✅ Cerita ini mengisahkan konflik rumah tangga penuh drama.
✅ Bagi yang belum cukup umur apalagi masih bau kencur, silahkan mundur dengan teratur!
****
Kegetiran senantiasa menyertai perjalanan hidup seorang wanita bernama Mayuri Akhila.
Menyandang status janda di usia yang masih terbilang muda, membawa Yuri ke dalam banyak masalah.
Karena status itu pulalah, dia diusir warga di lingkungan tempat tinggalnya dan dituduh sebagai perempuan penggoda suami orang. Namun, pengusiran itu justru mempertemukan Yuri dengan seorang pria beristri yaitu Pandu Manggala.
Dekat dengan Pandu, membuat Yuri merasa menemukan kenyamanan dan diam-diam menaruh hati terhadap pria yang juga selalu memberi perhatian istimewa terhadapnya tersebut.
Mungkinkah Yuri dan Pandu bisa bersatu?
Haruskah Yuri menjadi seorang pelakor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunita Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 21. Titip Chia
Pagi itu, cuaca sangat cerah, langit di ufuk timur tampak terang benderang. Seperti biasa, matahari pun sudah kembali memulai menjalankan tugasnya untuk menyinari dunia. Aktifitas kesibukan pagi hari masyarakat kota itu juga sudah mulai terlihat hiruk-pikuk.
Suasana hectic di pagi hari juga tampak di kediaman Pandu dan Tamara. Keduanya sangat sibuk mempersiapkan diri masing-masing untuk segera berangkat bekerja.
Tanpa adanya asisten rumah tangga dan baby sitter, tentunya mereka sangat kerepotan, karena harus mengurus sendiri semua pekerjaan rumah dan juga keperluan bayinya. Selain itu, ada satu hal yang juga membuat mereka merasa dilanda kebingungan pagi itu.
"Badan Chia masih panas, Sayang. Dalam keadaan begini, kurasa day care tidak akan bersedia menerimanya." Pandu yang saat itu tengah menggendong bayinya, terlihat panik. Setelah mendapat imunisasi, putri mereka mengalami demam tinggi dan sudah dari semalam mereka berdua harus begadang untuk mengurus bayinya yang terus saja menangis tidak tenang. Sedangkan, pagi itu mereka harus berangkat bekerja.
"Mau bagaimana lagi, Mas? Aku tidak mungkin bolos kerja lagi. Belakangan ini aku hampir tiap pagi terlambat sampai di kantor. Kalau terus-terusan begini, aku bisa kena tegur dari atasanku, dan proforma kerjaku pasti turun di mata boss," gerutu Tamara dengan tangannya yang masih sibuk memasukkan perlengkapan bayi ke dalam sebuah tas.
Meski Chia tengah menderita demam, tidak ada pilihan lain kecuali harus tetap menitipkan bayi itu di day care.
"Seharusnya, kamu yang bisa menjaga Chia di rumah, Mas! Waktumu di toko kan jauh lebih fleksibel." Tamara menyambung ocehannya seraya melirik dan memberi cibiran terhadap suaminya.
"Banyak barang yang harus aku cek hari ini di toko, aku nggak bisa mempercayakan semua itu sama karyawanku saja," balas Pandu. Dia merasa semakin kesal, karena Tamara selalu saja menganggap pekerjaanya tidaklah lebih penting dari pekerjaan istrinya itu.
"Kalau begitu, apa boleh buat?! Ya ... Chia harus tetap kita titip di day care." Tamara menaikkan pundaknya acuh. Walaupun dia tahu sebenarnya Pandu berharap dia bisa ambil cuti hari itu, tetapi semua itu tidak ingin diindahkannya.
Mengantar dan menjemput Chia di day care juga sudah menjadi tanggung jawab Pandu, karena day care tempat Chia dititip letaknya lebih dekat dari toko elektronik milik Pandu.
Tiinn! Tiinn!
"Itu, temanku sudah datang, Mas. Hari ini aku berangkat kerja nebeng sama dia. Kamu juga tidak perlu menjemputku nanti sore. Aku akan pulang bareng dia lagi." Tamara bergegas menyambar tas kerjanya, ketika mendengar suara klakson mobil milik teman kerjanya sudah tiba di depan rumah. Hari itu, Tamara dijemput oleh seorang rekan sekantornya dan mereka sudah janjian akan berangkat ke kantor bersama.
"Semua perlengkapan Chia sudah aku siapkan di tas ini, nanti kamu tinggal antarkan Chia ke day care." Tamara menunjuk tas perlengkapan bayinya, seraya meraih tangan Pandu dan menciumnya.
"Aku berangkat duluan, Mas!" pamit Tamara dan buru-buru keluar dari rumahnya, tanpa sedikitpun menunjukkan rasa khawatir akan keadaan putri kecilnya.
Pandu menggeleng dan terpaku. "Semakin hari Tamara semakin egois saja. Dia hanya mementingkan urusannya sendiri tanpa pernah peduli padaku dan juga Chia," sungut Pandu, kecewa akan sikap acuh tak acuh istrinya.
Pandu menyentuh kening Chia yang kini sudah tertidur dalam gendongannya. "Demamnya masih cukup tinggi. Aku tidak mungkin membawa Chia ke day care. Pengasuhnya pasti tidak akan bersedia menerimanya." Pandu mendengus kesal. Peraturan di day care memang melarang bayi atau anak yang sedang sakit dititip disana.
"Tapi aku harus ke toko hari ini. Aku tidak bisa kalau harus diam di rumah, sementara tanggung jawabku menumpuk di toko." Pandu menekan keningnya. Dia sangat bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Pekerjaan mendesaknya harus datang ke toko miliknya, tetapi dia juga tidak tega membawa Chia ke day care dalam kondisi masih sakit.
"Oh, iya ... kan ada Yuri!" Pandu menjentikkan jarinya dan mulai bisa tersenyum ketika ingat akan mantan baby sitter-nya itu.
"Aku akan bawa Chia ke rumah kontrakannya, selama Yuri belum mendapat pekerjaan, aku yakin dia pasti bersedia menjaga Chia." Pandu semakin melebarkan senyumnya, ketika merasa mendapat sebuah ide brilian di kepalanya.
Tanpa pikir panjang, Pandu bergegas meraih tas perlengkapan bayinya dan segera menuju ke mobil.
Pandu mendudukkan Chia di baby car seat yang selalu ada di jok belakang mobilnya.
"Chia Sayang, jangan rewel lagi ya! Papa akan membawamu bertemu orang yang pasti akan bisa menjagamu dengan baik," bisik Pandu sambil memastikan posisi bayinya sudah cukup nyaman di car seat, serta memasang sabuk pengaman.
****
"Pak Pandu! Chia!" Yuri melebarkan matanya. Setelah membukakan pintu, dia sangat terkejut melihat Pandu sepagi itu sudah datang ke rumahnya, apalagi sembari menggendong Chia.
"Maafkan aku, Yuri. Terpaksa sepagi ini aku akan merepotlkanmu. Chia sedang demam dan day care tidak akan mau menerima bayi yang tengah sakit untuk dititip disana, sementara aku harus ke toko. Jadi, aku putuskan membawa Chia kesini. Aku harap kamu bisa menolongku, menjaganya selama aku menyelesaikan semua pekerjaanku di toko," urai Pandu panjang lebar, menerangkan tujuannya membawa Chia ke rumah kontrakan Yuri.
Yuri hanya tersenyum dan mengangguk. "Sama sekali tidak merepotkan, Pak. Saya juga belum mendapat pekerjaan, saya sangat senang bisa bersama Chia dan tidak bosan sendiri di rumah," sahutnya tanpa sedikitpun merasa terbebani.
Yuri segera menjulurkan tangannya untuk mengambil alih Chia dari gendongan Pandu. "Ayo masuk dulu, Pak," ujarnya mempersilahkan Pandu masuk ke dalam rumahnya.
"Semua kebutuhan Chia ada di tas ini, dan tolong kasih dia obat penurun demamnya tepat waktu." Pandu meletakkan tas perlengkapan bayinya di atas kursi ruang tamu.
"Bapak tidak usah khawatir. Saya akan menjaga Chia dengan baik." Yuri kembali tersenyum dan berusaha meyakinkan Pandu kalau dia pasti akan bisa menjaga Chia dengan sebaik mungkin.
"Setelah pekerjaanku beres, aku akan segera kesini menjemput Chia." Pandu kembali tersenyum. Dia merasa lega karena putrinya kini berada di tangan pengasuh yang tepat.
"Tidak masalah, Pak. Bapak fokus sama kerjaan saja dulu. Chia pasti akan aman bersama saya."
"Terima kasih banyak, Yuri."
Pandu terus tersenyum lega. Di dalam gendongan Yuri, Chia yang sebelumnya sedikit rewel, langsung anteng dan terlihat tenang di tangan Yuri. Entah kelembutan apa yang mengisi sentuhan kedua tangan wanita itu, sehingga putrinya tampak sangat nyaman bersamanya.
Merasa tidak ada lagi hal yang membebani tentang putrinya, Pandu bisa lebih ringan melangkahkan kakinya untuk pergi ke tokonya dan menyelesaikan semua pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkannya disana. Dia percaya, bersama Yuri putrinya bisa mendapat kasih sayang seutuhnya, bahkan lebih besar dari yang Tamara berikan untuk putri kandungnya.
kamu terlalu Sisca 😂😂😂
dahlah ... selamat buat pandu dan Yuri.
chia udah besar ketemu sama mama tamara ya nak. apapun ibu mu, dia tetap ibumu 😑😑🤭🤭
kasihan melihat Tamara, semoga dia akan bahagia bersama kehidupan yang lain. selamat jalan Tamara 🥲🤧