🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Kau egois," ucap Airin kesal.
"Bodo amat," jawab Gara membimbing tangan Airin keluar dari toko bunga tersebut.
***
"Hai, kau kenapa memegang tanganku. Bukankah sudah kubilang kau tak boleh menyentuhku? Dan kau tak lihat aku lagi hamil, seenak nya saja kau menyeret-nyeretku seperti ini. Kalau aku jatuh kepeleset gimana? Mau tanggung jawab kau ha?" oceh Airin membuat Gara sadar bahwa saat ini dia membawa wanita hamil.
"Maaf, aku lupa," jawab Gara memperlambat langkah kakinya.
"Silahkan masuk," ucap Gara membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Airin.
"Makasih," jawab Airin ketus.
Gara menutup pintunya kembali, lalu berlari ke arah sebaliknya, membuka pintu dan duduk di sebelah Airin.
"Sudah?" tanya Leon yang bertindak sebagai supir.
"Sudah, ayo jalan," perintah Gara dingin dan angkuh.
Saat di perjalanan, Leon memperhatikan tingkah laku Gara melalui kaca depan yang berada di tengah atas bagian mobil tersebut. Gara terlihat sangat salah tingkah di hadapan Airin, sehingga membuat Leon menahan tawanya di sepanjang jalan.
"Hey kau supirnya Tuan Nyonya Amara ini ya?" tanya Airin kepada Leon.
Mendengar Airin memanggil Gara dengan sebutan Tuan Nyonya Amara, Leon menjadi tidak tahan untuk bertanya kepada Airin.
"Kenapa kau memanggilnya Tuan Nyonya Amara? Namanya Gara Emanuel," tanya Leon kemudian melirik ke arah Gara yang ternyata menatapnya dengan tatapan mematikan.
"Kau benar-benar tidak tau, atau hanya berpura-pura tidak tau? Kulihat sepertinya kalian dekat sekali, jadi tak mungkin rasanya jika kau tak mengetahuinya," skakmat Airin membuat Leon malu.
"Pppfftthhh makan tuh malu.. Emang en..-" ucapan Gara yang mengejek Leon seketika di sela oleh Airin.
"Kau diam atau aku akan kabur sesampainya di sana nanti," ucap Airin membuat Gara terdiam seketika.
Kini giliran Leon yang menahan tawanya. Ia tak menyangka, seorang Airin yang berasal dari kampung, mampu membuat Gara bagaikan kucing terkena air. Cupu dan culun.
Empat puluh menit kemudian, akhirnya Gara, Airin, dan juga Leon tiba di rumah yang baru saja Gara beli untuk Airin.
Saat Airin turun dari mobil, betapa terkejutnya Airin melihat rumah yang sangat mewah dan besar itu.
"I.. Ini rumah siapa?" tanya Airin yang masih tercengang melihat rumah semewah itu.
"Ini rumah untukmu. Apa kau menyukainya? Jika tidak aku akan mencarikan rumah yang lain untukmu," jawab Gara takut jika Airin tak menyukai rumah yang baru saja ia beli.
"Tidak.. Tidak usah. Aku menyukai rumah ini. Hanya saja rumah ini terlalu besar dan mewah. Aku tak bisa menerimanya dan tinggal di rumah ini," ucap Airin membuat Gara tak habis pikir.
Berbeda dengan Leon yang salut dan kagum melihat Airin. Airin sangat berbeda dengan wanita-wanita yang pernah ia jumpai sebelumnya. Wanita yang selalu memandang materi dan sangat menyukai kemewahan.
Gara yang menyadari jika Leon sedari tadi memperhatikan Airin segera menginjak keras kami sahabatnya itu.
"Awww sakit. Kenapa kau menginjak kakiku?" tanya Leon meringis kesakitan.
Mendengar Leon berteriak kesakitan, Airin segera menoleh ke arahnya dan bertanya.
"Kau kenapa?" tanya Airin.
"Itu kaki ku..-" ucapan Leon terputus disela oleh Gara.
"Itu, apa, kaki si Leon ke injak sama kakinya sendiri, jadi sakit deh kakinya sebelah," jawab Gara asal.
"Orang aneh," jawab Airin melihat Leon sekilas.
"Ya sudah, kalau gitu ayo kita masuk. Leon mana kunci pagarnya?" ucap Gara membuka telapak tangannya ke arah Leon.
"Ini," jawab Leon kesal.
Pintu gerbang akhirnya terbuka. Gara mempersilahkan Airin untuk masuk untuk terlebih dahulu karena rumah tersebut di peruntukkan untuk Airin.
"Leon, ngapain coba kau tadi melihat dan menatap Airin begitu lama. Kau jangan coba-coba untuk mendekati Airin ya. Dia itu punya ku, kau harus tau itu," ucap Gara mengingatkan Leon.
"Ya kalau Airin ya mau aku sih yes. Meskipun dia hamil, dan akan memiliki tiga anak sekalipun, aku sama sekali tak masalah. Kau kan tau aku sangat suka anak kecil. Dan yaa masalah biaya hidup sih aku tak perlu pusing. Tabungan dan usaha sampingan ku cukuplah untuk menghidupi Airin dan sepuluh anak lagi," jawab Leon bercanda.
"Leon.. Kau sadar apa yang kau katakan barusan haa?" bentak Gara berbisik. Laki-laki tampan itu mudah sekali cemburu kepada siapapun, tak terkecuali kepada sahabatnya sendiri Leon Wang.
"Aku sadar kok. Bahkan sangat sadar. Laki-laki mana yang tak akan jatuh hati melihat Airin yang sangat cantik alami. Ditambah lagi dengan body yamg waaaw dan juga pipi chubby nya itu. Aaa pengen cubit," ucap Leon gemes dan sengaja memanas-manasin Gara.
"Leon, beraninya kau," ucap Gara pelan dengan nafas yang terengah-engah karena kesal dengan ucapan Leon.
Ia takut jika Airin mendengar percakapan mereka berdua.
"Hai kau kenapa? Kenapa nafas mu sesak begitu?" tanya Airin yang dari tadi sibuk memperhatikan sekitar rumah mewah itu.
"Tidak, aku hanya sangat senang membayangkan jika suatu saat nanti si kembar dan anak-anak kita lainnya akan berlari-lari di rumah ini," alasan Gara berbohong.
"Anak-anak kita yang lainnya? Jangan mimpi kau," jawab Airin masih saja judes.
"Hahaha.. Ngarep," ejek Leon kelepasan namun langsung mendapatkan tatapan tajam dari Gara dan juga Airin.
Sadar di perhatikan, Leon akhirnya menunduk karena malu.
Puas berkeliling rumah mewah itu, Airin nampak kelelahan. Wanita yang memiliki kecantikan alami itu gampang sekali lelah karena ada tiga nyawa yang bergantung hidup di dalam rahimnya.
"Kau lelah?" tanya Gara. Sedangkan Leon sudah dari tadi molor di sofa tamu yang berada di lantai dua rumah itu.
"Ya. Aku juga lapar. Oh ya ini nama daerah dan alamat lengkapnya apa ya? Saya mau memesan makanan online saja," tanya Airin membuat Gara geleng-geleng kepala.
"Airin, mulai saat ini kau tak boleh lagi memesan makanan apapun melalui online. Besok akan ada koki yang akan menjadi juru masak di rumah ini," ucap Gara menjelaskan kepada Airin.
"Kau ini kenapa sih. Memang apa salahnya jika aku memesan makanan dari online. Bukankah makanan yang ada di aplikasi itu bersih dan halal. jawan Airin kesal.
"Chh.. Bersih dari mana? Memang kau melihat proses pembuatannya?" tanya Gara membuat Airin terdiam.
"Ahh sudahlah. Capek aku berdebat denganmu. Yang ada perutku malah tambah lapar," ucap Airin berjalan keluar rumah tersebut.
"Hai kau mau kemana?" tanya Gara berteriak.
"Mau cari makan ke jalan depan. Tadi aku lihat ada tukang nasi goreng di sana," jawab Airin sambil berlalu.
"Airin tunggu. Aku ikut," ucap Gara mengejar Airin yang telah keluar dari rumah itu.
"Kau kenapa mengikuti ku?" tanya Airin yang sudah berada di depan gerbang rumahnya.
"Kau tunggu disini. Aku ambil mobil dulu," jawab Gara berlari menuju mobilnya.
"Hhhhhhh," Airin menghembuskan nafasnya kasar.