"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA
Lama semakin lama, sikap bu Ratih semakin membuat Arini tidak nyaman, dan tidak betah tinggal di rumah itu. Berulang kali dia meminta pada Alfian agar mereka mengontrak rumah, tapi semua percuma, karena bu Ratih dan pak Hardiman tidak pernah mengijinkan, dan ujung-ujungnya bu Ratih menuduh dan memperingatkan Arini agar ia tidak berusaha mempengaruhi Alfian.
Arini hanya bisa bersabar dan pasrah, menerima perlakuan ibu mertuanya itu. Dia tidak pernah menceritakan perlakuan yang diterimanya pada Alfian, karena takut di tuduh mengadu domba ibu dan anaknya. Walau sebenarnya Alfian pun merasakan sikap ibunya yang selalu menyudutkan Arini.
Kalau awal-awal bu Ratih selalu memuji Arini maka sekarang sebaliknya, sekarang dia selalu menjelek-jelekkan Arini pada orang-orang disekitar rumahnya, bahkan hampir satu kampung mendengar dan tahu cerita bu Ratih tentang menantunya itu.
Suatu malam, dikamar Dani
"Mas, boleh kan kalau aku kerja?." Tanya Arini
"Kerja?. Kerja dimana?." Tanya balik Alfian
"Di konveksi milik pak Indra. Katanya lagi butuh karyawan tambahan." Jawab Arini
Meski tidak mau mengijinkan, Alfian tetap memberikan ijinnya pada Arini.
Arini tampak senang, tapi tidak dengan sang mertua yang terlihat tidak suka saat dia tahu Arini akan pergi melamar (pagi harinya).
Tapi sayangnya keberuntungan belum berpihak pada Arini. Dia tidak di terima di konveksi itu. Lebih tepatnya, dia terlambat karena lowongan pekerjaan yang dia dengar sudah terisi orang lain. Ya sudahlah, berarti dia masih harus mengumpulkan stok sabar menghadapi sikap ibu mertuanya itu.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Tak terasa sudah hampir tiga bulan Arini menjalani kehidupan rumah tangganya. Besok adalah hari raya idul fitri. Tedi (Kakak laki-laki Alfian) dan istrinya, Nena datang bersama anak mereka yang baru berusia lima tahun. Mereka akan menginap di rumah bu Ratih, karena akan berlebaran bersama. Dan saat ini, mereka sedang berbuka puasa bersama.
Bu Ratih memperlakukan Nena dengan sangat istimewa, sikapnya pun terasa begitu hangat. Semua makanan dia tawarkan pada menantu pertamanya itu, sedangkan pada Arini, dia memperlakukannya seperti pada pembantu yang harus melayani mereka semua. Arini tetap menerima, karena baginya ini sudah biasa. Dan lagi, bagaimanapun juga Nena dan Tedi adalah tamu yang harus dia layani, Arini sama sekali tak keberatan.
Hanya saja yang membuatnya tak enak hati adalah saat dirinya tak sengaja melihat bu Ratih berbisik-bisik pada Nena, sambil sesekali menoleh ke arahnya. Dia tidak mau berburuk sangka, tapi entah mengapa hatinya berkata, ibu mertuanya itu sedang membicarakannya pada Nena.
...
Selesai berbuka puasa bersama, Arini membereskan gelas dan mangkuk kotor bekas takjil. Nena berniat membantu, tapi bu Ratih melarangnya.
"Biar Arini aja yang beresin. Kamu pasti capek Nena." Kata bu Ratih.
"Iya, kak!! Biar saya aja yang beresin." Timpal Arini.
"Ah gapapa, sekalian mau cuci tangan dan wudhu juga." Sahut Nena, seraya membawa gelas dan mangkuk kecil bekasnya sendiri, lalu dia wudhu dan sholat. Begitu juga bu Ratih, sedangkan Arini sebelum sholat dia mencuci dulu semua gelas dan mangkuk kotor tadi.
****
Arini baru saja selesai melaksanakan sholat maghrib. Dia masih duduk di atas sajadah dengan memakai mukenanya.
"Hei!! Habis sholat kok malah ngelamun." Ucap Alfian seraya meletakan tangan di bahu kanan Arini.
"Eh..(Sedikit tersentak). "Eng....enggak kok mas. Aku nggak ngelamun." Jawab Arini
"Kenapa ? Kamu capek ya?." Tanya Alfian
"Enggak kok. Biasa aja." Jawab Arini
"Bener kamu nggak capek?." Tanya Alfian memastikan.
"Bener." Jawab Arini
"Kalau gitu, habis isya nanti kita jalan-jalan yuk, naik motor." Ajak Alfian
"Jalan-jalan?. Kemana?." Tanya Arini antusias
"Ya kemana aja. Yang penting jalan-jalan. Malam takbiran kayak gini biasanya banyak diskon gede-gedean." Jawab Alfian.
"Oh ya. Ayo mas." Sahut Arini sambil tersenyum senang. Namun senyum di bibirnya itu perlahan memudar saat dia ingat pada ibu mertuanya, yang dia yakin tidak akan mengijinkan mereka pergi.
"Tapi mas, apa ibu dan bapak akan mengijinkan kita pergi?." Tanya Arini
"Kenapa enggak?. Kita sekarang sudah jadi suami istri, bukan baru pacaran, jadi kenapa ibu atau bapak harus melarang kita?." Jawab Arini.
"Tapi mas......"
"Sudah lah kamu nggak perlu takut, biar nanti aku yang izin sama ibu ya." Kata Alfian menyela ucapan Arini.
TBC🌿
follow me ya thx all