Citraleka yang sedang berjuang untuk kesembuhan neneknya dikejutkan dengan sebuah penawaran dari seorang pria kaya yang memintanya untuk melahirkan seorang anak untuk pria itu dengan imbalan biaya untuk perawatan neneknya yang sedang menderita penyakit komplikasi.
"Berikan aku seorang anak, maka aku akan membiayai pengobatan nenekmu. " - Davidson fernandez.
Citra tak habis pikir bagaimana bisa seorang pria beristeri yang memiliki image baik bisa mengucapkan kata-kata itu dengan mudah dan akankah ia menerima tawaran sang pria yang memiliki istri seorang supermodel itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06
David terjaga keesokan paginya, matahari belum muncul untuk menyinari bumi saat pria itu tersadar sudah berada di atas ranjang, ia sedikit menggeliat namun gerakannya justru mengusik tidur wanita yang menjadikan lengannya sebagai bantalan. David terhenyak, ingatannya segera berkelebat di kepala, barulah ia menyadari jika semalam dia sudah melakukan itu dengan wanita yang menjadi istri sirihnya ini.
David membuang napas kasar, untungnya gerakannya tadi tidak sampai membangunkan Citra yang masih terlelap dalam tidurnya, dengan penuh kehati- hatian David melepaskan lengannya di bawah kepala citra, dan memindahkan kepala wanita itu di atas bantal agar tidurnya tetap nyaman.
David sedikit meringis saat dia tiba-tiba merasakan perih di belakang punggung nya, saat dia menengok untuk memeriksanya ternyata terdapat banyak cakaran di sana, seketika ia teringat soal semalam.
"Sakit tuan... "
"Tahanlah sebentar, kau bisa memeluk ku atau mencakar punggung ku jika di rasa sangat sakit. "
Ketika mengingatnya, dia menggelengkan kepala. Baru menyadari jika dia kelewatan semalam, padahal tahu ini yang pertama untuk wanita itu. Dia kemudian hendak beranjak namun gerakannya terhenti saat melihat bercak noda merah di atas seprai putih.
Dia memang tidak salah dia dalam memilih, buktinya citra dengan sangat baik dalam menjaga mahkota keperawanannya di zaman seperti ini dan ada kebanggaan tersendiri dalam diri David karena dialah yang pertama kali mendapatkan mahkota itu, tapi semua ini bukan berarti David menaruh perasaan untuk Citra, semua yang terjadi adalah karena kesepakatan dan memang seharusnya terjadi dan David tidak akan melibatkan perasaan dalam urusan perjanjian ini.
Di luar langit tampak sedikit mendung, David berdiri lalu melilitkan handuk di tubuh nya yang polos, ia juga membersihkan segala kekacauan yang ada di kamar itu lalu lanjut membersihkan diri.
Setelah selesai David memakai setelan jas kerja nya yang memang sudah tersedia di kamar itu, dia sudah menyiapkan segalanya dengan sangat baik. Ketika sedang memakai dasi, ponselnya bergetar, panggilan dari Marlon, asistennya datang.
"Tuan, kita ada rapat penting pagi ini. "
"Ya, aku akan segera ke kantor. "
"Baik."
Tut! sambungan lalu di matikan lebih dulu oleh David, ia kemudian keluar dari walk in closed dengan penampilan yang sudah rapih.
Melirik ke samping, ia melihat Citra yang ternyata sudah membuka mata.
Citra sendiri sebenarnya sudah terbangun saat pria itu bangun dan menggerakkan tangannya tadi hingga membangunkan dirinya namun Citra terlalu malu untuk membuka mata, itu sebabnya dia memilih untuk berpura-pura tidur saja.
David berjalan menuju jendela dan membuka gorden kamar mereka, hingga sorot matahari yang baru naik menembus hingga ke dalam, mendung yang tadi terlihat ternyata hanya singgah beberapa saat, yang kini sudah tergantikan dengan langit cerah dan awan- awan putih yang mulai berarak.
Citra sendiri masih menunduk dengan kedua bilah pipinya yang memerah, sorot cahaya matahari yang masuk seolah terpantul dengan sinar kulitnya yang berkilau menjadi pemandangan indah yang David lihat pagi ini. Namun David tidak ingin terpengaruh dalam pesona itu, ia terus menekankan dalam benaknya jika ini hanya sebuah kesepakatan. Bagaimanapun cintanya hanya untuk Flora, istri sah nya secara hukum.
"Mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat. Tubuh mu butuh rileks setelah kelelahan semalam. "
Blush! mendengar ucapan pria itu membuat wajah lembut citra kembali memanas, dia kembali teringat tentang bagaimana perkasa nya pria itu semalam. Citra bukannya tidak tahu jika pria itu dalam pengaruh alkohol semalam namun David benar-benar memperlakukan nya dengan lembut dan penuh kehati- hatian, entah karena David tahu jika dirinya belum berpengalaman dalam hal itu atau karena sifat pria itu yang memang gentleman.
"Angkat lah wajahmu, jika ada orang yang sedang berbicara dengan mu kau harus menatap wajahnya sebagai bentuk kesopanan. " ujar David yang membuat Citra akhirnya sedikit terpaksa mengangkat wajah meski harus menahan malu.
Tapi bagi David, itu justru menggemaskan, dia tersenyum miring. Betapa polosnya gadis ini, ujarnya dalam hati.
David melihat jam di pergelangan tangannya. "Aku akan kembali setelah memimpin sebuah rapat, jika kau lapar aku akan menyuruh orang untuk mengantarkan makanan kesini. "
Hanya ada anggukan dari wanita itu membuat David menyipitkan mata.
"Jika aku berbicara, setidaknya jawab " ya" sebagai balasan, " ujarnya sedikit galak.
Citra yang gelagapan lantas mengangguk. "Iya, tuan. "
Lagi, senyum tipis tersungging di wajah tampan pria itu, padahal David paling terkenal dengan senyum nya yang pelit dan bicara nya yang irit namun di hadapan gadis ini semua itu seolah berbanding terbalik.
David kemudian mendekat, lalu berdiri di samping Citra yang menahan selimut tipis dengan tangannya di atas dada untuk menutup tubuh nya yang masih polos.
Pria itu kemudian sedikit membungkuk, mensejajarkan mulutnya di samping telinga Citra, lalu setengah berbisik. "Makanlah yang banyak, kau perlu banyak energi untuk nanti, karena kita akan terus melakukannya sampai kau hamil anakku. "
Setelah mengatakan itu David kembali menegakkan tubuh nya lantas berlalu dengan kedua tangan di dalam saku, sengaja meninggalkan Citra yang dia tahu saat ini sedang bersemu merah karena malu.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Setelah sampai di kantor, David keluar dari mobil Porsche 911 Carrera miliknya. tidak lagi berjalan angkuh seperti biasanya, David kini berjalan lebih santai saat masuk ke dalam loby perusahaan. Wajah yang selalu terlihat keras dan garang kini tidak terlihat, yang ada hanya wajah yang tampak sedikit melembut meski tidak ada senyum di sana. Satu keanehan lagi tidak biasanya David menanggapi sapaan para karyawan yang berlalu lalang melewati nya.
Jika dulu ia selalu abai kini ia menanggapi setiap senyum dan sapaan karyawan dengan sedikit anggukan.
Namun perubahan itu justru menjadi tanda tanya besar untuk para karyawan, mereka jadi terheran-heran dengan perubahan sikap sang bos yang tiba-tiba.
"Eh pak David tumben nanggepin salam kita. "
"Iya, biasanya lewat gitu aja udah kaya malaikat pencabut nyawa. "
"Bener ih, gak kaya biasanya pak Dirut kaya gini, dunia udah berubah ya? "
"Pak David abis dapat doorprize kali, liat tu aura kegelapan nya udah gak ada, wajahnya juga gak ketekuk mulu. "
Beberapa suara sumbang dari para pegawai mengomentari sikap David pagi ini, ada yang senang dan berharap sikap David seperti itu terus ada juga yang merasa takut karena tidak biasanya bos yang mereka kenal tidak seperti itu.
Namun seperti biasa David enggan mempermasalahkan semua itu dia tetap enjoy masuk ke dalam ruangannya.
"Lima belas menit lagi, meeting di mulai tuan, " lapor Marlon ketika dia sudah sampai tempat duduk nya.
"Oke, persiapkan semua nya dengan baik, dan untuk berkas- berkas yang akan aku tanda tangani taruh semuanya di sini. "
Marlon mengangguk, wajah pria berusia 26 tahun itu tampak menegang sesaat ketika tiba-tiba David melayangkan senyum padanya.
Bukannya senang, Marlon marah merinding. Pasalnya aneh saja karena sebelumnya David tidak pernah memberikan senyum seperti itu padanya sebagus apapun kinerjanya.
"Horor, ini lebih horor dari film setan. " gumam Marlon dalam hati.
****
See you next chapter 💋
di tunggu up nya
🙏🙏🙏
di ceraikan oleh David
dan Citra hamil...
lanjut thor ceritanya
suka sama Flo...
dilema
akankah Citra
langsung Hamidun
dengan sekali tendang...
lanjut thor ceritanya
si tunggu up nya