaknya.

"Gimana Vanya? Kamu setuju kan sayang sama usulan mami?"

"Setuju aja sih mi,"

"Mami tuh sengaja buat mereka dekat. Karena mami tuh senang aja lihat dia. Oh iya kamu harus tahu sayang, dia itu namanya Senja. Anaknya baik, gak neko-neko, terus baik diajak kerja sama."

"Terus-terus mami juga sengaja dekatin mereka berdua. Kayak sekarang ini nih. Kan Senja baru pindahan karena dia baru masuk ngampus. Ya...ada sedikit masalah sih jadi anak ini terlambat masuk kampus. Nah ceritanya nih Devan bantuin Senja beradaptasi disini."

Mengalirlah cerita Lena membuat Vanya rasa-rasanya ingin pergi saja. Entah mengapa setiap perkataan Lena membuat dirinya ingi tutup kuping saja. Vanya jadi penasaran dengan seorang Senja yang katanya masuk dalam kategori tipe menantu idamannya Lena.

"Assalamualaikum Devan pulang!"

"Waalaikumsalam loh kok cepat banget sih Dev?"

"Cepat? Mami mau kalau aku nginap?"

"Gak gitu Dev, harusnya kamu itu bantuin Senja sampai apartemennya rapi."

Devan hanya memutar bola matanya malas. Dirinya lelah sekali berbicara karena energinya habis diapartemen Senja tadi. Melihat wajah Vanya yang diapartemennya membuat lelahnya seperti terbayarkan.

"Devan capek mi, nanti aja deh Devan cerita, Vanya ikut gue ke kamar."

Vanya hanya memasang muka bingung dengan mulut terbuka sedikit. Datang-datang anak ini main suruh-suruh aja.

"Loh mau ngapain?" Tanya Lena terlihat protes.

"Mau buat cucu buat mami."

•••

Vanya menutup pintu kamar Devan dengan pelan. Mengapa aura dikamar ini berbeda sekali saat ini ya, padahal biasanya Vanya nyaman sekali dikamar Devan. Apa ada makhluk halus dikamar Devan sehingga suasana kamarnya jadi horor. Atau Vanya yang parno.

"Sini Vanya, lama banget,"

"Iya-iya."

Vanya berjalan cepat dan langsung ditarik duduk oleh cowok itu. Devan langsung menjatuhkan kepalanya dipundak Vanya membuat Vanya merinding.

"Lo kenapa?"

"Jangan banyak tanya dulu, lagi isi daya ini."

"Ha?"

"Ha,ho,ha,ho. Dibilangin juga lo diam dulu. Gue tuh capek, nanti aja deh ceritanya."

"Oke."

Devan memejamkan matanya. Memang hanya Vanyalah obatnya. Nyaman sekali rasanya berada dipelukan orang yang kita sayangi. Kalian bisa mencoba sendiri.

Vanya tersentak ketika Devan mencium tengkuknya. Ia merinding dan merasakan berdebar. Belum lagi Devan yang semakin mendusel-duselkan kepalanya pada ceruk lehernya membuat Vanya tak nyaman.

"Dev gue geli."

"Tapi gue nyaman gimana dong?"

"Ya...gak tahu."

"Tunggu aja bentar. Kan gue sudah bilang diam dulu. Jadi sebagai gantinya harus nambah jam peluknya ."

"Lah kok gitu."

"Protes lagi nambah sampai pagi."

Vanya hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Apa-apaan Devan ini, buat peraturan sendiri padahal Vanya tidak menyetujuinya. Tidak tahu saja kalau jantungnya ini semakin berdisko ria.

"Suka gak dipeluk gue?"

"Menurut Lo?"

"Pasti suka soalnya itu gue."

Vanya hanya tersenyum tipis mendengar kenarsisan Devan. Tapi...betul juga sih yang dikatakan Devan kalau ia nyaman dipeluk cowok ini. Nyaman sekaligus senang karena sejak dulu Devan yang selalu mengulurkan dirinya untuk dipeluk ketika Vanya ada masalah.

"Terserah lo aja deh. Masih lama gak nih peluknya?"

"Masih sampai pagi maunya."

"Maunya sih itu Lo. Pegal ini."

Devan melepas pelukannya pada Vanya namun belum beberapa detik ia kembali memeluk Vanya hingga cewek itu berbaring.

"Sudah kan istirahatnya jadi dipeluk lagi."

"Ih Devan lepas," Vanya meront-ronta namun Devan dengan cerdiknya mengangkat kakinya memeluk Vanya seperti guling.

"Oke-oke gue nyerah. Lo bisa peluk gue sepuas Lo."

"Gitu dong."

Terjadi keheningan beberapa saat, hanya terdengar suara deru nafas Mereka.

"Mau dengar gak lanjutan cerita Ale dan Endra?"

"Mau-mau,"Seru Vanya.

"Endra ada rencana dijodohin gitu sama orang tuanya. Tapi Endranya gak mau soalnya dia benar-benar cintanya sama Ale,"

"Cewek yang mau dijodohin sama Endra pun buka tipenya. Karena Endra cinta mati banget sama Ale. Tapi Ale sampai sekarang masih belum peka. Menurut lo sebagai cewek gimana?"

Vanya mengangguk mengerti setelah mencerna baik-baik cerita Devan.

"Emang Ale segitunya ya gak peka?"

"Iya gak peka banget," Devan menekan kata 'peka' di telinga Vanya. Tidak tahu saja kalau cerita ini cerita antara dirinya dan Vanya.

"Tapi...Endra juga salah sih."

"Kok salah? Harusnya itu Ale yang salah." Devan berkata tidak terima. Enak saja Vanya mengatakan dirinya salah. Mau tidak peka dan peka Vanya sama-sama menydutkannya.

"Ya...salah sendiri kenapa gak kasih tahu perasaannya sama Ale. Mungkin Ale memang gak punya perasaan tapi gak tahu juga sih. Tapi setidaknya Endra nyatain dulu deh perasaanya."

"Tapi kalau ditolak dan mereka jadi jauhan gimana?"

Vanya menjadikan tangannya menjadi tumpuan untuk melihat ekspresi tidak terima Devan.

"Berarti Ale yang gak dewasa. Tapi kalau Endra sudah kenal baik Alenya pasti dia percaya Ale gak akan jauhin dia."

"Jadi harus ungkapin ya."

"Tepat sekali, tapi Endranya gak boleh lama,keburu diambil orang nanti."

"Kalau Endra lagi-lagi gak mau gimana?"

Vanya mencubit pipi sahabatnya karena begitu greget. Devan ini kenapa sih kayak dia yang alami saja.

"Berarti Endra gak gentleman."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
Risfani Nur: Halo terimakasih sudah membaca karyaku, tolong dukung terus karyaku ya terimakasih 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!