Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Drama Jarum Suntik
Lucy tanpa sadar menarik tangan Dean dan segera menyusul Cinta. Dean hanya bisa bengong sembari terus memperhatikan tangannya yang ditarik oleh Lucy. Seketika jantung Dean dag dig dug der mendapat sentuhan dari seorang wanita.
Sesampainya di rumah singgah, Cinta segera mengeluarkan kotak obatnya lalu melepaskan selendang yang tadi dia ikat di luka Reynold. Cinta memeriksa luka itu dan Reynold memperhatikan wajah Cinta dari jarak yang sangat dekat.
"Lukanya agak dalam, harus dijahit ini soalnya kalau gak dijahit bakalan infeksi," ucap Cinta.
Lucy dan Dean datang, Lucy melepaskan tangan Dean tapi Dean masih memperhatikan tangannya sendiri yang dipegang oleh Lucy.
"Bagaimana Cinta?" tanya Lucy.
"Sepertinya harus dijahit beberapa jahitan, soalnya lukanya lumayan dalam," sahut Cinta.
"Oh gitu."
Reynold masih tersenyum, luka itu tidak membuatnya kesakitan bahkan mendengar kata dijahit pun Reynold sama sekali tidak takut.
"Sebentar aku ambilkan obat biusnya dulu," ucap Lucy.
"Aku jahit ya, lukanya. Gak apa-apa 'kan?" ucap Cinta.
"Boleh, asalkan jangan dijahit hatiku saja," sahut Reynold dengan senyumannya.
"Cih, garing," ledek Dean.
Reynold mendelikan matanya ke arah Dean sedangkan wajah Cinta kembali memerah, Reynold ternyata pintar sekali menggombal. Bahkan Kapten yang dingin dan tegas sekarang berubah menjadi Kapten yang mudah tersenyum dan banyak bercanda. Tidak lama kemudian Lucy datang dengan membawa suntikan yang sudah diisi dengan cairan bius.
Seketika Reynold membelalakkan matanya dan bangkit dari duduknya. Wajahnya yang awalnya berseri-seri penuh dengan kebahagiaan, tiba-tiba berubah menjadi panik. Dia langsung bangkit dari duduknya dan memperlihatkan kepanikan yang luar biasa.
"I--itu suntikan untuk apa?" tanya Reynold gugup.
"Kapten 'kan lukanya mau di jahit jadi harus suntik bius dulu, aku gunakan anastesi lokal untuk biusnya," sahut Lucy.
"Ah, tidak usah pakai bius aku kuat kok," sahut Reynold gugup sembari pura-pura tersenyum.
Cinta mengerutkan keningnya. "Kapten harus disuntik bius dulu supaya tidak sakit pas nanti di jahit lukanya," ucap Cinta.
"Tidak usah pakai bius, lagi pula lukanya sudah sembuh kok, kalau begitu aku pergi ke pos dulu ada hal yang harus aku kerjakan," ucap Reynold mencari alasan.
Pada saat Reynold melangkahkan kakinya, Dean langsung menahan Reynold. "Sudah duduk saja, luka kamu lumayan dalam," ucap Dean sembari menahan senyumannya.
Seketika Reynold melotot ke arah Dean sembari mengeratkan rahangnya karena Dean bukanya menolongnya justru malah menjerumuskannya. Dean tahu jika Reynold itu takut dengan jarum suntik. Pria gagah, tangguh, dan kuat, bahkan tidak takut mati tapi justru takut dengan jarum suntik.
"Kapten, ayo duduk," titah Lucy.
"Tidak, aku----"
Belum juga Reynold menyelesaikan ucapannya, Cinta langsung mendorong tubuh Reynold untuk duduk. "Cinta, tunggu! bisa tidak, diobati pakai betadine saja," ucap Reynold mencoba bernegosiasi.
"Ini luka robek, Kapten. Mana bisa diobati pakai betadine, kalau gak dijahit takutnya infeksi," sahut Cinta.
"Kapten, takut jarum suntik ya?" tanya Lucy.
"Eng---enggak," dusta Reynold.
"Ya, sudah kalau begitu Kapten tinggal duduk biar aku suntik bius dulu," ucap Lucy.
Lucy pun menghampiri Reynold, sedangkan Cinta tampak menahan lengan Reynold. Jarum suntik pun mulai menembus permukaan kulit Reynold sampai menyentuh tulang.
"Aaaaaaaaaaaaa----"
Teriakan Reynold menggema, bahkan anak-anak dan para anggota Tentara yang sedang bermain di depan rumah singgah Cinta, kaget mendengar teriakan Reynold.
"Kapten Reynold kenapa?" gumam Bani.
Berbeda dengan Reynold yang takut dengan jarum suntik, Dean tertawa terpingkal-pingkal melihat raut wajah Reynold yang pucat pasi. Bahkan Cinta dan Lucy sampai menahan tawanya melihat kelakuan Reynold yang takutnya di luar nalar. Reynold menendang kaki Dean kala Dean tidak henti-hentinya menertawakannya.
"Astaga, perut aku sakit sekali," ucap Dean sembari memegang perutnya.
"Tidak disangka Kapten takut jarum suntik, padahal penampilan sudah gagah bahkan luka dalam pun seakan tidak ada sakitnya sama sekali tapi giliran lihat jarum suntik langsung pucat," ledek Lucy.
Reynold hanya bisa diam, sungguh dia sangat malu dan harga dirinya sebagai Kapten tim seakan-akan tidak ada harga dirinya gara-gara sebuah jarum suntik. Cinta masih fokus menjahit luka Reynold, tapi tidak bisa dipungkiri jika Cinta pun ingin tertawa.
"Jangan ditahan jika kamu mau tertawa juga, tertawalah," ketus Reynold.
Cinta terkekeh, hingga beberapa saat kemudian Cinta pun selesai menjahit luka Reynold. "Sudah selesai. Ingat, tangan yang ini jangan dulu angkat benda yang berat-berat," ucap Cinta.
Reynold tidak menjawab, dia masih kesal kepada ketiganya yang dengan puas sudah menertawakan dirinya. Cinta geleng-geleng kepala, dia pun beranjak dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Cinta mengambil sebuah coklat dan memberikannya kepada Reynold.
"Jangan marah lagi, ini ada hadiah coklat untuk Kapten karena sudah duduk manis saat aku menjahit lukanya," ucap Cinta dengan senyumannya.
Seketika Reynold menyunggingkan senyumannya dan menerima coklat dari Cinta. Tapi tiba-tiba Dean merusak momen terbaik dengan merebut coklat yang dipegang Reynold dan langsung kabur menuju pos.
"Kurang ajar, Dean kembalikan atau aku hukum kamu seberat-beratnya!" teriak Reynold mengejar Dean.
Cinta dan Lucy terkekeh sembari geleng-geleng kepala, walaupun mereka Tentara tapi tetap saja ada sisi anak kecilnya jika sedang lepas tugas. Sementara itu di kediaman Patricia, dia sedang sibuk mengurus anaknya yang saat ini berusia 4 bulan. Pada saat hamil dan Roy tidak mau bertanggung jawab, Patricia memutuskan untuk mengundurkan diri dari rumah sakit.
Awalnya Patricia ingin menggugurkan kandungannya tapi Mamanya melarang dan setelah anaknya lahir, ternyata Patricia justru menyayanginya. "Ma, sepertinya Patricia mau kerja lagi, boleh 'kan? Cakra akan tumbuh besar dan biaya untuk Cakra akan semakin meningkat, Patricia tidak mau jika terus-terusan menyusahkan Mama," ucap Patricia sembari menggendong anaknya itu.
"Kalau Mama terserah kamu saja, Cakra biar sama Mama," sahut Mama Patricia.
"Patricia sedang mencari suster untuk pengasuh Cakra, jadi Mama tidak capek mengurus Cakra selama Patricia kerja," ucap Patricia.
"Iya, terserah kamu saja. Kamu mau bekerja di mana? rumah sakit milik Pak Alan lagi?" tanya Mamanya.
"Tidak, di rumah sakit lain. Kalau di rumah sakit itu nanti Patricia bertemu dengan Roy, Patricia sudah tidak mau lagi melihat wajahnya, Ma," sahut Patricia dengan penuh emosi.
Mama Patricia terdiam, dia tahu apa yang sedang dirasakan putrinya itu. Seandainya dulu Patricia tidak egois dan sombong, mungkin dia sudah menikah dengan Reynold dan hidup bahagia karena Reynold merupakan sosok pria yang penyayang. Hanya saja putrinya sangat bodoh memilih pria yang sekarang nyatanya hanya membuat hidup putrinya hancur bahkan dirinya harus menanggung malu dan dijauhi oleh tetangga karena Patricia hamil di luar nikah.
kalo tentara bukannya tegas dan keras