Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota metropolitan, adalah seorang pemuda yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bullying. Setiap hari di kampusnya, ia menjadi sasaran ejekan teman-teman sekampusnya, terutama karena penampilannya yang sederhana dan latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Namun, segalanya berubah ketika sebuah insiden tragis hampir merenggut nyawanya. Dikeroyok oleh seorang mahasiswa kaya yang cemburu pada kedekatannya dengan seorang gadis cantik, Calvin Alfarizi Pratama terpaksa menghadapi kegelapan yang mengancam hidupnya. Dalam keadaan putus asa, Calvin menerima tawaran misterius dari sebuah sistem Cashback yang memberinya kekuatan untuk mengubah hidupnya. Sistem ini memiliki berbagai level, mulai dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, di mana setiap level memberikan Calvin kemampuan dan kekayaan yang semakin besar. Apakah Calvin akan membalas Dendam pada mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayya story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fokus Skripsi Dan Langkah Baru
Setelah memenangkan perang bisnis melawan Wijaya Group, Calvin akhirnya bisa mengalihkan perhatiannya ke hal yang selama ini ia tunda sidang skripsi.
Di ruang kerja pribadinya di penthouse, Calvin duduk di depan laptop, menatap dokumen skripsinya dengan ekspresi serius. Berbagai diagram dan data penelitian yang selama ini ia kumpulkan masih berserakan.
"Aku terlalu sibuk mengurus bisnis sampai hampir lupa kalau aku masih mahasiswa," gumamnya sambil mengusap wajahnya.
Di Depannya, Adrian muncul dalam bentuk hologram.
"Tuan, Anda harus mulai menyelesaikan skripsi ini. Jadwal sidang sudah dekat, dan meskipun Anda sudah sukses dalam bisnis, gelar sarjana tetap memiliki nilai tersendiri."
Calvin mendesah.
"Aku tahu, Adrian. Aku hanya belum benar-benar menata pikiranku untuk ini. Semua yang terjadi begitu cepat."
Ia lalu membuka catatan penelitian dan mulai menyusun ulang argumennya. Topik skripsinya tentang strategi bisnis startup di era digital kini terasa lebih relevan, mengingat ia sendiri telah membuktikan teori yang ia tulis.
Namun, baru beberapa menit ia berkonsentrasi, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Aldo, asisten yang kini mengurus operasional Alfarizi Group.
Pesan dari Aldo
Aldo:"Bos, ada masalah baru. Beberapa mantan eksekutif Wijaya Group mulai mendekati investor lama mereka. Sepertinya mereka ingin membangun kembali bisnis baru."
Calvin menyipitkan mata. "Secepat itu mereka ingin bangkit?"
Adrian menimpali, "Mungkin mereka mencoba mencari jalan keluar setelah kejatuhan Wijaya Group. Jika mereka berhasil mengamankan dana dari investor lama, mereka bisa membangun perusahaan baru dengan konsep yang sama."
Calvin berpikir sejenak, lalu mengetik balasan:
Calvin:"Pantau terus pergerakan mereka. Jika perlu, kita intervensi sebelum mereka benar-benar bangkit."
Setelah itu, ia kembali menatap skripsinya.
"Baiklah, cukup urusan bisnis untuk hari ini. Aku harus menyelesaikan ini."
Adrian Menjawab.
"Akhirnya, Anda mengambil keputusan yang tepat, Tuan."
Keesokan harinya, Calvin pergi ke kampus untuk menemui dosen pembimbingnya. Dr. Surya, dosen senior yang dikenal tegas dan tidak mudah memberikan nilai tinggi, menatap Calvin dengan ekspresi penasaran.
"Jadi, akhirnya kau muncul," kata Dr. Surya sambil menyilangkan tangan. "Kudengar kau sangat sibuk di luar kampus."
Calvin tersenyum tipis.
"Maaf, Pak. Saya terlalu banyak urusan bisnis, tapi saya tidak melupakan tanggung jawab akademik saya."
Dr. Surya mengangguk pelan.
"Baiklah, mari kita lihat progresmu."
Calvin menyerahkan dokumen skripsinya. Selama hampir satu jam, mereka membahas berbagai aspek penelitian, memperbaiki beberapa argumen, dan menambahkan referensi yang lebih kuat.
Ketika sesi konsultasi selesai, Dr. Surya menatapnya dengan ekspresi puas.
"Aku harus mengakui, ini salah satu skripsi terbaik yang pernah kutinjau. Asalkan kau bisa mempertahankannya dalam sidang, aku yakin kau akan lulus dengan nilai tinggi."
Calvin mengangguk mantap.
"Terima kasih, Pak. Saya akan mempersiapkan diri dengan baik."
Namun, saat ia keluar dari ruang dosen, sebuah suara familiar memanggilnya.
"Calvin!"
Ia menoleh dan melihat Amanda, salah satu gadis paling populer di kampus. Dahulu, Amanda hampir tidak pernah meliriknya, tetapi kini ekspresinya berbeda penuh perhatian.
"Hai, Amanda," sapa Calvin santai.
Amanda tersenyum manis.
"Aku dengar kau akan sidang skripsi minggu depan. Apa kau butuh bantuan atau teman diskusi?"
Calvin menyadari bahwa sejak namanya melambung sebagai pengusaha sukses, banyak gadis yang dulu mengabaikannya kini mencoba mendekatinya. Ia hanya tersenyum sopan.
"Terima kasih, tapi aku bisa mengatasinya sendiri."
Ekspresi Amanda sedikit berubah, tetapi ia tetap tersenyum.
"Baiklah. Kalau butuh bantuan, jangan ragu menghubungiku."
Calvin hanya mengangguk sebelum berbalik pergi. Ia tahu, di balik perhatian itu, ada banyak orang yang mulai mendekatinya bukan karena dirinya, tetapi karena kekayaan dan statusnya.
Dan ia tidak akan membiarkan dirinya tertipu lagi.
"Calvin tunggu..!" Panggil seorang
Calvin menoleh dan mendapatkan itu adalah Larissa dan Nadine.
"Bagaimana sidang nya?" Tanya Larissa sedikit basa basi
"Semua berjalan lancar" jawab Calvin singkat
"Aku tahu kamu pasti akan lulus nanti Vin,secara kamu adalah mahasiswa paling Pintar di kampus ini" kata Nadine menimpali
Calvin hanya tersenyum sedikit,
"Terimakasih,aku pergi dulu ya..." Pamit Calvin tanpa menunggu respon dari keduanya.
Saat Larissa dan Nadine melihat kepergian Calvin mereka saling menatap dan menghela nafas,
"Aku rasa Calvin tidak pernah ada perasaan apapun pada kita berdua,buktinya dia cuek terus dengan kita" ujar Nadine
"Yah,mau bagaimana lagi sekarang dia adalah pemuda sukses dan mungkin dia ingin mencari seseorang yang menurutnya cocok untuk dia"
"Yah,tapi aku tidak akan akan pernah menyerah untuk mengejar Calvin, bagaimana denganmu Rissa?" Tanya Nadine
Larissa hanya tersenyum kecil,lalu pergi meninggalkan Nadine yang masih bingung sendiri.
Mahasiswa yang dulu mengejeknya kini diam dan segan saat melihatnya. Mereka sudah mendengar kabar tentang bagaimana Calvin telah membangun kerajaan bisnisnya dalam waktu singkat.
Namun, Calvin tidak peduli. Ia hanya ingin menyelesaikan sidang skripsinya dan melangkah ke tahap berikutnya dalam hidupnya.
Setelah sidang selesai, Adi dan beberapa teman dekatnya mengajak Calvin untuk merayakan kelulusannya. Mereka pergi ke sebuah restoran kecil yang sering mereka kunjungi sejak awal kuliah.
Saat mereka menikmati makan malam, Adi menatap Calvin dengan kagum.
"Gila, Cal. Aku masih belum percaya kalau cowok yang dulu sering dibilang miskin dan nggak punya masa depan sekarang udah jadi penguasa bisnis."
Calvin tertawa kecil. "Aku juga nggak menyangka segalanya bisa berubah secepat ini."
Salah satu teman mereka, Rio, bersandar di kursinya.
"Jadi, setelah ini apa rencanamu? Mau langsung fokus ke bisnis?"
Calvin berpikir sejenak.
"Aku tetap akan mengelola bisnis, tapi mungkin aku akan meluangkan waktu untuk menikmati hidup juga. Ada banyak hal yang belum aku coba."
"Cal,apa kamu ga ada niat untuk nembak salah satu dari Nadine atau Larissa?" Tanya Rio dengan sedikit bercanda.
"Aku belum memikirkan itu,aku ingin membahagiakan ibuku dulu Rio" jawab Calvin santai
"Tapi,kamu kan sekarang sudah lumayan Sukses cal. Kurang apalagi coba?
Tapi memang kamu ga ada rasa gitu sama salah satu dari mereka?"
"Aku cuma menganggap mereka semua teman saja,sama seperti yang lainnya" jawab nya singkat
Mereka tertawa dan melanjutkan makan malam dengan suasana santai.
Saat kembali ke Rumahnya, Calvin memutuskan untuk memeriksa sistemnya sekali lagi sebelum beristirahat.
"Sistem, buka status."
[Status Pengguna: Calvin Alfarizi Pratama]
- Usia: 21 Tahun
- Level: 2
- Saldo Cashback: Rp 4.874.000.000.000
- Total Poin Sistem: 680
- Skill Aktif:
- Kekuatan Fisik Lv.3
- Daya Tahan Lv.3
- Refleks Cepat Lv.3
- Deteksi Bahaya Lv.3
- Insting Tempur Lv.3
- Skill Negosiasi Lv.3
- Keberuntungan Lv.3
- Manipulasi Sosial Lv.3
- Skill Bela Diri Lv.3
Selain itu, ia juga memiliki Item Langka: Medali Penguasa Bisnis dan Akses ke Analisis Pasar Lanjutan.
Calvin berpikir sejenak.
"680 Poin Sistem... sebaiknya aku meningkatkan kemampuanku sebelum menghadapi sidang skripsi. Aku ingin memastikan aku bisa menghadapi segala situasi."
Ia membuka opsi peningkatan dan mulai mengalokasikan poinnya:
- Skill Public Speaking Lv.1 → Lv.3(Menghabiskan 200 Poin Sistem)
- Kecerdasan Strategis Lv.1 → Lv.3(Menghabiskan 200 Poin Sistem)
Sisa poinnya kini 280.
[Ding! Skill Public Speaking telah meningkat ke Level 3!]
[Ding! Kecerdasan Strategis telah meningkat ke Level 3!]
Adrian Berkata.
"Sekarang, Anda tidak hanya siap secara akademik, tetapi juga memiliki keterampilan berbicara yang luar biasa. Dengan ini, sidang skripsi akan menjadi hal yang mudah bagi Anda."
Calvin menutup layar holografik dan meregangkan tubuhnya.
"Bagus. Sekarang aku benar-benar siap."
Esok hari, ia akan menghadapi salah satu ujian terakhir di dunia akademik.
Tapi setelah itu?
Ia akan bersiap untuk langkah berikutnya dalam membangun kerajaan bisnisnya.