Revan Santiago adalah seorang pemuda biasa yang telah menjadi menantu mitralokal di keluarga Barnes. saat ini, dia sedang berjuang untuk mencari biaya untuk pengobatan ibunya dirumah sakit. ketika dia meminta bantuan kepada temannya, Revan bukan hanya tidak mendapatkan pinjaman namun, dia malah di pukuli hingga sekarat. dalam kondisi sekarat dia tiba-tiba mendapat warisan, "Selamat datang pewaris Dewa semesta!" tiba-tiba Revan mendengar suara seorang pria tua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Persulit Oleh Pihak Bank
Setelah lima menit berlalu semenjak kepergian Revan, Nadya tiba-tiba berseru, "Sial! mengapa saya memberikan kartu itu padanya? Kartu itu di berikan kakek padaku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak tahu namanya!"
...
Pagi keesokan harinya, di atas langit kota Renville masih di selimuti kabut tipis.
Revan mengendarai motor listriknya sambil membonceng Laura keluar dari Classic Residence menuju kantor Laura.
Saat ini, suasana hati Revan sangat bahagia, bagaimana tidak, impiannya selama ini yaitu mengantar dan menjemput Laura akhirnya terkabulkan. Dia berpikir, dengan cara itu mungkin hubungan keduanya akan semakin membaik.
Perlahan dia mulai sedikit mempercepat laju motornya. Revan bahkan lebih bersemangat mengendarai sepeda listriknya ketimbang naik Rolls-Royce yang mewah.
Alasan mengapa dia mempercepat laju motornya adalah, berharap Laura akan memeluknya dari belakang.
Benar saja, setelah merasakan bahwa laju motor makin di percepat, Laura pun langsung memeluk pinggang Revan dengan perasaan yang sulit untuk di jelaskan. Dia biasanya mencari masalah dengan segala cara. tapi sekarang dia merasa aman di dekat pria yang di anggapnya tidak berguna sebelumnya.
Saat terakhir kali Revan mengiyakan untuk bercerai, hatinya terasa sangat sakit. Saat ini, dia merasa sangat bahagia entah kenapa.
Sesaat kemudian, mereka pun tiba di depan perusahaan. Melihat pemandangan itu, semua orang terkejut. Ini pertama kalinya sang manager umum perusahaan mereka di bonceng oleh suaminya mengunakan sepeda listrik.
"Sayang, aku akan menjemputmu saat pulang nanti!" kata Revan sambil tersenyum lembut.
"Baiklah!" Laura mengangguk lalu berjalan masuk kedalam perusahaan.
Setelah Laura menghilang dari pandangannya, Revan pun kembali menyalahkan motor listriknya dan pergi.
"Aku akan ke bank untuk menarik sejumlah uang lalu menemui ibu yang masih dalam pemulihan di rumah sakit."
Tak lama kemudian, dia pun berhenti di depan pintu masuk bank, lalu memarkirkan motornya dan berjalan masuk.
"Selamat pagi, dan selamat datang!" sapa seorang petugas di pintu masuk sambil membukakan pintu.
Revan hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah memasuki area dalam, Revan langsung disapa oleh seorang petugas wanita, "Apa yang bisa kami bantu Pak?" kata petugas bank itu dengan sopan. Saat dia mengamati pakaian yang di kenakan Revan membuat senyumnya berubah menjadi senyum sinis dengan ekspresi jijik di wajahnya.
"Saya ... Saya kesini untuk menarik sejumlah uang!" jawab Revan
"Mesin ATM ada disebelah sana. anda bisa menarik sendiri!" ucap wanita itu dengan nada datar.
Revan tahu bahwa penarikan di ATM memiliki batasan dalam jumlah penarikan. Jadi dia memutuskan untuk menarik langsung ke teller bank. "Saya ingin menarik dalam jumlah besar, jadi saya perlu melakukannya disini." kata Revan
Wanita itu tidak bisa menahan tawanya.
"Apa yang anda tertawakan?" tanya Revan bingung.
Wanita itu menatap Revan dari atas kebawah dengan ekspresi menghina di wajahnya sambil berkata, "Berapa banyak jumlah yang ingin anda tarik? Jumlah yang besar?"
Melihat ekspresi wanita itu, Revan segera menyadari bahwa wanita itu sedang menghinanya karena mengenakan pakaian biasa dan mengendarai motor listrik.
Namun, Revan tidak terkejut. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Butuh banyak usaha untuk merubah pandangan seseorang. Dia telah banyak bertemu orang sombong seperti petugas wanita ini.
"Ya, jumlah yang besar. Dan saya tidak membutuhkan layanan anda. dan saya akan mengambil nomor antrean dan menunggu giliran saya. Saya tidak membuat masalah untuk anda, kan?"
"Maafkan saya Tuan, hanya anggota VIP bank kami yang dapat melakukan layanan seperti itu. Mereka semuanya sibuk. Sebaiknya anda melakukan penarikan melalui ATM!" seru petugas wanita itu dengan kasar.
"Apa yang anda katakan? Saya bukan nasabah bank anda? mengapa saya tidak bisa di layani di teller bank?" kata Revan dengan kesal.
"Tuan, tolong jangan buat masalah untuk saya!" kata wanita itu dengan suara dingin.
"Membuat masalah? Saya disini hanya untuk menarik uang. Masalah apa yang telah saya timbulkan?" teriak Revan.
"Tuan, kalau anda terus seperti ini, saya akan memanggil petugas keamanan untuk mengusir anda dari sini!" wanita itu berkata dengan jijik.
"Panggilkan saya manager anda!" kata Revan sambil duduk di lobi.
"Tuan, anda tidak di terima disini, silahkan pergi!" kata wanita itu. Kesabarannya sudah habis setelah melihat Revan duduk.
"Saya tidak akan pergi sebelum bertemu dengan manager anda. Saya hanya ingin tahu, apakah seperti ini cara bank kalian dalam melayani nasabahnya." kata Revan dengan tegas. Dia terlihat tidak takut pada apapun, dan memutuskan untuk menanggapi masalah ini dengan serius.
"Manager kami terlalu sibuk untuk berbicara dengan anda. Saya akan mengatakannya sekali lagi, silahkan pergi dengan inisiatif sendiri atau saya akan memanggil petugas keamanan untuk memaksa anda keluar dari sini!" kata wanita itu mendengus kesal.
"Saya di sini untuk melakukan transaksi. apanya yang salah? Anda ingin memanggil petugas keamanan, atas dasar apa?" cibir Revan.
"Petugas!" wanita itu mengabaikan Revan dan dia memanggil petugas keamanan.
Setelah beberapa saat, beberapa petugas keamanan bergegas datang dan bertanya kepada petugas wanita itu, "Nona, apa yang terjadi?"
"Orang ini membuat keributan disini!" kata wanita itu sambil menunjuk ke arah Revan dengan angkuh. "Dia telah menghambat pekerjaan saya, bawa dia keluar!" lanjutnya.
"Tuan, silahkan tinggalkan tempat ini!" kata seorang petugas keamanan dengan Nada memerintah, sambil menghampiri Revan.
"Apakah anda mengira, kalian bisa menakut-nakuti saya dengan begitu banyak petugas keamanan? Saya di sini hanya untuk menarik uang saya. Bukan untuk merampok. Masalah apa yang telah saya timbulkan?" cibir Revan.
"Tuan, silahkan anda keluar!" petugas keamanan semakin mendekatinya.
"Tuan-tuan, coba perhatikan cara bank ini memperlakukan Nasabahnya. Aku di sini untuk menarik uang, tapi saya malah diusir." Revan tidak masalah memperkeruh keadaan. jadi dia berteriak dengan keras.
Saat itu adalah jam kerja. Ada begitu banyak nasabah bank. Teriakan Revan menarik perhatian banyak orang.
"Ternyata hanya orang malang yang membuat keributan disini. Pak, motor listrik yang ada didepan pintu itu adalah milikmu, kan? keluar dari sini dengan motor listrik jelek itu. Itu hanya akan membuat citra buruk bank ini!" kata seorang nasabah dengan wajah penuh penghinaan.
"Aku setuju. Hanya VIP dengan deposit lebih dari satu juta Dollar yang dapat menikmati layanan ini. apa yang kamu lakukan disini?"
Beberapa orang hanya melihat pertengkaran itu, beberapa lainnya berdiri dan mencemooh Revan. Tidak ada yang membantunya.
"Aku sangat terkesan. Kalian membela bank dengan layanan terburuk! Sungguh konyol." cemooh Revan.
Petugas wanita itu semakin menunjukan ekspresi penghinaannya kepada Revan. lalu menoleh kearah petugas keamanan dan berseru, "Kenapa kalian masih berdiri di sana? Usir pria malang ini dari sini, atau dia akan merusak citra bank kita!"
"Tuan, maafkan kami!" karena Revan menolak untuk pergi, petugas keamanan itu terpaksa menggunakan kekerasan untuk memaksanya keluar dari tempat itu.
Akan tetapi ...
"Apa yang kalian lakukan? kenapa Mala berkumpul dan membuat keributan?" tiba-tiba suara seorang pria dengan setelan jas rapi bergema di dalam ruangan itu.
"Pak manager!" petugas wanita itu menghampirinya saat melihat kedatangan pria itu, menyapanya dengan lembut.
"Apa yang terjadi?" tanya manager itu sambil tersenyum pada petugas wanita itu.
"Pria itu membuat masalah disini." lapor petugas wanita itu sambil menunjuk kearah Revan.
"Apakah benar begitu?" wajah manager itu berubah muram.
"Akhirnya, ada juga yang bertanggung jawab di sini!" kata Revan perlahan. "Saya ingin menarik sejumlah uang disini. Sayangnya, layanan bank kalian sangat mengecewakan. Transfer semua uang yang ada di kartu ini ke bank lain. Saya tidak ingin memamerkan kemampuan dan identitas saya, tapi saya berubah pikiran."
"Berapa banyak uang yang anda miliki di kartu itu? Lihat pakaian yang anda kenakan? Motor listrik yang anda kendarai. Anda hanya akan mempermalukan diri anda sendiri." cibir petugas wanita itu.
"Hentikan omong kosongnya. Lakukan saja apa yang saya katakan!" bentak Revan. "Waktu saya sangat berharga!"
Tanpa menunggu ada yang menjawab, Revan melempar kartu bank ke arah manager tersebut.
"Kamu ..." manager itu hendak marah pada Revan karena prilakunya yang kasar. tetapi, setelah dia memperhatikan kartu bank yang tergeletak di lantai, ekspresinya seketika berubah.
Dia segera mengambil kartu keemasan itu dan bergegas menghampiri Revan.
...****************...