”Elden, jangan cium!” bentak Moza.
”Suruh sapa bantah aku, Sayang, mm?” sahut Elden dingin.
"ELDENNN!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felina Qwix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 - Flashback
Siang ini.
Moza sudah di rumah. Dirinya duduk di depan meja belajarnya. Matanya sembab karena baru saja menangis. Tak lama kemudian, Susi mamanya datang bersama Anera—mamanya Elden.
"Duduklah, Nyonya."
"Jangan panggil aku, Nyonya. Kita akan besanan kan?"
"Ah, tapi tetap saja ak-"
"Susi. Stop seperti ini. Jangan lagi kamu membuat tembok tinggi seolah kita beda."
Susi menundukkan kepalanya. "Nyonya..."
"Susi, kalo bukan karena kamu. Elden tak akan lahir waktu itu. Kamu sudah menyelamatkan Elden."
"Nyonya, anggap saja semua itu hanya kebetulan."
"Tidak, Susi. Tetap saja aku berhutang budi."
"Nyonya, uang atas perjodohan anak kita sudah terlalu banyak. Itu sudah cukup," ucap Susi lagi.
"Kata siapa? Tidak, Susi. Jasa tak akan pernah cukup dibayar dengan uang. Uang tak bisa membantu siapapun. Saat itu keluarga Jonathan kaya raya, tapi kenapa hanya kamu yang bisa membantu Elden? Hah?"
"Nyonya..."
"Susi. Stop panggil aku nyonya. Panggil aku Ane."
"Tidak mungkin, aku merasa lancang, Nyonya."
"Justru kamu memanggilku dengan sebutan nyonya, seolah-olah membuat batasan antara aku dan kamu, Susi."
Dari dalam ruangan, Moza menguping semuanya. Gadis itu menghela napasnya berat. Ternyata bukan hanya karyawan dan bos, ada hal lain yang membuat keduanya bisa terikat begitu kuat seperti ini.
"Susi, setelah pesta pernikahan anak anak kita nanti. Aku mau Elden tinggal di rumah ini, supaya dia belajar kesederhanaan."
"Nyonya, tapi bukannya klaimnya tunangan?"
"Kamu benar, Susi. Tapi, itu hanya demi membuat keduanya bisa berpikir lebih akan kedekatan mereka. Aku memang menyamarkan pernikahan itu dengan pesta pertunangan."
"Nyonya, apa Elden sudah tahu?"
"Sudah. Dia tidak menolak. Bahkan aku dengar mantan pacarnya yang bernama Mirna sudah dia empas jauh-jauh. Kata Elden, Moza itu anak yang berbeda."
Susi tampak tersenyum sumringah, entah kenapa Moza yang mendengarkan ini juga ikut ke-GRan. Apa benar Elden menyukainya? Ah, sudahlah. Tadi saja dia marah-marah hanya karena pertunangan ini. Memang sebaiknya Moza tak pernah kepedean.Tapi, tiba-tiba Moza menendang sesuatu hingga ia harus terpaksa muncul di antara keduanya.
"Moza, kamu sudah datang?" tanya Susi tiba-tiba.
"Ma-ma?"
"Buatkan teh untuk calon mertua kamu ya?"
"I-iya, Mah."
Moza tak banyak melawan. Dia segera membuat teh seperti ini yang dipinta oleh Susi. Tak lama dia kembali ke hadapan Anera.
"I-ini, Nyo-"
"Stop, Moza. Jangan permalukan aku dengan ini. Panggil aku Mama. Bisa kan?"
"B-b-isa, Ma."
"Habis ini, kamu ikut mama ke salon. Ubah rambut kamu dan perawatan wajah kamu. Ya?"
"Apa gak papa, Ma?"
"Kamu itu calon menantu keluarga pitch. Memang siapa yang mau ngelarang, Moza?"
"Maksudnya, apa gak berlebihan, Mah?"
"Jelas enggak. Kamu harus dilebihkan. Supaya di akad nanti kamu tampak cantik. Lagipula, perempuan seperti Mirna itu sudah membuat Elden amburadul. Mana lagi, ujian sudah hampir. Mama mau kamu buat Elden belajar dengan giat."
"B-baik, Mah."
Dikala ini, ada keraguan di hati Moza. Karena dia sendiri tahu bagaimana keras kepalanya Elden. Tadi saja di sekolah dia hanya mau Moza mengatakan kalo Elden anak baik. Meski nanti faktanya tidak.
Moza ingat benar akan hal ini.
"Moza, jangan nakal kalo sama Nyo, oh maksudku Mama Ane. Kamu harus nurut. Gak boleh bandel ya?"
"I-iyah, Mah."
.
—Markas Jehuda.
"Lo serius mau tunangan sama Moza? Lo tau kan gimana Mirna? Kalian baru enam bulan yang lalu putus. Lo yakin?" tanya Niel.
"Mama gue maunya gitu. Gue bisa apa?" tanya Elden. Pria itu menghisap rokoknya dalam.Wajahnya tak ramah sama sekali.
"Lo gak bisa nolak?"
"Gak."
"Hahaha, tumben. Apa dia udah jatuh cinta sama Moza the most Nerdy girl at Liston?"
"Lo semua gak usah ngelantur." Sarkas Elden.
Niel dan Zon tertawa.
"Habisnya lo kan biasanya tukang berontak, kok tiba-tiba malah melempem sih, El?"
"Gak usah berisik!"
"Lo tau kan kalo Mirna itu lebih seksi."
"Emang seksi, tapi cowok mana yang mau diselingkuhi terus?"
"Anggap aja dia khilaf."
Elden duduk dengan mematung. Teringat bayangan akan sosok Mirna beberapa bulan lalu.
Di sebuah bar.
Mirna duduk dengan baju crop top berwarna putih berhadapan dengan seorang cowok, teman sekelasnya Moza agaknya. Devano Sebastian.
Keduanya berciuman dengan lembut. Saat itu, Elden ada di sana. Dia melihat semuanya. Pria itu langsung menghampiri Devano.
Buuugh!
"Gitu cara lo sekolah di Liston, mm?" tanya Elden dengan nada dingin. Seketika Mirna mengerjap dan menangis memohon. "Elden, ini gak seperti yang lo-"
"Udahlah. Putus aja. Kita gak akan lanjutkan hubungan toxic kek gini."
"El-"
Saat itu, Elden pergi meninggalkan Bar. Dan jelas kuat di memorinya kalo seminggu setelahnya, Mirna malah mengantarkan mama angkatnya Devano ke bandara. Bahkan jadi topik trending di Liston.
Kembali ke sekarang.
"Anjir, El. Coba lihat ini ada foto dari cewek gue, Syela. Ini Moza kan?"
Elden terbangun dari lamunannya. "Mana?"
Niel segera memberikan ponselnya. "Ini, dia sama mama lo. Anjir cantik banget."
"Gue pangling. Dia di sekolah B aja. Bahkan, dia kelihatan kek cupu gak sih?"
"Pas dikeriting gantung, pasti cowok sekelas Riel sama Devano di kelas dia langsung suka."
"Guys. Stop bicarakan Devano." Tegur Elden dingin. Suaranya rendah tapi membuat kedua temannya sontak tunduk. Mereka tau aura Elden tak main-main kalo sedang marah.
"S-sorry."
"Gue gak suka kalian bahas Devano."
"Iya."
Elden melirik sekilas. Bohong kalo jantungnya tak berdegup kencang dengan tampilan sosok Moza. Dia terpesona. Rambut keriting Moza bener-bener cantik. Kulitnya juga tampak fresh dan mulus.
"Gue mau beli minuman dulu. Kalian mau apa?" tanya Elden. Pria itu berusaha menyembunyikan rasa gugupnya sendiri. Aneh, padahal hanya melihat dari jauh, kenapa Elden bisa gugup? Tidak! Moza akan tetap jadi Moza. Perempuan yang berbeda jauh dari tipe Elden.
"Lo mau kemana?"
"Beli minuman. Teh atau jus mungkin. Kenapa?"
"Gue mau nitip Mochi dong."
"Oke rasa apa?"
"Susu."
"Oke."
"Yang lembut kek punya Moza."
"KALIAN NGOMONG APA SIH!"
"Loh, ciee bjirr. Elden ngambek. Apa ada udang dibalik rempeyek guys?"
"Moza kan gak cuma Moza Lastia. Mozarela keju kan bisa. Sama kok sama yang gue maksud." Celetuk Niel datar. Tapi wajahnya jelas penuh roasting ke arah Elden.
"Diem lo!"
Sialan, barusan itu Elden dipancing oleh Niel dan Zon. Keduanya tampaknya kompak. Tapi, Elden tak mau ambil pusing dia segera pergi dari markasnya. Lalu mengambil motornya dan pergi membeli apa yang ia mau. Termasuk membeli mochi kesukaan Niel.
Saat tiba di supermarket. Elden menghentikan motornya di depan tempat itu. Pria itu lantas membuka helmnya dan melangkah masuk ke dalam. Saat itu ada Mirna di sana.
Gadis itu langsung menghambur memeluk Elden.
"El, gue mau kita balikan. Stop rencana pertunangan lo sama Moza. Lo masih cinta kan sama gue?" Mohon gadis itu.
lah kok bisa jadi jovano itu loh /Hammer/