Reno yang berniat meneruskan kuliah S2 di kota harus terpaksa menikahi anak saudara jauh dari ayahnya.
Reno terpaksa menikah karena wasiat ayahnya yang sudah meninggal.Rianti yang anak yatim piatu harus menuruti kemauan ibu Ningrum untuk menikahkannya dengan anaknya Reno.
Reno yang merasa tidak menginginkan pernikahan itu,selalu mengabaikan Rianti,dan tak pernah pulang ke rumahnya.
Ibu Ningrum yang mengetahui kelakuan anaknya sampai marah hingga membuat siasat agar Reno bisa tidur dengan Rianti.
Apakah yang di lakukan ibu Ningrum?
Bagaimana setelah Rianti mempunyai anak,apakah Reno berubah?
Yuk,kepoin ceritanya yah...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21.Bertemu Panji
Siang ini,jam dua seperti biasa Udin akan mengirimkan roti ke pelanggan,bedanya pelanggan roti bu Sri bukan perorangan tapi sebuah toserba di daerah perbelanjaan.
Dan seperti biasa jika waktu Rianti senggang Udin akan mengajaknya untuk mengantar pesanan.Dan seperti biasa juga,Rianti harus ijin sama bu Sri juga Susan yang akan selalu merepotkannya menitipkan anaknya.
Rianti merasa tidak enak,dan lagi-lagi teman-teman di sana mau membantunya selagi tidak mengganggu pekerjaan.
"Mba Susan maaf ya ngrepotin terus."ucap Rianti sebelum berangkat.
"Ngga apa-apa Rianti,kami cukup senang kok bisa main sama Raka.Lagi pula kesempatan untuk jalan-jalan gratis kan cuma ngantar pesanan aja.Lagi pula biar kamu ngga kuper."ucap Susan.
"Saya emang kuper kok mba."ucap Rianti sendu.
"Eh,bukan itu maksudnya.Biar kamu tuh tahu di luar sana maksudnya,ngga di rumah aja.Bisa di bayangkan jika saya jadi kamu,berbulan-bulan hanya di rumah saja.Bisa lumutan."ucap Susan tertawa,Rianti ikut tertawa.
"Ya udah sana,di tungguin tuh sama Udin."ucap Susan lagi.
"Iya mba,sekali lagi makasih ya.Jangan bosen."
"Iya."
Lalu Rianti pergi dari hadapan Susan.Rina menghampiri Susan yang memandang kepergian Rianti.
"Kasihan ya mba,udah ngga di nafkahi di abaikan pula.Ngga di anggap sama suaminya.Saya ikut gregetan sama suaminya."ucap Rina.
"Iya,kita cuma bisa bantu jagain anaknya.Biar Rianti tahu daerah luar walaupun cuma ngantar pesanan aja,setidaknya dia tidak sedih terus."
"Iya,saya juga ikut prihatin."lalu keduanya membubarkan diri setelah ada beberapa pembeli yang datang untuk membeli kue dan roti.
_
*****
_
"Bang Udin,kita mau kemana?"tanya Rianti setelah setengah perjalanan mobil mereka melaju.
Kali ini menggunakan mobil karena roti yang di kirim banyak jumlahnya.
"Kita mau ke toserba,kita dapat pesanan ke toserba setiap minggu untuk di isi di tokonya."ucap Udin sambil mengemudi,dia membelokkan mobilnya langsung tanpa menunggu lampu hijau ketika di lampu merah.
"Wah,bu Sri pelanggannya banyak sekali yah."ucap Rianti takjub.Udin hanya tersenyum saja dengan keterkejutan Rianti.
"Toko roti bu Sri udah lama berdiri,pelanggannya juga kebanyakan orang-orang penting dan emang paling enak di daerah sini."
"Ck,hebat ya bu Sri.Tapi memang roti bu Sri paling enak."
"Kamu senang kerja di toko roti Rianti?"tanya Udin penasaran.
"Ya senanglah bang,bu Sri baik banget sama saya.Apa lagi teman-teman di toko,semua baik banget.Entah gimana kalau saya ngga di situ."ucap Rianti pelan,matanya menerawang jauh di depan sana.
"Suami kamu tahu kalau kamu kerja di toko roti?"
Rianti menggeleng,boro-boro mau tau.Dia bahkan tidak akan peduli,pikir Rianti.
"Ya sudah,jangan di pikirin omongan saya.Saya ngga mau kamu jadi sedih terus.Semangat ya."hibur Udin.
"Ngga kok bang,ssya tetap semangat.Makanya saya tuh seneng kerja di toko.Banyak teman yang baik,Semua ngerti keadaan saya,apalagi bang Udin selalu ngajakin saya untuk ngantar pesanan.Saya seneng banget.Saya jadi ngga bosen kalau harus sendirian di rumah."ucap Rianti kembali ceria,Udin hanya tersenyum saja.Dia semakin takjub akan Rianti yang begitu cepat melupakan beban dan kesedihannya begitu saja.
Satu jam setengah mereka sampai di toserba yang di maksud.Mobil Udin parkirkan di samping pintu yang melalui pintu belakang khusus lewat barang yang masuk.
Udin dan Rianti turun,lalu membuka bagasi dan mengambil keranjang besar yang berisi roti-roti.Rianti mengikuti Udin dari belakang,seorang karyawan menyambutnya dan membimbing Udin untuk meletakkan rot di dalam.
Lalu karyawan tersebut masuk untuk memberi tahu bosnya bahwa ada barang yang masuk.
Lima menit,bosnya yang ternyata adalah Panji menghampiri Udin yang sedang membereskan roti-roti yang tak beraturan di bantu oleh Rianti.
"Mas,semuanya berapa yang di kirim?"tanya Panji memeriksa pembukuan yang di berikan karyawan itu.
"Semua dua ratus buah,ada sepuluh macam roti."jawab Udin.
Sedangkan Rianti masih sibuk merapikan roti tersebut.
"Oh ya udah,berarti sudah pas ya.Untuk pembayaran mari ke ruangan saya saja."ajak Panji.
Udin mengangguk lalu menarik tangan Rianti untuk berhenti dan mengikuti Udin.
Sampai di ruangan Panji,Udin duduk di kursi.Lagi-lagi Udin menarik tangan Rianti untuk duduk di samping Udin.Lama Panji menghitung jumlah uang yang harus di bayarkan.Lalu dia mendongak ke arah Udin.
"Ini uangnya mas,jumlahnya sesuai dengan yang tertera di buku nota."kata Panji sambil menyerahkan uang dan nota pada Udin.Udin menghitung jumlah uangnya.
Panji menoleh ke arah orang di samping Udin,dia terkejut bukan main.
"Loh,Rianti?"tanya Panji pada Rianti masih dalam keterkejutannya.
Rianti yang tadinya menunduk jadi mendongak ke arah Panji,dia tidak tahu orang di depannya adalah Panji teman suaminya.Rianti pun tak kalah terkejut,dia makin menunduk malu dan takut.Rianti gelisah.
"Kamu bekerja di toko roti?"tanya Panji makin heran.
Rianti mengangguk pelan.Dia takut akan ketahuan oleh Panji jika dia bekerja di toko roti.
"Pak Panji kenal Rianti?"tanya Udin tak kalah heran.
"Iya,diakan pembantunya Reno,maaf."ucap Panji pelan.Panji tidak tahu akan kebenaran mengenai Rianti.
Udin memandang Rianti heran,pembantu?'pikirnya.Bukankah Rianti itu istrinya.
"Rianti,apa kamu sudah tidak di rumah Reno lagi?maksudnya tidak kerja lagi jadi pembantu Reno."tanya Panji masih penasaran.
Rianti yang di tanya makin bingung dengan pertanyaan Panji,dia tidak tahu harus jawab apa.
"Maaf pak Panji,kami pulang dulu.Di toko masih banyak pekerjaan."ucap Udin yang tahu kebingungan Rianti akan pertanyaan Panji.
"Tapi tunggu,kamu benar kerja di toko roti?"tanya Panji masih menahan mereka.
Rianti hanya mengangguk pelan,dia harus cepat keluar dari ruangan itu sebelum Panji bertanya lebuh banyak lagi.
"Bang ayo kita pulang,bu Sri pasti nungguin uangnya tuh."ucap Rianti,Udin segera keluar di susul oleh Rianti.
Panji masih memandang Rainti sampai Rianti hilang dari penglihatannya.Ada banyak pertanyaan dan rasa penasaran di benak Panji.Mungkinkah dia harus cari tahu?
Setelah Udin dan Rianti keluar dari ruangan Panji.Banyak sekali pertanyaan di kepala Udin dengan pernyataan Panji tentang dirinya.Dan Rianti pun pasti sudah mengira jika Udin akan bertanya tentang pertemuannya dengan Panji tadi.
Sampai di mobil,Udin menjalankan mobilnya.Dia masih diam,Riantipun begitu.Tak ada obrolan seperti biasanya,hanya pikiran masing-masing yang berseliweran pertanyaan Udin pada Rianti dan kegelisahan Rianti akan Panji yang tahu dirinya bekerja di toko roti.
Rianti takut,Panji nanti akan melaporkan kegiatannya selama Reno pergi.Ingin sekali sebenarnya dia bertanya pada Panji kemana Suaminya pergi.Hingga saat ini belum pulang juga.
"Kenapa pak Panji mengira kamu pembantunya pak Reno?"tanya Udin yang sejak tadi bingung harus bertanya apa dan bagaimana.
"Karena mas Reno mengatakan saya ke pak Panji adalah pembantunya."ucap Rianti lirih.
"Tega bener suamimu sampai segitunya benci sama istrinya.Saya.memang ngga tahu banyak tentang cerita kamu,tapi saya jadi heran aja ada seorang laki-laki seperti itu pada istrinya."kata Udin kesal,dia merasa kasihan pada Rianti.
Memang seperti itu yang di alami Rianti,sebuah penolakan serta di abaikan.Mengasuh anak sendirian tanpa di pedulikan,tanpa di nafkahi pula.Memang sangat menyedihkan hidup Rianti.
Tapi hebatnya Rianti,dia bisa menjalaninya dengan tenang tanpa putus asa.Entah dia akan seperti apa jika benar-benar suatu saat nanti dia akan di campakkan begitu saja.Rianti belum berpikir ke arah sana,baginya menjalani hidup dan membesarkan anaknya sekarang adalah yang terpenting,tidak banyak menuntut dan menurut saja.
Ah,Rianti malang benar nasibmu....
_
_
_
*****(@@***@@)*****