Deandra Rashesa adalah gadis cantik, muda dan berbakat, yang masih duduk di kelas 11, di usianya yang masih 18 tahun, ia terpaksa harus melepas masa remajanya demi perjodohan yang tidak ia inginkan.
Rayvano Adiputra perkasa, CEO perusahaan ternama di kotanya adalah sosok yang dijodohkan dengan Shesa, berwajah ganteng, tajir melintir, dambaan banyak wanita tak lantas membuat Shesa menyukainya.
Sifat Vano yang arogan membuat Shesa sangat membencinya.
Karena Shesa masih ingin terus sekolah dan melanjutkan cita-citanya, ia menginginkan pernikahan itu dirahasikan.
Akankan Shesa sanggup melewati konflik-konflik dalam pernikahannya yang dirahasiakan?
MOHON BIJAK YA! NOVEL INI HANYA KARYA FIKSI DAN HANYA KEHALUAN AUTHOR SEMATA. JADI, KALAU TIDAK SESUAI DENGAN KEHIDUPAN NYATA, HARAP MENILAI DENGAN BIJAK ...🙏😊
HAPPY READING ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cucu menantu
Setelah akad nikah selesai, Shesa dan Vano meminta restu kepada Dewa, Anggi dan Hendra.
Shesa berpamitan kepada Dewa dan Anggi, hari itu juga ia akan tinggal di rumah Vano, di kawasan perumahan Elit, kawasan yg khusus untuk para milyarder.
Shesa sudah masuk ke dalam mobil, kemudian Vano menyusul, dilihatnya Shesa sedang tersedu, kemudian Vano memberikannya sapu tangan.
"Usap airmatamu, aku tidak mau nenek melihatmu dengan keadaan seperti itu...mengerti" pungkas Vano sedikit serius
Shesa tidak menjawab malah tangisnya bertambah kencang.
"Hiks...hiks ...hiks...huaaaaa" Shesa semakin tersedu-sedu.
"Ya ampun nih bocah, biasa saja nangisnya nggak usah lebay gitu, kursi mobilku bisa basah tau, harganya mahal nih" umpat Vano
"Eh tuan galak....aku ini sedang bersedih bukan akting, punya empati nggak sih" jawab Shesa manyun
"Cengeng" sahut Vano
"Bodo" sahut Shesa cepat
"Ya Tuhan....pengantin baru tuh biasanya sayang-sayangan, saling mesra satu sama lain... haduuhh tuan muda dan nona muda ini malah berantem" seru Mario geleng-geleng kepala.
"Sayang-sayangan? Sama dia, diihhh amit-amit" sahut Shesa spontan
"Eh...apa kamu, dasar bocah! Awas aja nanti." jawab Vano kesal
"Memangnya kamu apa? Mau ngehukum aku...ayo aja aku ladenin, nih tinjuanku tak pernah meleset" seru Shesa sambil mengepalkan tangannya.
"Awas aja nanti malam, nggak bakalan bisa berdiri kamu" ancam Vano pada Shesa, sembari menyeringai.
"Apa yg ia mau lakukan padaku? Oh tidakk...!" gumam Shesa membayangkan malam pertamanya nanti.
Vano malah tersenyum nakal.
*
*
*
Mereka akhirnya sampai di rumah mewah Vano.
Shesa turun dari mobil, Shesa terperangah
melihat rumah Vano yang megah bak istana raja, banyak lampu kristal yang menghiasi sudut ruangan, memberi kesan betapa mewahnya rumah keluarga CEO itu.
"Ayo masuklah, nenek sudah menunggu" perintah Vano pada Shesa.
Shesa berjalan mengikuti Vano dari belakang.
"Hei...bocah, dengarkan aku, kita harus pura-pura bahagia di depan nenek, jangan nunjukin kejutekanmu padaku, paham!" seru Vano serius.
"Bisa nggak sih kalau manggil tuh nggak usah pake bocah, memangnya aku anak kecil, sopan dikit kenapa" sahut Shesa sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Terus aku harus manggil kamu apa?" sahut Vano.
"Ya...terserah situ saja" sahut Shesa ketus
"Apa ya ...? Aku manggil kamu apa dong?" seru Vano sambil berpikir.
Tiba-tiba suara nenek menengahi percakapan mereka.
"Panggil saja Princess" sahut nenek yang mengetahui Vano sedang kebingungan mencari nama panggilan untuk isterinya.
Shesa dan Vano terkejut setengah mati melihat nenek yang sudah datang dari arah belakang mereka.
"Nenek! Nenek sejak kapan berada disitu?" tanya Vano gugup, karena takut percakapannya dengan Shesa dari awal sudah nenek dengar.
"Baru saja nenek dari belakang, karena nenek mendengar suara mobilmu, nenek jadi tak sabar bertemu dengan cucu menantu nenek, mana dia Vano?" tanya nenek pada Vano.
Shesa digandeng mesra oleh Vano, kemudian mengajaknya berkenalan dengan nenek.
Vano memegang erat tangan Shesa, nenek pun melihatnya begitu senang.
"Issshhh...jangan erat-erat dong, tanganku bisa patah" bisik Shesa lirih.
"Sssttt ...diam lah, kita sedang diperhatikan nenek" sahut Vano sambil mencium tangan Shesa lembut, seolah-olah di hadapan nenek mereka ini saling mencintai satu sama lain.
"Aisshhhh...ngapain sih pake dicium segala, bikin illfeel aja" umpat Shesa dalam hati.
"Nenek...ini Shesa, isteri Vano, cucu menantu nenek" Vano memperkenalkan isterinya pada nenek.
"Hai...nenek, saya senang sekali bisa bertemu nenek, Tuan muda sering bercerita banyak tentang nenek" sapa Shesa sembari mencium tangan nenek.
"Oh iya? Benarkah? Nenek juga senang bertemu denganmu Shesa, oh iya nenek lupa, jangan panggil Vano tuan muda, diakan suamimu sekarang, panggil saja dia Honey" seru nenek sambil tersenyum.
Shesa dan Vano saling melirik. Shesa tersenyum paksa mendengar kalau dia harus memanggil Vano dengan sebutan Honey.
"Bagaimana kalian setuju kan?" tanya Nenek menegaskan.
Vano tidak sanggup untuk tidak menuruti perkataan neneknya, karena Vano sangat menyayangi neneknya.
Sejak kematian ibu Vano, saat itu Vano masih berusia 10 tahun, Vano sangat kehilangan sosok yg terpenting dalam hidupnya, dan nenek lah yang selalu ada, yang selalu menemaninya disaat ia bersedih, dan hari ini Vano membawakan cucu menantu permintaan sang nenek, agar nenek tidak merasa kesepian.
"Tentu saja kami setuju, iya kan Prin...princesss!" seru Vano terbata-bata karena belum terbiasa memanggil Shesa dengan sebutan itu.
"Oohh...tentu saja Hon....Honey" balas Shesa dengan gugup.
"Shesa kemarilah nak! Sepertinya aku pernah melihatmu, tapi dimana ya ? nenek lupa" seru Nenek
"Benarkah itu nek" jawab Shesa
Sejenak nenek mengingat-ingat kapan ia bertemu dengan Shesa.
"Oh iya......nenek ingat sekarang, dulu nenek pernah ke sekolah Harapan Bangsa, sekolah yg dikelola Hendra, waktu itu nenek tak sengaja melihatmu sedang bernyanyi, suaramu benar-benar merdu Shesa, mirip sekali dengan suara almarhum ibunya Vano." seru nenek menjelaskan
"Pokoknya nenek sangat menyukai suara merdumu Shesa, kapan-kapan kau bernyanyi untuk nenek ya" sambung nenek penuh harap.
"Tentu saja nek, Shesa pasti menyanyikan lagu yg indah untuk nenek" seru Shesa.
*
*
*
Melihat kekompakan Shesa dan neneknya, Vano merasa bahagia, neneknya tak pernah terlihat sebahagia ini, tapi dengan kehadiran Shesa, semua terasa lebih sempurna.
"Oh iya...hari ini kalian baru saja menikah, nenek akan memberikan sebuah kado untuk Shesa" seru nenek sambil memberikan kotak hadiah kepada Shesa.
"Terima kasih nek, tapi nenek tak perlu repot-repot, nenek tersenyum saja kami sudah bahagia, iya kan honey" seru Shesa sambil menyikut perut Vano supaya mengikuti permainannya .
Vano mengerti maksud Shesa
"Oh iya ...tentu saja princessku"
"Cup..." sebuah ciuman mendarat dipipi Shesa, membuat Shesa terbelalak. Vano tersenyum bangga sambil merapatkan tubuhnya ke pinggang langsing Shesa.
Shesa hanya bisa tersenyum paksa dan pasrah dengan kelakuan Vano yang mulai berani menyentuh bagian tubuh Shesa yg seksi.
"Baiklah nenek ke kamar dulu, kalian sudah makan apa belum?" tanya nenek
"Sudah nek, kami sudah makan tadi" jawab Vano.
"Ita bagus kalau begitu, kalian harus banyak makan, supaya energi kalian malam ini tidak cepat habis, semangat terus ya untuk memberikan nenek cicit" tukas nenek dengan senangnya.
Vano dan Shesa terkejut.
"Maksud nenek?" tanya mereka bebarengan
"Nenek ingin menggendong cicit, supaya rumah ini tidak sepi" jawab nenek santai. Kemudian nenek pergi menuju kamarnya.
Shesa segera melepaskan tangan Vano yg melingkar di pinggangnya yg ramping,
"Lepas....jangan coba-coba Kamu menyentuh saya malam ini" seru Shesa pada Vano
"Tergantung..." jawab Vano singkat
"Maksud Kamu GG?" tanya Shesa penasaran
"Kalau kamu tidak menggodaku, aku tidak akan mau menyentuhmu, tapi jika kamu menggodaku, jangan salahkan aku" tukas Vano
"Idiiihhh...ngapain juga godain situ, nggak level." seru Shesa lantas pergi ke kamar tidur mereka.
Sesampainya pelayan menunjukkan kamar Vano, lantas Shesa masuk ke kamar itu, dan untuk kedua kalinya Shesa terperangah dengan desain kamar ini.
"Ya ampun indah sekali." seru Shesa terpukau
dengan keindahan interior ruangan yg sebagian besar bernuansa emas .
Shesa merentangkan tangannya sembari memutarkan badan,seolah-olah sedang menikmati hujan turun yg mengenai tubuhnya.
Kemudian ia menghempaskan tubuhnya di kasur empuk yg biasa ditempati oleh Vano. Sejenak matanya terpejam.
"Tap...tap ..tap ..."
Derap langkah kaki seseorang terdengar seperti mendekati Shesa, Shesa sadar dan terbangun, dan ternyata itu adalah...
*
*
*
BERSAMBUNG
❤❤❤❤❤❤
...Terima kasih yang udah setia dengan karya author....terus dukung ya...like, komen dan vote sebanyak-banyaknya ....agar karya ini bisa terus naik dan author semakin bersemangat💪💪💪...
...😘😘😘😘😘...