Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Omong kosong
Setelah perdebatan singkatnya di dalam mobil, Martin tidak mengeluarkan suara apapun lagi, dia fokus dengan jalanan yang ada di hadapannya.
Mobil sudah berada di depan kantor Tya, biasanya Martin keluar mobil untuk sekedar menemani Tya, lalu masuk kembali ketika Tya sudah menghilang dari pandangannya.
Tapi kali ini, Martin tetap berada di dalam saat Tya sudah mencium tangannya untuk berpamitan bekerja.
"Aku masuk ya sayang, jangan terlalu di fikirin ... Ini semua pasti ada jalan keluarnya."
"Argh ... Omong kosong, udah cepat sana keluar."
Tya menghela nafasnya, lalu keluar dari mobil.
***
Beberapa Minggu kemudian.
Kehamilan Tya sudah berjalan 8 Minggu, selama ini Tya memeriksa kehamilan ke dokter kandungan seorang diri, karena sudah pasti Martin tidak mau menemani, mengantar ke rumah sakit saja Martin langsung menolak tanpa memikirkan bagaimana perasaan istrinya.
Di rumah sakit
"Ada anti mual ga dok? Makin hari mual muntah saya tidak bisa di tahan."
"Kenapa harus di tahan Bu? ini kan memang efek alami ibu hamil saat di tahap awal, yang terpenting ibu jaga asupan makanan dan minuman, jangan sampai ibu dehidrasi karena banyak makanan dan cairan yang keluar."
"Oh iya dok, saya kira ada obat anti mual muntah untuk ibu hamil muda seperti saya."
Dokterpun mengulas senyumnya, lalu menuliskan resep vitamin yang harus di tebus Tya.
"Ini resepnya vitaminnya, jangan lupa asupan makanannya dijaga, jangan makan pedas ya ... biasanya kan ibu hamil muda suka ngidam makanan pedas, terus si suami pasti menurutinya kan? nantinya, jika ibu mengalami masalah pencernaan bisa berdampak juga pada si janin. untuk konsultasi selanjutnya bisakah suami ibu meluangkan waktunya sebentar? saya harus bicara secara langsung mengenai peran suami saat istri sedang hamil, apalagi ini pertama kalinya untuk kalian kan?"
Tya terlihat kikuk, bagaimana caranya dia mengajak Martin agar mau ikut berkonsultasi perihal kehamilan nya.
"B-baik dok, nanti jika suami saya bisa izin bekerja, saya akan mengajaknya untuk bertemu dengan dokter."
Setelah selesai berkonsultasi, Tya bergegas kembali ke kantor, karena dia hanya izin 2 jam di sela jam istirahatnya, dengan alasan keperluan keluarga.
Di depan rumah sakit, jarang sekali taxi lewat, entah sedang ada demo atau ada penghambat lainnya, Tya lagi-lagi panik sendiri melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 14.00, rapat di mulai pukul 15.00 dan modul rapat belum sepenuhnya selesai.
"Ya ampun ini gimana ya? Atasanku bisa marah besar ini."
Keberuntungan datang pada Tya siang ini, bus umum dengan rute yang melewati kantornya tiba-tiba berhenti ketika ada penumpang yang akan turun, dengan cepat Tya langsung menaiki bus tersebut.
Karena sudah bertahun-tahun Tya tidak menggunakan transportasi seperti ini, perasaan mual mulai melanda ... Di tambah Tya sedang hamil muda yang sensitif dengan apa yang ada di sekitarnya, dari mulai bau dan suhu.
Yaampun mual banget, aku ga tahan pengen muntah disini juga rasanya.
20 menit di perjalanan, Tya sudah berada di depan kantor dengan berjalan setengah berlari, mengejar waktu yang tersisa untuk mengerjakan pekerjaan urgentnya yang belum selesai.
"Tya! Kamu dari mana aja? saya butuh modul rapat, kamu simpan dimana?" Ucap Pak regard Atasan Tya dengan nada tegasnya.
"Ng ... maaf pak, saya belum kerjain semua, ini baru mau silaya selesaikan pak, tadi saya ada kendala di jalan, jadi telat sampai kantor."
"Terus maksudnya kita harus tunda rapat dengan orang penting cuman karena masalah receh kamu itu? Begitu?"
Tya hanya menunduk saat Pak regard memarahinya, dan banyak orang yang menyaksikan tapi mereka hanya diam tanpa membela apapun, membela Tya artinya orang itu harus siap bernasib sama.
"Saya janji akan mengerjakannya dalam wak — hueeeeek."
Tya langsung berlari ke kamar mandi dengan tangan yang menutup mulut agar muntahnya tidak bercecer di lantai.
Setelah selesai dengan urusannya, Tya kembali menemui Pak Regard untuk meminta maaf tentang kesalahannya.
"Kamu kenapa? Hamil? Kamu tau kan di perusahaan ini karyawan di larang hamil?" Selidik pak Regard karena melihat Tya yang tiba-tiba mual seperti tadi.
"Itu pak, tadi saya naik bus ... Karena tidak biasa, saya jadi pusing dan mual, itu penyebabnya."
Pak Regard berdecak Mendengar jawaban Tya, lalu menyuruh Tya menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu 10 menit.
Karena Tya termasuk sekertaris yang cekatan, waktu 10 menit bisa dia gunakan sebaik mungkin, agar atasannya itu tidak kesal dan kecewa lagi dengan kinerjanya di kantor.
***
Di rumah.
Setelah makan malam bersama yang masih di selimuti keheningan, Tya kembali ke kamar ... Karena Martin sudah masuk lebih dulu, sofa yang semalam dia pakai untuk tidur sudah di tempati oleh ayah ya menonton Tv kesukaannya.
"Sayang." Panggil Tya saat melihat Martin sedang fokus dengan ponselnya di atas kasur.
"Hm."
"Hari tadi bener-bener deh, nguji kesabaran banget."
"Kenapa? Di pecat?"
"Ih ... Engga, tadi aku izin buat cek kandungan ke RS .. Aku alasan ada acara keluarga, terus pas pulangnya Taxi satupun gak ada yang lewat, terpaksa aku naik bis, kamu tau ga? Aku mual dan muntah depan bos aku, untung aja muntahnya bisa aku tahan pake tangan."
Martin menyunggingkan senyumnya, " Apa aku bilang kan? Bayi itu pembawa sial, belum lahir aja udah nyusahin."
"Sayaaaang ... Enggak gitu, aku cuman cerita hari aku aja, aku ga nyalahin bayi kita kok."
"Bayi kamu, aku belum pengen."
"Sayang ... Bikinnya kan berdua." Tya berusaha bersikap biasa saja, karena dia ingin hubungannya dengan Martin kembali harmonis seperti awal, dia tidak mau terlalu di bawa perasaan dengan semua kata-kata pedas yang keluar dari mulut suaminya itu perihal kehamilannya.
"Ya, tapi kan kalau bukan kecerobohan kamu, semua ini gak akan terjadi, secara gak langsung kamu udah ngancurin kebahagiaan orang tua dan adik aku, dan juga mimpiku yang ingin mapan sebelum mempunyai anak, gagal sudah semua rancanganku selama ini."
Tya menaikan sebelah alisnya, mendengar betapa berlebihannya Martin ketika merasa gagal sebagai manusia hanya karena istrinya sedang mengandung buah cintanya
"Sayang, percaya sama aku, kalau nanti Dede nya lahir ... Dia pasti akan bawa keberuntungan buat kamu lebih daripada yang ini."
"Halah ... Omong kosong, Oh ya ... Kesepakatan soal kebutuhan anak, waktu kamu bilang akan menanggungnya, aku setujui itu, kamu boleh menggunakan uangku hanya untuk keperluan rumah, tidak dengan lain-lain, skincare, baju, tas dan apalagi kebutuhan bayi itu, semuanya di luar dari tanggung jawabku, karena kamu yang menyanggupi semua ini."
Tya tersenyum getir, ketika suaminya berubah menjadi perhitungan. "Segitunya sayang?"
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗
ini nih slh satu org Kufur..
Tdk bersyukur...