Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku
Evan tampak sibuk dengan setumpuk pekerjaan. Sangking fokus dan serius sampai tidak sadar jika ada orang yang masuk ke ruangannya.
Papa tersenyum kecil melihat Evan mengalami banyak kemajuan. Semenjak ia mengancam akan menarik semua aset jika mengganggu Aura, mantan istri Evan. Dari situlah putranya banyak berubah.
Dulu saja Evan bekerja sesukanya, yang penting masuk kantor saja. Tapi sekarang sudah tidak begitu, Evan lebih bertanggung jawab pada pekerjaannya.
Jika putranya terus seperti ini terus mengalami kemajuan, ia bisa tenang pensiun dan menyerahkan perusahaan pada Evan.
"Evan," panggil paruh baya itu.
"I-iya, pa." jawab Evan. Ia kaget ternyata ada papanya, kapan masuknya, tiba-tiba sudah muncul saja.
Evan langsung berdiri dan ikut duduk di sofa bersama sang ayah.
"Apa kabar istrimu?" tanya pria paruh baya itu. Ingin tahu kabar menantu mungilnya itu.
"Malika baik, pak." jawab Evan. Lika memang baik dan tidak sakit.
Papa mengangguk. "Nanti malam ajak Lika ke rumah, kita makan malam bersama." undangnya. Ingin makin dekat dengan sang menantu.
Evan mengangguk paham. Ia nanti akan mengabari Lika. Ini permintaan papanya, si Malik itu pasti tidak bisa menolak.
Setelah cukup lama mengobrol panjang, pria paruh baya itu pun keluar dari ruangan anaknya. Ia tersenyum senang. Sepertinya hubungan Evan dan Lika baik-baik saja.
Papa hanya ingin Evan tidak mempermainkan pernikahan atau sampai bercerai lagi. Evan bisa memiliki keluarga yang bahagia dan punya anak.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Evan menatap layar ponsel, ia berpikir terlebih dahulu untuk menghubungi Lika. Yakin sekali si Malik masih marah padanya.
Tapi karena sang papa ingin bertemu dengan bocah labil itu, iya terpaksa menelepon.
Sekali, ditolak.
Dua kali, ditolak juga.
Tiga kali, ditolak lagi.
Huft, rasa kesal kembali menjalar.
Sementara Lika keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit di dada. Saat memilih pakaian, ponselnya berdering. Tertera Pak Tua memanggil.
Lika mendengus. Sudah dibilang tidak mau bertemu lagi, masih juga menelepon. Pak tua itu berusaha sekali untuk mempertahankan pernikahan ini, padahal sudah ditolak loh.
Tapi maklum sajalah dia wanita cantik dan masih muda. Wajar saja jika pak tua itu mempertahankan dirinya.
Tak mau banyak berpikir, ia pun menolak panggilan tersebut.
Lalu menolak lagi saat panggilan berdering dan menolak lagi.
"Ihhh!" kesal Lika. Entah apa maunya berkali-kali menelepon.
Ting,
Ting, kini bunyi pesan masuk.
Pak Tua: papa mengundang makan malam
Pak Tua: akan aku jemput pukul 7
Lika membaca pesan tersebut, ternyata mertuanya ingin mengundang makan malam.
Lika pun membalas pesan.
Sementara Evan yang membaca pesan balasan dari Lika, ingin saja melempar ponselnya.
Malik: Y
Apa-apaan itu pesan balasannya. Hanya satu huruf, menyebalkan sekali.
Evan membereskan meja kerjanya dan keluar ruangan. Ia akan bergegas pulang, jam kantor telah berakhir.
Tak lama Evan masuk lift dan matanya beradu tatapan dengan seorang pria. Pria di lantai 35.
Evan menatap dengan tatapan tajam, sementara David juga begitu.
'Mana si Baby?' batin David. Ia tidak melihat wanita mungil menggemaskan itu.
Evan turun di lantai 30 dan David tersenyum smirk. Ternyata si Baby berada di sana.
Evan berjalan melangkah dan berbalik, memastikan apa David mengikutinya? Tapi ternyata tidak.
Sampai di kamarnya, Evan membaringkan tubuh. Rasanya hari ini lelah sekali.
Ia meraih ponsel dan memesan makanan. Makanan itu akan dikirimnya untuk Lika.
Ponsel berdering dan dia menjawabnya.
"Apa?" tanyanya memastikan. Penelepon itu seorang informan.
Evan tersenyum kesal. Ternyata benar tebakannya, si jelek itu memang penipu. Korbannya banyak sekali.
"Kumpulkan beberapa korban dan laporkan polisi!" pinta Evan. Si jelek itu harus dijebloskan ke penjara.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lika duduk di ruang tv sambil mencoba menelepon Boni. Mengirim pesan juga. Pesan berisi permintaan maaf dan kesempatan kedua.
Mata Lika mendelik saat ada panggilan masuk.
"Halo, Boni. Tolong maafkan aku." ucap Lika yang langsung bersuara. Ia harus menjelaskan kesalahpahaman ini.
"Kamu tega menyakitiku, Lika."
"Tidak, Bon! Ini terjadi begitu saja! Aku dan dia akan segera bercerai setelah resepsi pernikahan. Boni, aku hanya mencintaimu!" Lika menjelaskan. Ia tidak mau mengakhiri hubungan mereka.
"Apa kamu yakin akan bercerai darinya?" tanya Boni memastikan.
"Benar, kami akan bercerai." Lika menganggukkan kepala. "Aku hanya mencintaimu, Boni!"
Boni di seberang sana tersenyum smirk.
"Aku juga sangat mencintaimu, Lika. Apa jadinya aku tanpa dirimu!"
Air mata Lika berlinang mendengar itu, kenapa mereka harus dipisahkan seperti ini. Kenyataan yang begitu memilukan.
"Maafkan aku."
"Aku memaafkanmu. Aku masih mencintaimu." ucap Boni menyakinkan. "Aku akan menunggumu sampai bercerai darinya."
Lika mengusap air mata, begitu terharu mendengarnya. Boni bertahan demi dirinya.
"Aku janji tidak akan menyakitimu." janji Lika.
Mereka pun mengobrol sesaat dan,
"Lika, aku belum bayar ganti rugi mobil. Aku tidak punya uang sama sekali." Boni kembali pada tujuannya.
Lika terdiam. Ia tidak punya uang untuk membantu Boni. Yang punya uang sebanyak itu, ya pak tua itu.
Tapi mau minta bantuan pada pak tua itu, rasanya Lika malas sekali. Evan tidak bisa dipercaya dan bisa menghancurkan hubungannya lagi. Pak tua itu juga plin plan.
"Lika, tolong aku! Jika aku tidak bisa membayar ganti rugi, aku bisa di penjara. Jika aku di penjara, bagaimana aku bisa mewujudkan pernikahan impian kita." jelas Boni dengan nada bingung dan pasrah.
Lika terdiam sesaat. Ia benar-benar bingung. Tapi, ia harus menolong kekasihnya.
"Baiklah, aku akan membantumu. Besok sore kita bertemu dan aku akan memberikan uang itu!" ucap Lika dengan yakin. Ia akan membantu Boni, bagaimana pun caranya.
Boni tersenyum puas. Ia akan kaya mendadak.
"Lika, aku beruntung memilikimu. Aku mencintaimu."
Lika tersenyum bahagia atas perkataan Boni. Hatinya meleleh-leleh.
.
.
.
koq aki gemes banget ya 🤣🤣🤣🫣
semangat Om Evan membuat Lika cinta sama kamu 😁
bohong pasti akan km tutup kebohongan yg lain akan sikap Malik g akan dewasa" malik.