Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kayla
"Sadar apa yang kamu katakan, Kayla?" ucap Raka yang sungguh kaget atas ucapan putrinya. "Papa tau kamu takut untuk memulai hubungan kembali. Tapi ini tidak baik untukmu. Papa sudah bilang kalau perpisahan akan selalu ada."
"Nak, kalau kamu tidak ingin menikah, lantas apa kata kerabat kita nanti?" sahut Bela. "Sebagai orang tua, kami juga menginginkan seorang cucu."
Kayla tahu jika ia tidak menikah pasti orang tuanya akan protes. Ia juga mengerti mengenai kebiasaan orang yang akan bergunjing mengenai dirinya nanti. Seorang wanita perawan tua akan dikucilkan, tetapi Kayla tinggal di kota besar. Tidak ada yang akan berani menganggunya. Namun, ia juga paham kalau tempat ia dilahirkan bukan negara luar meski sudah ada kebebasan dalam pendapat atau memilih.
"Kayla ingin tinggal di luar negeri."
"Apa?!" mata Raka terbelalak mendengar hal itu. "Apa otakmu kerasukan hantu gunung? Tinggal di luar negeri dan kamu ingin bebas begitu? Apa Papa mengajarkanmu bersikap seperti itu? Tradisi kita ini berbeda, Kayla. Jangan lupakan di mana kamu lahir."
"Kenapa Papa mengaitkan ini dengan tradisi atau apalah itu. Ini hidup Kayla."
"Kamu ingin menentukan hidupmu sendiri begitu?" Raka tidak habis pikir dengan prinsip hidup Kayla.
"Kayla sudah memutuskan. Kayla ingin melihat dunia luar. Dunia yang berbeda. Kayla akan ke luar negeri. Kebetulan Steve mengundang ke acara pesta pernikahan. Tidak baik jika tidak menghadirinya."
Selesai mengatakan hal itu, Kayla beranjak meninggalkan kedua orang tuanya. Ia menuju ke kamar tidur, sedangkan Raka dan Bela masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi.
"Apa kita harus panggil paranormal? Kurasa Kayla memang kerasukan hantu gunung," ucap Bela.
"Bisa-bisanya kamu bercanda seperti ini, Bela. Anakmu tidak mau menikah, lalu dia mau apa? Tinggal di luar negeri, hidup bersama pria dan melahirkan anak tanpa pernikahan. Apa itu keinginannya?" tutur Raka kesal.
"Jika kita bersikeras menolaknya, dia akan semakin membangkang. Kayla ingin melihat dunia luas. Aku setuju dengan itu," ucap Bela.
"Kamu setuju? Kurasa kamu yang kerasukan hantu," kata Raka.
"Bukan begitu maksudku. Jika dia tidak ingin menikah, itu keputusannya. Aku bersyukur Kayla tidak lari ke arah yang buruk.Tidak mabuk atau mengonsumsi obat terlarang karena cinta. Dia masih mengerti apa yang tidak baik untuknya."
"Sayang, aku hanya .... "
"Aku mengerti maksudmu. Kita menikah dulu baru berhubungan suami istri. Kayla tidak mungkin melakukan itu pada setiap pria. Dia tidak sebebas itu. Aku harap di luar sana ia akan menemukan pria baik. Ini mengenai prinsip, Sayang," tutur Bela.
Raka mengembuskan napas panjang. Ia bersandar di badan sofa. Zaman sudah berubah. Raka percaya ada neraka dan surga. Kayla pun begitu. Ia telah menasihati putrinya. Memberi didikan apa yang baik dan buruk. Namun, balik ke pemikiran masing-masing. Kayla dengan pola pikirnya sendiri. Jika Kayla berani berbuat, maka ia harus berani bertanggung jawab. Raka hanya bisa menghormati prinsip hidup putrinya.
Di dalam kamar, Kayla membereskan dokumen miliknya. Paspor sudah ada dan ia tinggal mengurus visa untuk ke Amerika. Untuk masalah ini sangat mudah. Ia punya teman yang bisa mengurus visa dengan cepat.
Dua hari yang lalu, Steve memberi pesan. Ya, pria itu meminta maaf dan mengabarkan kalau akan menikah. Pernikahan di tanggal, bulan dan tahun yang sama seperti yang direncanakan Kayla. Padahal masih ada waktu satu bulan lagi, tetapi Steve memberitahunya dengan cepat. Mantan tunangannya itu pasti menyuruh Kayla untuk bersiap menyiapkan dokumen keberangkatan.
Sialan! Steve pikir Kayla akan menangis. Memang kenyataannya begitu. Kayla memaki dan mengutuk Steve. Namun, hal itu bisa ucapkan di dalam hati saja.
Kayla akan ke Amerika, selain itu akan berlibur. Sudah lama ia merencanakan liburan sendiri di luar negeri. Ia akan berpetualang dan kali ini Kayla liburan di tempat yang tidak biasa.
"Amerika! Tunggu kedatanganku," ucap Kayla.
Pintu kamar diketuk dari luar. Kayla tahu jika itu kedua orang tuanya. Sebenarnya Kayla malas untuk berdebat lagi, tetapi ini ayah dan ibunya. Tidak baik mengabaikan orang tua sendiri.
Kayla beranjak membuka pintu kamar. Ia mempersilakan Bela dan Raka masuk. Raka duduk di tepi tempat tidur, ia menepuk sisi sebelahnya. Kayla mengerti arti dari kode ayahnya, lalu duduk di samping Raka disusul oleh Bela.
"Nak, Papa dan Mama cuma bisa menasihati. Kamu sudah dewasa. Tahu mana yang baik dan buruk. Setiap apa yang kita lakukan, pasti ada konsekuensinya," tutur Raka.
Kayla memeluk sang ayah. "Kayla mengerti, Pa. Jangan khawatir."
"Kamu yakin ingin ke Amerika?" tanya Bela.
Kayla mengangguk. "Kayla ingin memberi kejutan pada Steve."
"Papa akan bantu mengurus kepergianmu."
"Jangan beritahu siapa pun kalau Kayla akan pergi."
"Kenapa?" tanya Bela dan Raka berbarengan.
"Apa semua masalah di rumah ini harus diberitahu? Tidak, kan," jawab Kayla.
Raka terkekeh. "Papa suka kebiasaan kalau sudah kumpul sama Dean dan Kevin."
"Mama juga. Maklum, Sayang. Keluarga kita sudah sangat dekat," sambung Bela.
"Sekarang beritahu seadanya saja," kata Kayla.
"Akan kami coba," sahut Raka dan Bela serempak.
Kayla cuma bisa menggelengkan kepala. Ketiga keluarga itu seperti belahan jiwa yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan mereka malah lebih dekat dari kerabat sendiri.
...****************...
Sebelum pergi jauh, Kayla mengadakan makan malam bersama keluarga sahabat orang tuanya. Jelas sekali keluarga Kevin dan Dean kaget akan perubahan dari Kayla.
"Putri kita semakin cantik, Bela," ucap Natalie.
"Mamanya juga cantik kali," jawab Bela.
"Jika Om masih muda, pasti naksir sama Kayla," celetuk Kevin.
Kayla tersenyum tipis. "Om bisa saja."
"Kayla kita tetap menggemaskan," sahut Elena.
"Dia putri kecilku," timpal Dean.
"Kalian ini! Kayla itu putriku dan Bela. Kalian tidak boleh memilikinya," ucap Raka.
Sebenarnya pujian ini yang tidak Kayla senangi. Kayla merasa jika orang dewasa yang duduk bersamanya menganggap ia anak kecil. Kayla sudah dewasa dan tubuhnya tidak lagi gendut. Seharusnya tidak ada yang boleh menyebutnya imut dan menggemaskan.
"Kamu baik-baik saja," bisik Anthea.
"Aku sudah tidak apa-apa," balasnya.
"Oh, ya, Kayla. Selanjutnya kamu ingin bekerja lagi di tempat Om?" tanya Kevin.
Kayla menggeleng. "Kayla ingin liburan dulu."
Raka dan Bela saling melirik. Mereka tidak akan memberitahu keputusan Kayla yang ingin tinggal di luar negeri. Ini urusan keluarga mereka sendiri.
"Ke mana?" tanya Aretha.
"Cuma di luar kota saja," jawab Kayla.
Kayla tidak akan memberitahu jika ia berniat ke Amerika demi menghadiri pesta pernikahan sang mantan. Ia juga tidak akan bilang jika akan tinggal di luar negeri. Ini hidupnya dan Kayla tidak ingin seseorang menghalangi keputusannya.
Bersambung