"Hentikan, Alexa!." Alan mengepalkan tangannya dan menutup matanya sebelum dirinya tenggelam dalam tatapan mata Alexa yang intens nan memabukkan.
"Kenapa? Apa kau semakin sulit mengendalikan perasaan mu?." Tanya Alexa, bergerak lebih dekat dengan Alan dan terbentuk seringaian di wajah cantik gadis itu.
Alan Delvanio dia adalah seorang mafia kejam dan tak memiliki hati. Namun, tiba di suatu hari. Terdapat seorang gadis yang tertarik padanya. Semua orang takut padanya, kecuali gadis itu.
Seperti apa kisah mereka? Dan mengapa gadis itu tidak takut pada sang mafia? Lalu apa yang mafia itu lakukan pada gadis yang tidak patuh pada nya itu? Akan kah sang mafia bertindak kejam pada nya? Ikuti kisah nya mereka hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Apa yang dia pikirkan tentang dirinya sendiri? Aku tau kehadiranku telah memengaruhi dia, sama seperti dia yang bisa memengaruhi perasaanku. Dia tidak mau mengakuinya. Tapi tenang saja, aku Alexa Veronica. Aku akan buat dia menerima bahwa dia juga merasakan hal yang sama seperti ku." Gumam Alexa pada dirinya sendiri sembari mendudukkan dirinya diatas kursi sofanya yang empuk.
Gadis itu meraih ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan pada Justine.
Alexa: Aku marah pada bosmu.
Justine: Apa lagi yang dia lakukan padamu?.
Alexa: Dia berteriak padaku seperti biasanya, kenapa dia tidak bisa bersikap manis sedikitpun seperti mu?.
Justine: Karena dia bosku.
Justine: Aku akan mengobrol dengan mu nanti pacar bos, karena sekarang aku ada pekerjaan yang mendesak.
Alexa: Oke, Justine. Tapi beri tau aku dimana kamar Alan?.
Justine: Kamar bos ada di samping kamarmu, tapi hanya aku dan pelayan kepercayaannya yang boleh masuk kedalam kamarnya. Namanya Marie, dia pelayan tertua di mansion ini.
Alexa: Terimakasih.
Setelah mendapatkan informasi tersebut dari Justine, Alexa beranjak dari tempat duduk dengan senyuman manis yang terpajang diwajah cantiknya. "Kita lihat, siapa yang berani menghentikanku masuk kedalam kamar Alan."
***
Hari berikutnya.
Didalam kamar mandi yang mewah, Alan berdiri dibawah guyuran air shower. Tubuhnya yang berotot terlihat sangat menarik.
'Perasan membuat orang lemah dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aku harus melakukan sesuatu pada gadis nakal itu.' Pikir Alan, sambil memejamkan matanya.
Sementara itu, Alexa nampak tersenyum nakal setelah berhasil masuk ke dalam kamar Alan. Namun, wajah bahagianya itu berubah menjadi cemberut karena kecewa ketika tidak menemukan pria itu disini. Tetapi, kemudian. Matanya berbinar penuh antisipasi saat ia mendengar suara air dari dalam kamar mandi.
"Jadi, dia ada di dalam kamar mandi. Wah! Aku degdegan melihat dia dalam keadaan basah dan telanjang." Pekik Alexa kegirangan.
Alexa bergegas berjalan mendekati kamar mandi dan beruntung saja pintunya sedikit terbuka. Sambil tersenyum lebar, ia membuka pintu dan jantungnya berdetak kencang ketika Alexa melihat Alan tengah berdiri dibawah shower dengan hanya mengenakan celana boxernya.
Namun, dia berdiri cukup jauh dari tempat Alexa berdiri saat ini. Tetapi rasa panasnya pemandangan itu membuat napas Alexa berat. Air yang mengalir ditubuh pria itu membangkitkan hasratnya dan seakan membakar dirinya dalam kegairahan yang panas. Alexa menggigit bibir bawahnya, dia terlihat ingin menghisap semua tetesan air dari setiap inci di tubuhnya.
Setelah mengatur napas dan perasaan terpananya. Alexa memberanikan dirinya untuk buka suara. "Hai, tuan tampan! Kau mandi tanpa aku? Aku tidak menyukai ini."
Sementara itu, Alan membuka matanya yang sebelumnya terpejam dan terkejut mendengar suara Alexa.
Berbeda dengan Alexa yang tersenyum dan terlihat konyol. "Ayo mandi bersama!." Tanpa ragu, Alexa melepaskan atasannya dan menjatuhkannya dilantai dan gadis itu sekarang hanya mengenakan celana pendek denim berwarna biru dengan bra berendam, hitam.
Mata Alan terbelalak kaget, melihat Alexa yang berlari ke arahnya, lalu mematikan shower. Alan berjalan meraih kaos Alexa dan melemparkannya pada gadis itu.
"Apa kau gila? Pakai lagi kaosmu dan pergi dari sini!." Kata Alan terlihat geram.
"Hm... bisa tidak kau memakai ini untukku, Tuan tampan?." Alexa mengulurkan kaosnya didepan Alan, membuat pria itu semakin merasa marah padanya.
Dia dengan kasar menggenggam lengan Alexa dan menariknya keluar dari dalam kamar mandinya. "Kau tidak di izinkan masuk. Jadi, sebaiknya kau mengerti. Kalau tidak aku punya caraku sendiri." Bentaknya pada Alexa sembari membuka pintu. Namun...
"Aaaa.... sakit." Teriak Alexa setelah Alan mendorong nya dan pintu di tutup dengan keras.
Itu karena Alexa memasukkan kakinya saat Alan hendak menutup pintu, agar pria itu tidak jadi menutup pintunya dan sekarang karena terjepit, kaki Alexa berdarah.
Alan yang mengetahuinya pun terlihat cemas dan segera membuka pintu kamar mandinya. Terlihat, pergelangan kaki Alexa sobek dan mengeluarkan banyak darah.
"Sialan! Apa kau gila?." Kata Alan dan langsung memeluk Alexa, mengesampingkan semua egonya. Dia terlihat sangat mengkhawatirkannya.
Alexa diam-diam menyeringai lebar penuh kemenangan, meletakkan kepalanya didada bidang Alan. Tubuhnya yang masih basah dan telanjang bersentuhan langsung dengan dirinya, membuat tubuh Alexa terbakar hasrat yang sangat besar.
Sementara itu, Alan segera menggendong Alexa dan membaringkannya di atas tempat tidur.
Alexa sangat menikmati hal ini dan Alan yang menyadari senyuman di bibir Alexa pun mengernyitkan dahinya, karena bingung. "Kau terluka dan berdarah, tapi kau malah tersenyum? Apa kau tidak merasakan sakit?." Tanyanya, tak percaya.
"Luka fisik tidak menyakitiku." Jawabnya dengan serius, tetapi dari suaranya jelas terdengar jika Alexa seakan pernah mengalami luka yang mendalam, lebih daripada ini.
Alan memperhatikan dan mereka saling berbagi pandang secara intens. Alan ingin bertanya pada Alexa, tetapi malah sebaliknya pria itu hanya bisa terdiam. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengapa Alexa mengatakan hal seperti itu.
"Aku memang sengaja melakukannya agar kau tidak menutup pintu." Lagi, Alexa kembali buka suara dan tersenyum.
Sementara Alan menggelengkan kepalanya. "Kau benar-benar gadis gila, sungguh."
"Aku tau." Balas Alexa terkekeh.
Pandangan Alan beralih pada luka di kaki Alexa dan mengibaskan tangannya ke arah luka itu. "Sekarang diam dan biarkan aku membalut pergelangan kakimu." Alan pun berbalik badan guna mencari kotak p3k sembari mengomel. "Aku tidak tau berapa kali aku harus mengobati luka mu."
"Kau pikir, aku bisa diam?." Tanya Alexa sembari tertawa kecil. Dan Alan yang nampak jengah hanya mengacuhkan dia dan sibuk mencari p3k.
'Sungguh, dia gadis yang aneh.' Gumam Alan pada dirinya sendiri. Dia membuka lemari dan meraih kotak p3k dari dalam..
Tubuh Alan masih basah dan telanjang, tetapi Alexa tidak malu-malu memandangi tubuhnya yang panas dan berotot.
Sementara bola matanya yang lentik di penuhi dengan keinginan yang sangat besar. Alexa menggigit bibir bawahnya, merasa sangat terangsang melihat tubuh Alan yang menggoda.
Alan pun berjalan mendekat dengan membawa kotak p3k di tangannya, mengabaikan tatapan Alexa yang konstan dan intens yang dipenuhi hasrat. Kemudian pria itu duduk disamping kaki Alexa di atas tempat tidur dan dengan sangat hati-hati Alan mengangkat kaki Alexa, meletakkannya di atas pangkuannya. Saat tangannya menyentuh kaki Alexa, gadis itu terlihat menggigil. Karena sentuhan pria itu mampu memberikan pengaruh yang begitu besar pada dirinya.
Dengan sangat hati-hati dan di penuhi kelembutan, Alan mengoleskan salep di luka Alexa. Dan sekarang pria itu menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang. Tidak ada yang bisa mengatakan bahwa dia adalah bos mafia yang tidak memiliki perasaan.
Alexa dapat melihat bahwa Alan sangat peduli padanya dan gadis itu menyukai hal itu. Untuk pertama kalinya, seseorang benar-benar peduli padanya dan mengoleskan salep pada lukanya.
Nyatanya Alexa yang berawal hanya tertarik kini telah jatuh cinta pada Alan tanpa dirinya sadari. Nafsunya yang berangsur-angsur berubah menjadi cinta dan dia tidak menyadarinya.
Alan tiba-tiba membungkuk saat akan mencium kaki Alexa yang selesai dibalut dengan perban. Mata gadis itu berbinar dan senyum lebar muncul di wajahnya. Tetapi sebelum bibir pria itu menyentuh kulit kakinya. Alan berhenti saat menyadari apa yang dirinya lakukan dan dia pun mengurungkan niatnya tadi, sebaliknya Alan menurunkan kaki Alexa dengan lembut dari pangkuannya. Membuat bibir Alexa berubah menjadi tertekuk kesal.
"Kau perduli padaku?." Tanya Alexa penasaran.
"Tidak!."
"Kebenaran tidak akan berubah jika kau menunjukkan amarahmu." Balas Alexa mengejek.
Alan bergerak mendekatinya dan dengan kasar mencengkram rahang tak seberapa milik Alexa. "Tidak ada yang seperti itu, kau mengerti?." Pria itu melayangkan tatapan tajamnya ke arah Alexa.
Sementara itu, Alexa memutar bola matanya, malas. "Aku tidak takut padamu. Jadi, berhenti membuang-buang waktumu untuk melakukan semua ini."
Alan menyeringai, jahat. "Karena kau belum melihat sisi iblisku." Kata pria itu dan langsung memalingkan wajahnya.
"Ya, aku tetap tidak takut." Balas Alexa dengan santainya. "Yang penting kau peduli padaku."
"Aku tidak perduli padamu, kau juga bukan tipe idamanku." Alan beranjak dari duduknya. "Dan hari ini aku akan menunjukkan padamu seperti apa tipe idaman ku." Sambung Alan, lalu berjalan menuju walk in closet miliknya.