NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA PAK GURU

MENGEJAR CINTA PAK GURU

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bareta

Arjuna Hartono tiba-tiba mendapat ultimatum bahwa dirinya harus menikahi putri teman papanya yang baru berusia 16 tahun.

“Mana bisa aku menikah sama bocah, Pa. Lagipula Juna sudah punya Luna, wanita yang akan menjadi calon istri Juna.”

“Kalau kamu menolak, berarti kamu sudah siap menerima konsekuensinya. Semua fasilitasmu papa tarik kembali termasuk jabatan CEO di Perusahaan.”

Arjuna, pria berusia 25 tahun itu terdiam. Berpikir matang-matang apakah dia siap menjalani kondisi dari titik nol lagi kalau papa menarik semuanya. Apakah Luna yang sudah menjadi kekasihnya selama 2 tahun sudi menerimanya?

Karena rasa gengsi menerima paksaan papa yang tetap akan menikahkannya dengan atau tanpa persetujuan Arjuna, pria itu memilih melepaskan semua dan meninggalkan kemewahannya.

Dari CEO, Arjuna pun turun pangkat jadi guru matematika sebuah SMA Swasta yang cukup ternama, itupun atas bantuan koneksi temannya.

Ternyata Luna memilih meninggalkannya, membuat hati Arjuna merasa kecewa dan sakit. Belum pulih dari sakit hatinya, Arjuna dipusingkan dengan hubungan menyebalkan dengan salah satu siswi bermasalah di tempatnya mengajar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Pembicaraan Tanpa Debat

Pesta pernikahan di rumah memang tidak membatasi waktu kunjungan tamu yang datang bergantian. Bahkan pihak keluarga tidak perlu khawatir kehabisan makanan untuk disajikan.

Pak Wahyu dan Pak Slamet pamit pulan jam 4 sore. Rencana mereka akan ke Semarang dan menginap semalam di sana sebelum kembali ke Jakarta dengan pesawat pada Senin pagi.

Kelima sahabat Dono itu sempat merasa tidak enak karena kedua guru senior SMA Guna Bangsa menolak uang mereka untuk ikut membayar biaya wisata kemarin plus mobil yang disediakan sampai dengan hari ini.

“Tenang saja Pak Jun, semua ditanggung langsung oleh Pak Darmawan,” Pak Slamet menjelaskan.

Arjuna mengantarkan kedua seniornya sampai ke mobil, sementara keempat sahabatnya masih di dalam berbincang santai dengan Dono dan Wiwik.

“Tapi biaya hanya untuk Bapak dan Cilla.”

Pak Wahyu dan Pak Slamet tertawa bersamaan.

“Mau hanya Cilla atau tambah kamu berlima, biaya sewa mobil tetap akan sama. Sisanya tinggal laporan saja, kalau anak Pak Darmawan dapat Lima Pandawa yang menjadi teman perjalanannya,” ujar Pak Wahyu.

“Bisa membuat Cilla senang dan tidak lagi merasa kesepian, untuk Pak Darmawan sebagai papinya, biaya tidaklah masalah,” lanjut Pak Slamet.

“Tapi kenapa Pak Darmawan tidak ikut hadir, Pak ? Kenapa Cilla hanya datang sendiri tidak ditemani Pak Darmawan ?”

“Beliau punya alasan khusus Jun, dan kamu cukup percaya saja kalau Pak Darmawan itu seorang pemilik sekolah yang baik dan menganggap semua guru itu seperti keluarga.”

Arjuna hanya tersenyum dan menganggukan kepala saat Pak Slamet dan Pak Wahyu sudah masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke Semarang.

“Pak Slamet,” suara Cilla memanggil gurunya membuat sopir urung menjalankan mobil.

“Terima kasih karena sudah menemani saya di sini,” Cilla membungkukan badan sebagai rasa hormatnya.

“Opa jangan lupa masih tetap mampir ke sekolah biar sudah tidak mengajar.” Cilla menyalami Pak Wahyu dan menggenggam erat dengan tangannya yang lain.

“Hei jagoan, kok jadi melow ?” Pak Wahyu berusaha tertawa. Hatinya sedih saat melihat mata Cilla mulai berkabut. “Kita kan masih akan sering ketemu.”

Cilla mengangguk dan menelan salivanya dalam-dalam untuk menghalau rasa sedihnya.

“Pak Juna, kami titip Cilla dulu ya. Maaf kami harus duluan karena ada tugas lain,” ujar Pak Slamet.

“Pasti saya akan menjaga Cilla, Pak.” Arjuna tersenyum sambil mengangguk.

“Tapi jaga jangan sebagai adik, bisa ?” Ledek Pak Wahyu. “Maunya Cilla sebagai calon istri.”

Wajah Cilla langsung memerah dan tersipu, tapi ia berusaha untuk berbicara biasa.

“Kata pujangga, cinta tidak boleh dipaksa, Opa,” Cilla tergelak. “Sudah, Opa sama Pak Slamet jalan sekarang biar tidak terlalu malam sampai di Semarang.”

Kedua pria baya itu mengangguk dan meminta sopir berjalan meninggalkan rumah keluarga Wiwik.

Setelah mobil sudah tidak terlihat lagi, Arjuna dan Cilla pun kembali masuk ke dalam rumah. Tamu sudah berkurang jauh.

“Pak Juna,” panggil Cilla yang berjalan di belakang pria itu. Arjuna berhenti dan membalikan badannya.

”Terima kasih sudah mengiyakan permintaan opa untuk menjaga saya, tapi sungguh Pak Juna tidak perlu melakukannya. Saya sudah terbiasa sendiri. Saya masuk dulu, Pak.”

Cilla membungkukan badan lalu berjalan melewati Arjuna. Pria itu mengerutkan dahi, tidak mengerti dengan sikap Cilla yang mendadak begitu formal padanya. Seingat Arjuna, ia tidak bicara yang aneh-aneh yang bisa membuat mood Cilla berubah. Terkahir perdebatan mereka saat di resto Banarsn Sky View, sesudahnya hanya pembicaraan biasa.

Arjuna menarik nafas. Entah mengapa, ia malah merasa aneh diperlakukan formal seperti ini oleh aeorang Cilla.

Sampai di dalam, Arjuna bergabung dengan kelima sahabatnya karena Dono masih ada di sit, sedangan Wiwik sudah tidak ikut berbincang.

Arjuna mengedarkan pandangan ke seputar ruangan karena tidak melihat Cilla di sekitar situ.

“Sepertinya Cilla langsung ke belakang, Jun,” ujar Luki yang melihat Arjuna celingukan. Sudah pasti Arjuna mencari Cilla bukan Wiwik.

“Cari dulu gih, sepertinya suasana hatinya lagi kurang bagus,” pinta Boni.

Arjuna semula ragu-ragu, tapi setelah mendapat anggukan dari para sahabatnya termasuk Dono, akhirnya Arjuna bangun dan mulai mencari Cilla.

Arjuna sempat menuju ke dapur dan beberapa ruangan lain di rumah itu, tapi Cilla tidak kelihatan.

“Dia ada di halaman belakang.” Bu Tutik yang sejak tadi memperhatikan Arjuna, mendekat dan memberitahukan pria itu keberadaan Cilla.

“Bawakan ini sekalian, bagus untuk menyegarkan tubuh yang sedang lelah hati dan jiwa,” Bu Tutik memberikan Arjuna dua gelas wedang jahe sambil tersenyum.

“Terima kasih Bu,” Arjuna menganggukan kepalanya.

Arjuna melangkah ke teras belakang dan mendapati Cilla sedang duduk di atas tembok pembatas teras yang tingginya hanya 50 cm dari lantai.

“Boleh duduk ?”

Cilla menoleh saat mendengar suara Arjuna. Pria itu menyerahkan salah satu gelas untuk Cilla.

“Titipan dari ibu yang kamu bantu di dapur tadi.”

“Terima kasih.” Cilla menerimanya tanpa menatap Arjuna.

“Kamu capek ? Mau balik ke hotel ?”

Cilla hanya menggeleng dan meniup air jahe yang masih mengepukan asap lalu meminumnya perlahan dan sedikit-sedikit.

Suasana hening. Arjuna bingung harus bicara apa. Ia pun hanya menikmati air jahe di tangannya.

“Kamu kenapa Cil ?” tanya Arjuna dengan hati-hati.

Cilla menggeleng sambil tertawa getir.

“Bapak mau cari teman debat ?

Arjuna meletakkan gelasnya di samping, di atas tembok batu. Ia pun mengambil gelas Cilla dan meletakan di sisi gelasnya. Cilla menoleh, seolah bertanya kenapa minumnya diambil.

Entah bisikan darimana, Arjuna meraih salah jemari kanan Cilla dan meletakan di atas pahanya dan tangan lainnya ikut menggenggam jemari yang terasa dingin itu.

“Bapak mau ngapain ?” Cilla berusaha melepaskan tangannya.

“Seperti janji saya pada Pak Slamet dan Pak Wahyu kalau saya akan menjaga kamu seperti mereka. Bahkan saya siap kalau kamu membutuhkan teman bicara dan tempat bersandar saat ini.” Dengan nada yang dibuat sewibawa mungkin, Arjuna berusaha meyakinkan Cilla.

Lagi-lagi Cilla menggeleng dan tertawa getir.

“Saya nggak butuh teman bicara apalagi penjaga seperti Bapak. Saya sudah terbiasa sendiri.”

“Apa saya hanya pantas jadi teman debat kamu ? Saya juga akan menjadi guru kamu, menggantikan Pak Wahyu, jadi kamu boleh menganggap saya sama seperti Pak Wahyu.”

“Jadi Bapak mau saya panggil opa juga ?”

Arjuna membelalak, “Saya belum setua itu !” Protesnya.

Cilla tertawa melihat raut wajah Arjuna yang cemberut. Namun bisa Arjuna rasakan, tawa itu tidak seperti biasanya. Ada nada terpaksa, menyembunyikan satu rasa yang sulit dikatakan.

“Mana bisa saya menyamakan Bapak dengan Pak Slamet atau Pak Wahyu. Mereka sudah seperti orangtua angkat saya. Pengganti papi. Lagipula usia Bapak terlalu muda untuk saya jadikan orangtua angkat juga.”

“Saya bisa jadi kakak angkat kamu,” sahut Arjuna.

“Saya nggak butuh dan nggak mau !” Cilla menarik nafas dan membuangnya dengan kasar karena kesal.

“Bapak masih mengerti Bahasa Indonesia kan ?”

Cilla menatap Arjuna dengan tatapan tajam. Wajahnya terlihat kesal dan putus asa pada Arjuna.

“Maksud kamu gimana lagi ?”

Cilla menghentakan tangannya dengan kuat. Karena tiba-tiba dan Arjuna sedang lengah akhirnya jemari itu terlepas dari genggaman Arjuna.

“Saya sudah bilang beberapa kali sama Bapak kalau saya tidak bisa dan tidak mau menganggap Bapak sebagai kakak angkat saya. Apa Bahasa Indonesia saya kurang jelas ? Saya tahu kalau Bapak itu guru matematika, tapi memahami ucapan saya kan tidak memerlukan keahlian sebagai guru Bahasa Indonesia.”

Wajah Cilla bertambah kesal hingga dahinya berkerut. Tarikan nafasnya pun terdengar berat.

“Apa semudah itu kamu baper karena perlakuan cowok yang baik sama kamu ?”

“Cuma Bapak !” Jawab Cilla cepat dengan nada lebih tinggi. “Cuma Bapak yang bikin jantung saya jadi berpacu lebih cepat dan tangan saya mendadak dingin. Cuma Bapak yang bikin saya salah tingkah kalau kita bicara tanpa perdebatan !”

Deg.

Arjuna tercengang dan jantungnya langsung berdetak lebih cepat. Bukan karena merasakan jatuh cinta juga pada Cilla, tapi kaget dengan pernyataan Cilla.

Mereka baru mengenal kirang lebih empat bulan dan tidak ada ucapan romantis atau perbincangan normal setiap kali mereka bersama. Lebih banyak perdebatan seperti lomba yang berusaha mendapatkan poin terbanyak dengan cara membuat lawan bicara kesal.

Bagaimana Cilla bisa bicara kalau Arjuna sudah membuat jantungnya berdebar dan tubuhya panas dingin hanya dengan sikap baiknya ?

“Dan Bapak adalah cowok pertama yang menbuat saya seperti itu,” lirih Cilla.

Cilla membuang pandangannya ke lain arah dan berusaha menahan air matanya.

Arjuna bertambah bingung harus bersikap bagaimana. Di satu sisi, suatu kehormatan baginya menjadi cowok pertama yang membuat gadis seperti Cilla berdebar karena cinta, tapi di sisi lain hati Arjuna sudah tertambat pada Luna.

Lagipula di mata Arjuna, Cilla sudah seperti Amanda, adik kesayangannya.

Arjuna tersenyum tipis sambil menoleh ke lain arah. Ia merasa lucu, kabur dari papa Arman karena tidak mau terjebak dalam hidup percintaan dengan anak SMA, namun termyata pelariannya malah berujung pada jerat cinta anak SMA.

“Kalau Bapak menganggap perasaan saya aneh dan lucu, jangan ditahan ketawanya. Saya sudah biasa ditertawakan orang.”

Cilla tertawa getir dan menghapus cairan bening di sudut matanya. Ia beranjak bangun dan berlalu masuk ke dalam rumah.

Arjuna langsung menutup mulutnya. Apakah Cilla tahu kalau ia tersenyum ? Padahal wajahnya sudah menoleh ke samping dan tersenyum tanpa suara. Cuma satu kata yang menggambarkan perasaan Arjuna saat ini. Bingung.

Kalau ia membujuk Cilla dan akhirnya membuat gadis itu tambah baper bisa lebih runyam. Mendiamkan gadis itu pada kondisinya sekarang, Arjuna merasa bersalah karena terlanjur janji pada Pak Slamet dan Pak Wahyu.

Arjuna mengusap tengkuknya lalu meraih kembali gelas berisi air jahe dengan harapan dengan minum, ia bisa menghangatkan otaknya untuk menemukan jawaban atas situasinya dengan Cilla saat ini.

Arjuna tidak sadar kalau air jahe yang sedang disesapnya saat ini bukan dari gelas miliknya, tapi gelas Cilla yang diambilnya. Arjuna meneguk air jahe di bagian yang sama dengan Cilla dan menempel dengan jejak bibir Cilla yang tertinggal di gelas itu.

1
Naja Naja nurdin
ih si Juna keseringan nyebur
Naja Naja nurdin
mas bro sudah hafal wejangannya bro dono
Andriyani “Ijjet famous” Nisa
Luar biasa
antha mom
orang tua yang tegas dalam mendidik anak 👍👍
mimi_esterina
oke , kita lanjut baca. seru kek nya
Maydina Ihda Savira
Lumayan
iinparwati seviarny
keren
Baretta: Terima kasih Kak 🙏🙏😊
total 1 replies
Qaisaa Nazarudin
Lho lho kok End sih thor,ntuh Amanda sama Jovan apa kabarnya?? huaaaa....
Qaisaa Nazarudin
Amanda terlalu Egois,maunya di mengerti tapi tdk mau mengerti posisi Jovan,Harusnya Manda sadar dengan posisi Jovan sebagai dokter,jangan sampai nyesel nantinya,Udah untung Jovan itu tipe cowok yg setia..
Qaisaa Nazarudin
Hadeeuuh pak Juna posesifnya gak pernah berubah,Udah punya dua anak juga...🤣🤣🤣
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah akhirnya Luna bisa berubah, Ingat umur ya Luna,kita bukan makin muda,Jadi terima lah kenyataan..
Qaisaa Nazarudin
Bagus Arjuna,Kamu harus bersikap Tegas,Baru juga selesai masalah Glen,Jangan pernah mengundang masalah lagi,Kalo emang dia hamil harusnya mintak tanggungjawab bapak tuh anak,Ngapain nyariin kamu lagi,Gak punya urat malu banget..
Qaisaa Nazarudin
Kurangnya komunikasi antara keluarga bisa mengakibatkan salah paham,Dan berakhir dendam yg salah alamat,Dan akhirnya menghancurkan hidup sendiri..
Qaisaa Nazarudin
Cilla di culik..
Qaisaa Nazarudin
Kamu itu dendam salah alamat Glen,Malah Arjuna gak tau apa2 tentang adek.mu..Adek mu aja yg otaknya dangkal,Katak gak ada cowok lain aja,Di tolak aja langsung bunuh diri,gila gak tuh...
Qaisaa Nazarudin
SKAKMATT buat Glen..🤣🤣🤣😜😜
rista_su
cakep. setuja ak
rista_su
ooo kurang ajar ikan pesut
rista_su
tau ga cil. anak gue nyemplung got aja bajunya gue buang. bocahnya gue mandiin 3 kali sabunin sampoin sikatin. kebayang juna direndem detergen cair 3botol apa cukup 🤣🤣🤣
Baretta
Terima kasih sudah mampir di novel saya Kak 😊😊 Terima kasih juga sudah memberikan dukungannya 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!