Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Tama
Sekitar pukul tiga pagi, rupanya Tama pulang ke rumah kedua orangtuanya setelah selesai dengan tugasnya, rasa lelah telah menyelimuti dirinya saat ini.
Ceklek!
Perlahan Tama masuk ke dalam kamarnya, cahaya lampu yang temaram membuatnya sudah tidak sabar untuk segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, di tambah sosok makhluk wanita cantik yang kini sudah menjadi istrinya, telah terbaring dengan mata terpejam. Tama sempat mendekat ke arah sang istri yang sudah tertidur lelap, ia pun sempat tertawa kecil ketika melihat wajah sang istri yang ketahuan tidur dengan mulut menganga.
Cup!
Tama malah mengecupnya tanpa di sadari oleh Hanum, kemudian ia bergegas pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Keesokan harinya.
Hanum merasakan sesuatu yang berat di atas perutnya, bahkan sampai merambah ke atas dada, ia pun mulai mengucek kedua bola matanya, dengan keadaan mata yang masih sayu, Hanum belum menyadari siapa sosok yang berada di belakang punggungnya dan kedapatan tengah memeluknya dengan sangat erat. Lalu Hanum baru bisa tersadar sepenuhnya ketika ia melihat tangan kekar seorang pria menggunakan cincin yang sama di jari manisnya.
"Kyaaaa...Mas Tama, apa yang kau lakukan?" ucap Hanum sambil terperanjat dari atas tempat tidurnya, ia pun sampai menyilangkan kedua tangannya di atas dadanya.
"Hemmm...kenapa kau berisik sekali Num!" jawab Tama dengan mata masih terpejam dan suaranya yang berat.
"Mas Tama mesum!" jawabnya kesal.
'jangan-jangan semalam Mas Tama mulai menggerayangi tubuhku? Ish...kenapa kau bertindak seenaknya seperti ini? Mencuri kesempatan dalam kesempitan.' gerutunya dalam hati.
Namun sayangnya Tama malah melanjutkan tidurnya dan kali ini sang suami malah tidur sambil mendengkur.
Hanum pun buru-buru pergi menuju kamar mandi, berhubung dirinya sedang datang bulan, setelah selesai mandi pagi, ia bergegas pergi menuju dapur dan rencananya ingin membuat sarapan untuk para penghuni rumah ini.
Wangi aroma makanan dari dapur telah membuat para penghuni rumah bisa mencium wanginya yang menggugah selera, Bik Inah sempat ketakutan saat mengetahui majikannya masak seorang diri.
"Aduh Non, sudahlah biar Bibi saja yang terusin masaknya ya!" pintanya sambil berusaha mengambil spatula dari tangan Hanum, namun sayangnya Hanum menolaknya.
"Sudahlah Bik, gak usah ketakutan dan merasa tidak enak seperti itu, lagian aku memang sedang ingin membuat sarapan pagi untuk keluarga ku, sudah ya pokoknya Bibik kerjakan saja pekerjaan lain, masalah membuat sarapan biar aku yang handel." ucap Hanum.
Akhirnya sarapan pagi pun tertata rapih di atas meja makan, Ibu Kiran tiba-tiba saja datang menghampiri, ia cukup terkejut dengan apa yang sudah dilakukan oleh menantunya.
"Jadi ini semua Hanum yang masak?" tanya Ibu Kiran tidak percaya.
"Iya Mah, aku sengaja membuat nasi kuning plus dengan iringannya." jawabnya tersenyum puas.
Bagaimana tidak, Hanum telah memasak nasi kuning, ayam goreng serundeng, orek tempe, sambal goreng kentang dan lain sebagainya, sehingga membuat Ibu Kiran tidak sabar untuk segera menyantapnya.
Ia pun menatap kagum atas kemampuan menantunya yang bisa di bilang pandai memasak.
Lalu Hanum kembali ke kamar tidurnya, ia berniat untuk membangunkan suaminya dan mengajaknya untuk sarapan pagi bersama.
"Mas Tama bangun, sudah di tunggu sama Mamah dan Papah di ruang makan, kita sarapan pagi bersama!" ajak Hanum dengan posisi tangan kanannya menepuk pundak suaminya.
Dengan sengaja Tama malah meraih pergelangan tangan Hanum lalu menarik tubuhnya sehingga terjatuh di atasnya, kemudian Tama buru-buru mengunci tubuh sang istri, sehingga Hanum tidak bisa terlepas.
"Mas lepas." pintanya sembari memukul pelan dada suaminya yang saat ini bertelanjang dada, terlihat begitu jelas otot tubuhnya serta kulitnya yang berwarna putih.
seketika rona merah telah menguasai diri nya, dan ia pun tidak bisa untuk menyembunyikannya.
"Aku tidak akan pernah melepaskan kamu Num, kau adalah milikku!" jawab Tama sambil melepaskan cadar yang melekat di area wajah istrinya, dan dengan lahapnya ia mulai mel*mat bibir ranum sang istri, awalnya Hanum tidak ingin membalasnya namun lambat laun ia pun goyah, dirinya yang masih amatir dengan hal seperti ini, akhirnya mulai bisa mengimbanginya, ia pun sempat membalasnya.
"Mas sudah cukup, aku sedang datang bulan, dan haram hukumnya kita melakukan hal seperti ini, kumohon bersabarlah!" jawabnya sambil merapihkan rambutnya yang berantakan, ia pun menyudahi adegan yang sangat memabukkan itu, kali ini bibirnya serasa di sengat lebah oleh perlakuan Tama yang cukup brutal.
Lalu Tama bangkit dari atas tempat tidur, kemudian ia berdiri tepat di belakang Hanum yang sedang mengikat rambut panjangnya, setelah itu Tama malah memeluknya sambil mencium rambut sang istri.
"Kau tahu Num, aku merasa menjadi pria yang sangat beruntung karena telah di pertemukan denganmu."ucapnya sengaja menggoda Hanum.
"Iya kah? Bukankah sedari awal, Mas Tama sangat membenciku dan Mas Tama enggan untuk melihat wajahku yang kau anggap buruk rupa."
Kemudian Tama membalikan tubuh sang istri, dan kini keduanya saling berhadapan.
"Kuakui, memang benar, Num! Itu adalah kesalahan terbesar aku karena telah bersikap tidak adil padamu, tapi semua itu kini telah berubah, perlahan aku baru menyadari jika kamu adalah wanita baik, tulus dan patuh terhadapku, dari situ aku bisa menilai jika kamu ikhlas menjalani semua takdir ini, kau mampu bersabar menghadapi sifatku yang sangat memalukan ini, kau tahu Num? Setiap di dekatmu aku selalu berdebar." ucapnya yang telah membuat Hanum sampai menatapnya dengan tatapan tidak percayanya.
"Mas Tama tidak sedang berniat menggodaku kan?" tuduh Hanum dengan rasa curiga.
Kemudian Tama meminta Hanum untuk mendengarkan detak jantungnya, dan Hanum pun mengikuti perintah suaminya. Dan benar saja, ia bisa merasakan, debaran yang tak beraturan seperti orang yang sudah lari mengitari lapangan bola, Hanum pun langsung terdiam.
"Sekarang kau percayakan jika aku tidak sedang berbohong atau sengaja ingin menggoda mu, tapi saat ini aku mengatakan yang sejujurnya dan aku ingin kamu tahu apa yang aku rasakan selama ini padamu, memang ini sangat singkat Num, tapi aku tidak bisa menyangkalnya, hatiku yang dengan cepat telah memilihmu berlabuh di sini!" tunjuknya ke arah dada kirinya.
Hanum tiba-tiba saja termenung, ia masih teringat atas pengkhianatan sanga suami padanya, dan itu semua tidak akan mudah untuk Hanum lupakan begitu saja.
"Lantas bagaimana hubungan Mas Tama dengan wanita itu? Oh apakah Mas Tama mencintai wanita itu sepenuhnya sedangkan aku hanya separuhnya, betul kan?" tanya Hanum seolah tidak suka.
Tama malah tertawa kecil atas perkataan dari istrinya.
"Kau jangan ngawur Num, mana mungkin aku mencintai dua wanita sekaligus?" balas Tama.
"Loh, buktinya Mas Tama bisa menikahi wanita itu disaat Mas Tama sudah menikah denganku? Iya kan, mas dan wanita bernama Bella itu telah menikah secara diam-diam di belakangku, dan bodohnya aku pada waktu itu sempat mengobrol membicarakan soal suami, dan ternyata yang orang telah di bicarakan adalah pria yang sama!" tegasnya dengan tatapan kedua bola matanya yang tajam.
Kemudian Tama malah memeluk Hanum dengan sangat erat.
"itu adalah kesalahanku yang paling besar Num, aku adalah pria yang sangat bodoh, tapi kau tenang saja, aku dan Bella sudah resmi bercerai, dan aku memberinya talak tiga, jadi sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa kembali lagi padanya."
Hanum benar-benar tidak percaya atas perkataan dari suaminya.
"Mas tidak sedang berbohong kan?"
"Tidak Num, apa perlu kau dengan Bella aku pertemukan? Biar kau bisa menanyakan langsung padanya." tantang Aditama.
"Baiklah, kalau begitu pertemukan aku dengan Bella, aku ingin berbicara padanya." jawabnya dengan lantang
Deg!
Tama langsung terkejut atas jawaban dari Hanum
"Kamu serius dengan ucapanmu itu, Num?" tanyanya masih tidak percaya.
"Iya, aku serius! Aku ingin bertemu dengan mantan istrimu itu Mas!" balasnya sambil menatap serius Tama.
Tama pun sampai menelan ludahnya sendiri, ia menyesal telah menantang sang istri.
'cih, kenapa malah menjadi seperti ini? Aku pikir Hanum tidak akan mengiyakannya, tapi ia malah nekat ingin di pertemukan dengan Bella, sungguh sial.' umpatnya dalam hati.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
masa udah seneng seneng sama si Bella tapi setelah si Bella dia rasain trus dia malah balik ke si Hanum