Pernikahan Aulia di uji melalui suami dan keluarganya. Hidup bahagia yang dia bayangkan kini sirna sejak hadirnya orang ketiga. Bahkan anak kandungnya sendiri pun tak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang dari ayahnya. Perhatiannya hanya di tu jukan pada ponakan satu-satunya. Tanpa keluarga sang suami tau jika wanita yang seringkali mereka hina dan rendahkan, bukanlah wanita biasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Rumah
Diamnya Aulia membuat Vino akhirnya setuju untuk pisah rumah dengan ibunya. namun, dengan syarat rumah mereka tak boleh jauh dari rumah ibunya. meski awalnya Aulia tak setuju, namun itu adalah persyaratan yang diberikan Mau tidak mau, Aulia pun setuju. yang penting, sekarang dia bisa lepas dari ibu mertua dan iparnya
" Kenapa sih kalian tuh harus pindah? apa rumah ini kurang besar untuk kalian?" tanya Bu ayu dengan wajah sinis
" Kita hanya ingin membangun rumah tangga sendiri, bu" jawab Aulia
" Bilang aja kamu gak mau di sini, karena kamu mau bersantai di rumah kamu, kan? biar gak ada yang nyuruh kamu lagi, kan?" tanya Vita "
Bukan gitu, mbak" jawab Aulia
" Yaelah, sekarang kita gak punya gratisan dong..! Siapa lagi yang nyuci pakaianku" sindir valdo "
Kamu juga Vino, ngapain sih ikut kata dia? kamu udah termakan omongannya?" Ucap bu ayu menatap Vino
" Sudahlah, bu. lagian aku beli rumah juga gak jauh dari rumah Ibu" jawab Vino tak ingin di salahkan
" Tapi tetap aja, kan? Lalu siapa yang akan masak? yang beresin rumah? nyuci? bersihin kamar mandi ibu? kan biasanya itu tugasnya si Aulia yang beresin semuanya. kamu mau Ibu yang ngerjain semuanya?"
" Kan ada mbak Vita, bu" jawab Aulia " Enak aja, habis ini aku juga mau balik ke rumahku" ucap Vita lepas tangan
" Tuh dengarkan, siapa yang bantuin ibu sekarang?" Tanya Bu ayu. Sementara Vino melirik Aulia. namun, Aulia cuek dan segera pergi dari sana
Hari itu juga mereka pindah ke rumah baru mereka. meski tidak terlalu besar, tapi bagi Aulia tak masalah. Dia sangat bahagia, dan ini adalah pertama kalinya dia merasa bebas. karena, selama ini dia merasa di penjara
Flashback end
Suara tangisan Kayla membuyarkan lamunan masa lalu Aulia " Cup, cup, cup... Kenapa sayang?" ucap Aulia mengelus lembut kepala Kayla
" Ya ampun nak, badan kamu kenapa tiba-tiba panas begini?" ucap Aulia panik dan segera menggendong Kayla. namun, seketika kayla memuntahkan semua susu yang baru saja dia minum, membuat Aulia makin panik
" Ya Allah nak, kamu Kenapa nak?" ucapnya membersihkan tubuh Kayla yang terkena muntahnya sendiri
Aulia berusaha menurunkan panas anaknya dan memberikan obat demam untuk Kayla, dia berharap setelah itu demam Kayla akan turun Namun, hingga keesokan harinya, suhu badan Kayla tak berubah dan dari semalam selalu muntah. mau tidak mau, aulia pun harus segera membawanya ke rumah sakit
Dengan wajah nampak sangat kesal, vino segera menghentikan aktifitasnya begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya, dia pun segera meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu dengan sedikit malas
" Halo, ada apa?" Tanya vino begitu menjawab panggilan itu " Mas, kamu masih di luar kota? bisa pulang sekarang gak? Kayla sedang demam. Dari semalam dia muntah terus, Mas. tolong antarkan aku membawanya ke rumah sakit" ucap Aulia terdengar sangat panik
" Ck,,, emangnya kalau aku pulang sekarang, dia bisa langsung sehat? gitu? lagian kenapa harus aku sih? kamu tau kan kerjaanku di sini banyak?" jawabnya dengan nada yang tak suka
" Kamu ayahnya Kayla, Mas..! kalau bukan sama kamu, lalu sama siapa lagi aku minta tolong? keluarga kamu? jangan harap mereka mau menolongku" ucap Aulia dengan suara bergetar
" Pergi aja sendiri, kamu tahu jalan kan?" jawabnya
" Tapi, mas-"
Tut!! Panggilan pun diakhiri oleh vino tanpa mau menunggu istrinya bicara. Aulia menghempaskan nafas kasar, untuk kesekian kalinya vino lepas tangan terhadap keadaan putri mereka
Kayla kembali menangis, Aulia tersadar dan langsung menghampiri sang anak yang tertidur di atas ranjang, tubuh bayi berumur satu tahun lebih itu menggeliat, wajahnya memerah dengan suara tangis melengking
" Ya Allah nak, tenang ya sayang. kita berangkat berdua saja, ibu siapin keperluan kamu dulu" ucap Aulia menggendong bayinya dengan kain jarik, kemudian ia bergegas meraih tas kecil dan mulai memasukkan barang yang sekiranya diperlukan
Kayla masih saja menangis di tengah kesibukan sang ibu. Aulia berusaha menenangkannya, tapi tetap saja tak mempan. suhu badan anak itu semakin terasa panas Aulia melangkah keluar rumah
" Hei Aulia, kau apakan anakmu itu? kamu tahu gak suara tangisnya terdengar sampai di rumahku" ucap Bu ayu. namun, Alya tak peduli dan segera melangkah ke depan untuk menunggu angkot
Tak berapa lama, dia pun tiba di rumah sakit. Aulia sedikit berlari
" Suster.. tolong anak saya, dari kemarin badannya panas dan muntah, suster" ucapnya panik
" Baik bu, tolong baringkan anak Ibu di sini" pinta suster. Aulia pun menuruti ucapan suster dan membaringkan Kayla di tempat tidur yang sudah disediakan
Tangis bayi itu kembali melengking, Aulia semakin cemas dibuatnya. dia takut terjadi sesuatu pada anaknya yang akan membuatnya menyesal seumur hidup
Selagi Kayla ditangani, Aulia memilih duduk di kursi tunggu. dia hanya bisa berdoa pada Allah agar tak terjadi apa-apa pada putrinya
" Bu, anak Ibu sudah selesai dipasang infus" ucap suster
" Terima kasih banyak suster, tapi apa anak saya akan dirawat, suster?" Tanya Aulia cemas
" Iya bu, anak ibu harus dirawat. mungkin selama dua hari tergantung kekebalan tubuh anak ibu. dan kata dokter, anak ibu mengalami dehidrasi"
" Baik suster, sekali lagi terima kasih"
" Sama-sama bu" jawab suster berlalu
Setelah Kayla dipindahkan ke ruang perawatan, Aulia pun kembali menghubungi Vino
" Ada apa lagi? Kamu bisa gak sekali saja tidak menggangguku?" ucap Vino dari seberang telepon
" Mas, Kayla dirawat" ucap Aulia tak peduli dengan ucapan Vino barusan
" Kenapa bisa dirawat? apa kamu bodoh? kenapa gak minta obat saja, lalu pulang. Kamu memang gak becus jagain anak..!! kalau gini repot kan jadinya? mana kerjaanku banyak lagi" ucapnya kesal. dada Aulia terasa sesak mendengar ucapan vino. di saat begini, Vino masih saja keras kepala dan egois
" Kamu pikir aku juga mau anakku sakit? lagian kamu bisa izin sama bos kamu untuk balik duluan, pasti dia ngerti. apalagi jika tahu anak kamu sakit, Mas" ucap Aulia kesal
" Aahhh,,, sudahlah. besok aku balik, kamu di situ aja, jagain dia" ucapnya langsung mengakhiri panggilan Aulia
Vino menghampiri Astrid yang baru saja selesai mandi. sudah tiga hari mereka menghabiskan waktu bersama di hotel
" Cantik banget sih kamu, sayang" ucap Vino melingkarkan tangannya di pinggang Astrid yang saat itu sedang berdiri di depan meja
" Sayang, hari ini aku harus kembali. Papa memintaku untuk pulang" ucapnya
" Benarkah? padahal aku masih ingin bersamamu" ucap Vino dengan wajah lemas
" Maafkan aku, nanti lain kali kita bertemu lagi" jawabnya tersenyum
" Apa aku harus ke kotamu dan langsung menemuimu di rumahmu jika aku kangen?" tanya Vino menyandarkan dagunya di pundak Astrid
" Jangan sayang, belum saatnya aku memperkenalkanmu pada keluargaku. apalagi, kamu masih berstatus suami orang" jawabnya
" Jadi jika aku menceraikannya, kamu mau kan menikah denganku?"
" Aku pasti mau, sayang"
" Baiklah, sebaiknya kamu sedikit bersabar" ucap Vino membalikan tubuh Astrid hingga mereka saling berhadapan dan segera menyambar bibir merah itu
krsel bgt