Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29.Pergi berkunjung.
Pagi itu, halaman depan kediaman keluarga Zhao dipenuhi kabut tipis yang perlahan memudar seiring matahari terbit. Udara terasa segar, seolah tak ada yang terjadi semalam, padahal seluruh rumah masih diam-diam membicarakan kejadian di ruang tengah. Pelayan-pelayan yang menyaksikan keganasan Zi ning (atau Li Mei, sesuai penyamarannya) kini tak berani menatapnya secara langsung.
Zi ning berdiri di serambi, mengenakan pakaian sederhana berwarna biru pucat, rambutnya diikat rapi. Yue berdiri di sampingnya sambil memegang kantong kecil berisi ramuan yang telah disiapkan untuk Tuan Zhao jika diperlukan saat mereka meninggalkan tuan Zhao. Keduanya menunggu Shen li, yang akan membawa mereka keluar.
Tak lama, Shen li muncul mengenakan jubah pria bangsawan berwarna hijau tua, lengkap dengan sabuk perak yang menandakan statusnya sebagai putra keluarga Zhao yang berpengaruh. Wajahnya tenang, tapi matanya memantulkan tekad.
"Apa kita bisa berangkat? " Tanya Shen li dengan singkat.
"Sudah kak, tapi aku masih tidak tega meninggalkan ayah sendirian. "
"Jangan khawatir!, aku sudah menempatkan pelayan setiaku dan setelah mengantarmu aku juga yang akan menggantikan dirimu menjaga ayah. Jadi jangan cemas!. "
"Baiklah, kalau begitu aku tenang. ""Zi ning mengangguk. “Kami siap.”
“Bagus. Kita harus berangkat sebelum matahari naik terlalu tinggi. Aku tidak ingin Mei Ling atau orang-orangnya mencari alasan untuk menunda kepergianmu,” jawab Shen li sambil melirik sekilas ke arah koridor rumah, seolah mengantisipasi gangguan.
Akhirnya mereka bertiga siap pergi meninggalkan rumah keluarga Zhao sementara, dan Zi ning pergi dengan persiapan menemui keluarga nya.
Perjalanan ke gerbang utama keluarga Zhao terasa berbeda pagi itu. Biasanya pelayan memberi salam sopan pada Shen li, tapi kali ini banyak yang hanya menunduk tanpa suara, takut menyinggung Zi ning yang berjalan dengan kepala tegak. Yue memperhatikan sekitar dengan waspada, tangannya sesekali menggenggam barang yang akan diberikan oleh keluarga Liu.
Begitu mereka sampai di gerbang, sebuah kereta sederhana namun elegan sudah menunggu. Kusirnya memberi salam hormat kepada Shen li.
“Rumah keluarga Liu tidak jauh dari sini,” kata Shen li sambil membuka tirai kereta. “Aku hanya mengantarmu dan langsung kembali ke rumah,dan saat sore aku akan menjemputmu.”
Zi ning hanya tersenyum tipis. “Baik kak, aku juga tidak bisa berlama-lama disana karena mengkhawatirkan ayah.”
Setelah percakapan singkat itu, akhirnya mereka siap pergi dengan perasaan yang tenang. Tapi Zi ning sedikit khawatir karena, ia tidak begitu mengenal keluarga Zi ning pemilik tubuh yang ditempatinya.
Di dalam kereta, perjalanan berlangsung tenang. Jalan menuju rumah keluarga Liu melewati deretan pohon willow yang daunnya bergoyang diterpa angin pagi.
“Nona Zi ning,” kata Shen li tiba-tiba, memecah kesunyian. “Kakakmu… Yun hao, sangat merindukan kedatangan mu.”
Zi ning mengangguk, tapi tatapannya sedikit berubah. Ada ketegangan yang jarang muncul di wajahnya.
“Aku jadi gugup bertemu mereka.”
"Hal seperti itu sudah biasa, karena sudah sekian lama kalian tidak bertemu perasaan gugup seperti itu bisa saja terjadi. "
"Kakak benar, tapi bagaimanapun juga cepat atau lambat aku akan bertemu mereka. "
Setelah percakapan pribadi itu, i Ning hanya tersenyum untuk menutupi perasaan gugupnya. Ia menatap keluar jendela, melihat bayangan pepohonan yang berlari mundur. "Cepat atau lambat aku harus bertemu dengan keluarga ku, mungkin akan terasa canggung tapi aku harap akan berakhir baik.”
Tak lama kemudian, kereta berhenti di depan gerbang besar keluarga Liu. Bangunan itu tampak megah tapi bersahaja, berbeda dengan kemewahan mencolok keluarga Zhao. Dua penjaga di depan gerbang segera memberi salam pada Shen li, lalu membuka pintu gerbang mereka.
“Kita sampai,” kata Shen li sambil turun lebih dulu, lalu menoleh pada Zi ning dan Yue. “Nikmati waktu kalian dengan pelan, setelah melihatmu masuk kedalam aku akan pulang.”
Zi ning melangkah turun dari kereta, matanya menatap gerbang keluarga Liu dengan ekspresi yang sulit dibaca. Di balik sana, seseorang sudah menunggu sosok dengan postur tegap dan tatapan tajam namun hangat. Yun hao.
Setelah kereta Shen li pergi, Zi ning menatap Yun hao dengan mata penuh kekaguman.
Zi ning mengagumi ketampanan Yun hao. "Yue siapa pria tampan itu?. "
Yue yang berdiri di sebelah nya menjadi heran. "Nona, dia kakak pertama anda. Apa anda lupa?. "
Zi ning langsung terkejut. "Kakak!, kami bersaudara?. "
Sayang sekali!, kakak pertama nya setampan itu bagaimana dengan kakaknya yang lain, pikir Li hua.
"Tentu ingat, kita jarang bertemu jadi aku sedikit lupa" Jawabnya sambil tersenyum.
Yun hao menatap adik perempuannya itu beberapa detik tanpa berkata apa-apa. Sorot matanya tajam, namun ada kehangatan yang tak bisa disembunyikan. Saat akhirnya ia melangkah maju, langkahnya mantap, dan begitu jarak mereka cukup dekat, ia berhenti tepat di depan Zi ning.
“Zi ning,” ucapnya perlahan, suaranya dalam namun tenang. “Kamu sudah banyak berubah…sudah lama aku tidak bertemu dengan mu. Kakak merindukanmu!.”
Langsung saja Yu hao memeluk Zi ning dengan erat, pelukan saudara itu membuat Zi ning terkejut dan gugup.
"Kakak pertama juga, sudah banyak berubah. "
Zi ning, yang sebenarnya masih berusaha menyesuaikan diri dengan perannya sebagai Zi ning asli, menunduk sedikit untuk menyembunyikan keterkejutannya. Namun, ia cepat menutupinya dengan senyum tipis.
Lalu Yun hao melepaskan pelukan nya dar Zi ning,Yun hao tiba-tiba meraih pundaknya dengan kedua tangan, menatapnya dari dekat, seolah ingin memastikan bahwa adiknya benar-benar berdiri di hadapannya. “Kamu tahu kami menjemputmu di keluarga Wu, tapi kamu malah dibilang sudah meninggal tapi kami tidak percaya kalau kamu meninggal begitu saja,maafkan kami tidak segera menjemputmu sehingga kamu mengalami banyak sekali hal buruk.”
"Tidak, jangan salahkan dirimu. Bukankah kita bisa berkumpul kembali. "
"Kau benar. "
Di belakang mereka, Yue menunduk sopan. Ia bisa merasakan bahwa keluarga Liu memiliki suasana yang sangat berbeda dari keluarga Zhao: tidak ada tatapan penuh intrik, tidak ada bisikan licik, hanya kehangatan yang tulus.
“Masuklah,” ajak Yun hao sambil memberi isyarat dengan tangannya. “Ayah dan saudara kita sedang menunggumu di aula utama. Mereka sangat ingin bertemu denganmu.”
Di dalam rumah keluarga Liu, arsitekturnya sederhana namun elegan. Ukiran kayu di pilar-pilarnya menggambarkan burung phoenix yang sedang mengepakkan sayap, melambangkan harapan dan kebangkitan. Aroma teh melati menguar dari ruang dalam, membuat suasana terasa damai.
Di sana beberapa pria memandang Zi ning dengan tatapan bahagia, seorang pria yang tampak seperti versi lebih tua dari Yun hao berdiri dengan senyum bangga. “Selamat datang kembali, Zi ning. Rumah ini selalu menjadi milikmu.”
Zi ning sedikit terdiam, tidak terbiasa dengan sambutan sehangat ini. Namun ia tahu ia harus menjawab dengan cara yang sesuai. “Terima kasih, Ayah,” katanya pelan, suaranya terdengar tulus meski di dalam hatinya masih diliputi campuran gugup dan rasa penasaran.
Saudara ke lima Zi ning, lalu memeluknya dan satu persatu saudara laki-laki Zi ning memeluknya dengan erat seakan mereka merindukan nya.
Perasaan hangat ini tidak pernah ia rasakan di kehidupan Li hua sebelum nya, kehidupan yang sepi dan di penuhi tanggung jawab pada tugasnya sebagai pemimpin perusahaan. Kehangatan keluarga seperti mimpi dalam kehidupan Li hua, saat mendapatkan kehangatan dalam keluarga Zi ning ia menjadi tersentuh.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡