NovelToon NovelToon
TamaSora (Friend With Benefits)

TamaSora (Friend With Benefits)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Office Romance
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mima

"Cinta ini tak pernah punya nama... tapi juga tak pernah benar-benar pergi."

Sora tahu sejak awal, hubungannya dengan Tama tak akan berakhir bahagia. Sebagai atasannya, Tama tak pernah menjanjikan apa-apa—kecuali hari-hari penuh gairah.

Dan segalanya semakin kacau saat Tama tiba-tiba menggandeng wanita lain—Giselle, anak baru yang bahkan belum sebulan bergabung di tim mereka. Hancur dan merasa dikhianati, Sora memutuskan menjauh... tanpa tahu bahwa semuanya hanyalah sandiwara.

Tama punya misi. Dan hanya dengan mendekati Giselle, dia bisa menemukan kunci untuk menyelamatkan perusahaan dari ancaman dalam bayang-bayang.

Namun di tengah kebohongan dan intrik kantor, cinta yang selama ini ditekan mulai menuntut untuk diakui. Bisakah kebenaran menyatukan mereka kembali? Atau justru menghancurkan keduanya untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Giselle.

Kembali ke waktu sekarang.

Pesawat telepon di meja Tama berbunyi. Tangan kirinya bergerak meraih gagang benda itu tanpa memalingkan perhatiannya dari layar komputer.

“Halo? Oh, iya, Pak. Oh, baik, saya segera ke sana.”

Telepon terputus, Tama kembali meletakkan gagang ke tempatnya. Setelah itu dia beranjak meninggalkan meja dan hendak keluar dari ruangan.

“Ke mana, Bos? Gue ada yang mau ditanya padahal.”

“Bentar, Jo. Dipanggil bos.” Tama menepuk pundak Jo yang berusaha menyela langkahnya. Saat melewati meja Sora, dia mengetuk usil sebanyak dua kali. Sora melirik dan mereka baru pandang sebentar. Hanya sekian detik. Sebelum laki-laki itu mencapai pintu.

Telepon yang barusan itu adalah dari Pak Rahmat, manajer keuangan mereka. Tama belum tau apa tujuan dia dipanggil ke ruangan yang ada di bagian tengah lantai ini. Sudah pasti ada yang penting dan itu menyangkut pekerjaan bukan?

Tama mengetuk ruangan Rahmat dengan sopan. Suara bariton dari dalam sana terdengar mempersilakan. Laki-laki itu mendorong daun pintu ke dalam. Masuk, lalu menutupnya kembali.

“Mas Tama, duduk… duduk.”

Rahmat tidak ada di meja kerjanya. Melainkan di sofa set dimana tidak hanya dirinya sendiri yang sedang ada di sana. Tama duduk di kursi kosong, persis di hadapan seorang gadis yang sepertinya adalah tamu Rahmat.

“Mas Tama, kenalkan, ini Giselle. Keponakan saya.” Rahmat to the point. Yang ditunjuk memberikan senyum manisnya kepada Tama.

“Ha—halo, Mas. Giselle.” Perempuan itu mengulurkan tangannya duluan, dengan sungkan sambil memperkenalkan diri. Tama bisa menebak, dia masih sangat muda. Mungkin under dua puluh lima.

“Halo, saya Tama.” Tama menyambut uluran tangan Giselle sambil ikut tersenyum. Tak lupa memperkenalkan namanya sendiri juga.

“Jadi, Mas Tama, Giselle ini kan baru lulus kuliah. Dia mau cari-cari pengalaman kerja dulu katanya. Saya pikir-pikir, kayaknya lebih baik dibuat di tim Mas Tama saja. Toh jurusan dia cocok. Gimana?”

“Oh?” Tama menoleh sejenak kepada Giselle, lalu kembali ke Rahmat lagi. “Saya ikut saja, Pak,” jawab pria itu kemudian. Memangnya dia bisa bilang tidak?

“Saya titip dia, ya, Mas. Masih baru lulus banget, masih bau kencur. Belum tau apa-apa. Tapi anaknya cerdas kok. Gampang diajarin.” Rahmat seperti bisa membaca keraguan Tama walau hanya sedikit.

“Gampang, Pak. Ada banyak anak-anak yang bisa ajarin.” Sang bawahan berseloroh.

“Ah iya, Giselle, nanti ada Mba Sora, Mba Kayla yang jadi teman kamu perempuan. Kamu baik-baikin mereka ya? Jangan sampai karena kamu keponakan saja, jadinya malas-malasan. Oke?”

“Siap, Om.” Giselle mengangguk dan tersenyum pasti kepada omnya.

“Kalau begitu, bisa dibawa langsung ke ruangan, Mas? Nebeng di meja Mba Sora aja dulu, atau Mba Kayla. Besok kita tambah satu set meja lagi. Ini CV-nya lagi diproses sama HRD sebelum dibuatin pengajuan penambahan meja dan unit komputer.” Rahmat memberi instruksi agar Tama langsung membawa Giselle ke dalam ruangan.

“Baik, Pak. Mari... ah, saya baiknya panggil apa ya?" Tama bertanya agar tidak salah.

"Giselle aja, Mas."

"Oh baik, Pak. Kalau begitu kami permisi. Mari, Giselle." Kemudian Tama bangkit berdiri diikuti Giselle yang juga berpamitan. Keduanya keluar dari ruangan. Giselle mengekor langkah Tama menuju ruangan AR.

Ternyata hanya butuh sepuluh langkah, mereka langsung tiba. Tama membuka pintu tanpa mengetuk. Sudah pasti, karena dia adalah bos di ruangan ini.

“Guys.”

Suara Tama membuat semua orang yang ada di dalam sana berpaling ke arah mereka. Melihat Tama kembali bersama seorang perempuan cantik, Axel dan Jo langsung bereaksi.

“Wuihhhh, bawa siapa nih bos?” Mereka sampai menghentikan pekerjaannya. Namun tidak dengan Julian. Pria introvert itu hanya melirik sekilas, lalu perhatiannya kembali ke layar komputer. Sora dan Kayla yang duduk berdekatan juga menatap ramah kepada Giselle.

“Kenalin, ini Giselle. Titipan si bos di divisi kita.” Tama memperkenalkan.

“Salam kenal, Mas, Mba,” sapa Giselle dengan sopan. Kepalanya sedikit menunduk ke arah orang-orang di hadapannya.

“Halo, Giselle.” Jo menyapa genit. Seketika istri di rumah terlupakan begitu saja.

“Giselle masih muda banget kayaknya. Umurnya berapa?” sahut Axel.

“Dua puluh dua, Mas.”

“Waaaaahhhh, selera lo banget, Xel.” Sora tanpa sadar menyeletuk. Yang dia tau, Axel memang hobi menggoda anak-anak fresh graduate yang masuk ke kantor ini. Makanya dia suka berkunjung ke ruangan divisi-divisi lain.

“Ssttt. Jadi ketahuan kan? Rusak deh image gue, Ra.” Axel berlagak ngedumel. Candaannya membuat Tama, Giselle, Sora dan Jo sama-sama tertawa.

“Sora, gue serahin ke lo dulu ya? Mejanya baru ada besok. Ajarin dasar-dasarnya dulu aja.” Tama menunjuk Sora tanpa berpikir. Yang dia tau, Sora selalu cepat akrab dengan orang baru.

“Oh, oke, siap. Sini, Sel. Tarikin kursi yang itu tuh.” Sora menunjuk belakang Giselle dengan dagunya.

“Oh, oke, Mba.” Giselle menurut. Tama sendiri langsung menghampiri Jo untuk menjawab pertanyaan yang sempat tersendat tadi.

Setelah Giselle duduk di sebelah Sora, yang berikutnya terdengar adalah suara Sora yang mulai mengajak Giselle bertanya jawab tentang apa yang dia ketahui tentang jobdesk di divisi AR. Harapannya, Pak Rahmat tidak sembarangan memasukkan dia ke tim ini.

Setelah selesai dengan Jo, Tama kembali ke mejanya. Kemudian sesekali melirik Sora dan Giselle yang mulai terlihat akrab.

Benar kan? Dia selalu bisa mengandalkan Sora.

***

“Pulang duluan ya, Mba, Mas.” Giselle berpamitan kepada para seniornya. Kata Rahmat jam kerjanya adalah jam delapan pagi sampai jam lima sore. Orang-orang juga sudah mengemasi barang masing-masing.

“Kamu pulang sama Pak Rahmat?” tanya Sora.

“Hari ini iya, Mba. Besok sudah bisa sendiri.”

“Memangnya rumah kamu daerah mana?” Axel selalu ingin ikut campur pembicaraan orang lain. Itu sudah menjadi ciri khasnya. Giselle pun memberi tahu alamat rumahnya.

“Oh, searah sama lo, Jul?”

Julian yang tidak pernah tertarik dengan obrolan teman satu ruangannya, hanya mendelik sekilas. “Memangnya kenapa kalau searah sama gue?” tanyanya dingin.

“Ya nggak apa-apa. Barangkali lo mau antar gitu.”

Julian mengangkat kedua bahunya, tidak tertarik menyahut ucapan Axel. Laki-laki itu malah menyandang ranselnya dan pergi begitu saja.

“Ya udah, Sel, hati-hati ya. Ingat, besok kita ada kuis.” Sora mengingatkan sambil mengedipkan sebelah mata. Giselle mengangguk lagi sebelum akhirnya dadah-dadah kepada Kayla juga. Sepertinya hari pertamanya berjalan dengan baik.

Axel, Jo dan Kayla menyusul keluar. Seperti biasa, Sora sengaja mengulur waktu karena dia akan pulang bersama Tama. Bos yang kini tinggal di apartemen sebelahnya.

“Gimana dia? Bagus?” tanya laki-laki yang baru saja selesai mematikan PC-nya.

“Not bad. Dia pintar. Mau mendengar dan nggak pernah menyela kalimat gue.”

Tama mengangguk-angguk. “Pak Rahmat bilang dia cerdas. Tadinya gue kira itu hanya isapan jempol. Semoga dia bisa meringankan kerjaan lo dan Kayla.”

Mereka masih duduk di meja masing-masing saat berkomunikasi. Kemudian, setelah Tama beres dengan mejanya, laki-laki itu menghampiri meja Sora. Berdiri di sebelah perempuan yang masih belum selesai dengan printilan isi tasnya.

“Mau makan apa malam ini?” Dengan lugas dia memainkan ujung rambut gadis itu. Kalau sudah hanya berduaan di ruangan, memang bawaannya ingin bermesraan.

“Ng… bebas, Tam,” jawab perempuan itu.

“Jawaban lo nyusahin. Bisa nggak sih perempuan itu kasih jawaban yang pasti-pasti aja? Supaya kita para pria ini nggak perlu susah-susah mikir?”

Sora tergelak. Diputarnya kursi sehingga menghadap Tama yang tetap tampan dengan kemeja yang masih rapi walau sudah sore. Sangat berbeda dengan Jo dan Axel yang sudah pasti berantakan. Ah, Julian juga sama seperti Tama. Selalu rapi.

“Kenapa juga bukan laki-laki yang menentukan? Kenapa harus nanya terus. Hayo?” Sora menantang balik. Kalau dipikir-pikir, kenapa hal sepele ini selalu dijadikan kesalahan perempuan?

Tama menarik rambut gadis itu dan menghirup aromanya. Wangi sekali. “Karena yang sering terjadi, kalau kita sudah menentukan pilihan, kalian para wanita sudah pasti nggak setuju. Kalian pasti menolak dan punya pilihan lain.”

“Oke, coba aja dulu. Kita lihat, apakah gue marah?” Sora meminta Tama merekomendasikan satu jenis makanan untuk makan malam mereka.

“Sate madura yang ada di dekat apartemen?” Tama mendelik. Yang dia tau Sora tidak suka makanan yang mengandung kacang.

“Curang." Sora mendorong wajah Tama yang sudah mendekat ke wajahnya. "Lo tau gue nggak suka kacang, Tam! Ck!”

“Sama aja. Intinya lo nolak ‘kan? Ha-ha-ha-ha!” Tama tertawa-tawa. Dan Sora menanggapinya dengan bibir yang manyun, cemberut.

Rupanya Tama menganggap itu sebagai sebuah pancingan. Bibir yang sedang mengerucut itu berakhir di dalam rongga mulut Tama yang sudah tidak sabar ingin menciumnya sejak tadi.

***

Pada akhirnya kedua insan itu memesan makanan lewat aplikasi online. Setelah berembuk dan setuju ingin makan ayam bakar, Sora lalu memilih lewat gadget miliknya. Dia masih ada di unitnya sendiri dan Tama pun sama. Biasanya mereka mandi dulu, berganti pakaian, lalu bertemu lagi setelah makanan mereka datang. Entah Sora yang akan ke unit Tama, atau sebaliknya.

‘Tam, ini makanannya udah datang.’

Pesan masuk dari Sora diterima oleh Tama yang sedang rebahan di sofa.

‘Oke, gue ke sana.’

Tama sudah berdiri dan bersiap akan keluar dari kamar, ketika ponselnya kembali berbunyi, pertanda ada pesan masuk dari seseorang.

Tama melihat itu dari nomor baru. Cepat-cepat dibukanya karena khawatir itu pesan penting.

Dari : +628127899xxxx

'Mas Tama, ini Giselle. Aku dapat nomor Mas dari Om Rahmat. Tolong save nomor aku ya, Mas. Thank you.'

Tama membalas ‘oke’ saja dan langsung keluar dari kamarnya. Langsung menghampiri unit apartemen sebelah yang sudah rutin dia kunjungi.

Sora membuka pintu setelah terdengar suara ketukan. Mempersilakan Tama masuk dengan senyum manis di bibir.

“Eh, si Giselle chat lo juga nggak?” Tama duduk di kursi meja makan sambil bertanya tentang Giselle.

“Enggak. Nge-chat soal apa?” Yang ditanya duduk di kursi seberang. Tama menyodorkan ponselnya yang sudah menampilkan pesan dari Giselle yang tadi. Dan setelah membacanya, Sora menggeleng.

“Kalian udah tukeran nomor?”

Perempuan itu menggeleng lagi. Ada perasaan janggal yang langsung muncul, namun berusaha dia sembunyikan. Perasaan tidak suka jika ada perempuan lain yang terkesan ingin mendekati Tama. Tapi semoga saja tidak. Dan walaupun iya, bukankah dia dan Tama tidak punya hubungan apa-apa?

“Mungkin besok.” Sora menambahkan sambil tersenyum kecil.

Tama meletakkan ponselnya di samping. Dia sudah sangat lapar. Laki-laki itu membuka sterofoam miliknya dan langsung tergoda akan aroma ayam bakar madu yang begitu lezat.

“Lo tau banget kesukaan gue, Ra. Thank you.” Tama mengucapkan terima kasih karena Sora sudah mengerti seleranya. Bagian paha atas, pakai kol goreng dan tidak pedas.

“Sama-sama, Tam. Yuk, makan. Gue udah lapar banget.”

Keduanya sama-sama menikmati makan malam dengan tenang. Sesekali membahas tentang pekerjaan dan juga berita yang sedang ramai dibicarakan di internet. Seperti biasa, Sora menyeletuk tentang idol Korea kesukaannya. Membuat Tama memutar bola mata karena sudah terlalu muak mendengarnya.

"Lo udah tua, Ra. Udah bukan waktunya lagi ngefans sama yang begituan.”

“Di dunia yang fana dan kejam ini, hiburan gue itu doang, Tam.”

“Coba aja nyokap lo tau ini. Kayaknya lo bakalan disuruh balik kampung aja dan dipaksa nikah sama orang yang dia jodohin. Dari pada nge-fandom nggak jelas.” Tama sudah selesai makanan. Pria itu berdiri untuk membuang sampah ke keranjang sampah yang ada di dekat wastafel.

“Dari dulu gue udah nikah kali, Tam. Lo doang yang larang-larang gue ikut kencan buta. Lupa lo?!”

Tama tergelak asal. Sekarang dia sedang mencuci tangan. Setelah itu kembali lagi ke meja makan dengan air mineral yang barusan dia ambil dari kulkas.

“Pokoknya lo nggak usah aneh-aneh. Cari cowok yang bener aja, Ra. Dari pada ngefans sama mereka.”

“Gimana gue mau cari cowok, kalau gue selalu stuck di apartemen sama lo?” Berganti perempuan itu yang beranjak dari kursi dan ikut membuang sampah sisa makanannya.

“Ya udah, kalau gitu lo sama gue aja.”

***

Visual Tama lagi makan ayam bakar madu :

Visual Sora yang udah pakai piyama :

Visual Giselle :

1
Jeng Ining
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ ada yg kebakaran tp gada apinya
Jeng Ining
nah ini dpt bgt feelnya tnpa typo nama, kita kek masuk beneran diantara mreka, terimakasih Kak, mdh²an ga cm updte 1 bab ya 🙏😁✌️
Asri setyo Prihatin
Luar biasa
Mama Mima
Terima kasih masukannya, Kakk. Padahal aku udah double check teruss. Ada aja yang kelolosan. Heuu... 🙏🏻🥹
Jeng Ining
terimakasih udh suguhin cerita keren kak🙏🥰
Jeng Ining
cerita bagus, penggambarannya mudah dicerna begini🫰😍🥰, sayang kak banyak typo nama, lbh baik direvisi atw paling engga ke depannya lbh teliti lg, mhn maaf klo komennya kurg berkenan, mdh²an makin sukses di NT🙏☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!