"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi, Bagaimana?
"Perkenalkan nama saya Afzah Attarrayhan atau biasanya dipanggil Rayhan, saya anak sulung dari dua bersaudara dan umur saya 34 tahun, saya bekerja di salah satu pondok pesantren sebagai pengawas," ucap Rayhan.
"Giliran Mbak Alya," bisik Izma dan diangguki Alya.
"Perkenalkan nama saya Prameswari Alya, biasanya dipanggil Alya, saya anak sulung dari dua bersaudara, umur saja 32 tahun dan saya bekerja di salah satu perusahaan di Bandung," ucap Alya.
"Kalian jangan kaku-kaku, kalian santai saja ngobrolnya," ucap Umi Fatimah dan diangguki Alya.
"Oh iya, Mas. Kenalkan ini Izma adiknya Alya," ucap Alya.
"Adik kamu cantik ya," ucap Umi Fatimah.
"Kamu sudah menikah?" tanya Rayhan.
"Saya sudah menikah," jawab Izma.
"Maaf, saya tidak bertanya ke kamu, saya tanya ke Kakak kamu," ucap Rayhan.
"Eh, maaf Bang. Saya gak tau. Habisnya Bang Rayhan lihatnya ke saya, saya kira Bang Rayhan tanya ke saya. Kalau Mbak Alya belum menikah Bang, silahkan kalau Bang Rayhan serius dengan Mbak Alya, Izma sebagai Adik sangat setuju dan mendukung penuh Bang Rayhan dan Mbak Alya," ucap Izma.
"Dek," tegur Alya.
"Hehehe, bercanda Mbak, tapi kalau Bang Rayhan serius sama Mbak Alya gapapa," ucap Izma.
"Kapan saya bisa melamar Mbak kamu?" tanya Rayhan.
Alya yang mendengar perkataan Rayhan pun terkejut, 'Aku salah dengar, gak mungkin juga Mas Rayhan mau sama aku, dari penampilan aja aku sama Mas Rayhan udah berbeda. Semua barang yang Mas Rayhan pakai bukan sembarangan, semuanya pasti mahal,' batin Alya.
"Bang Rayhan serius mau melamar Mbak Alya?" tanya Izma.
"Insyaallah serius, tapi Mbak kamu mau tidak sama saya," ucap Rayhan.
"Gimana Mbak?" tanya Izma.
"Mas Rayhan pasti bercanda, kalau Mas tidak ingin melanjutkan perkenalkan kita, saya tidak masalah Mas," ucap Alya.
"Saya tidak bercanda, saya serius," jawab Rayhan dengan tegas dan penuh pecara diri.
"Kamu tidak mau menikah dengan anak Umi?" tanya Umi Fatimah yang sejak tadi hanya mendengarkan saja.
"Bukan begitu, Bu. Tapi, saya pikir Mas Rayhan hanya bertemu karena Bi Fatimah, jadi saya tidak berpikir Mas Rayhan akan menerima saya," ucap Alya.
"Jadi, bagaimana?" tanya Rayhan.
"Apa saya bisa memikirkannya terlebih dahulu?" yanya Alya.
"Kenapa Mbak Alya harus memikirkannya lagi? percaya sama Izma kalau Bang Rayhan itu pilihan terbaik, Bang Rayhan itu pengawas pondok pesantren mbak yang akhlak dan agamanya insyaallah bagus tidak seperti pria-pria yang dikenalkan Tante sama Om," bisik Izma.
"Kamu bisa memikirkannya, tapi saya minta besok jawabannya karena besok saya dan keluarga saya akan kembali ke Magelang," ucap Rayhan dan diangguki Alya.
"Saya izin ke kamar mandi dulu ya," ucap Alya.
Alya pun pergi ke kamar mandi, ketika Alya ke kamar mandi, Izma mengobrol dengan calon Kakak iparnya.
"Apa Izma boleh minta nomornya Bang Rayhan?" tanya Izma.
"Boleh, nanti kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi Abang," ucap Rayhan.
"Siap Bang," jawab Izma.
"Mbak kamu emang orangnya pendiam?" tanya Rayhan.
"Iya, Bang. Mbak Alya emang orangnya pendiam banget, sebenarnya Mbak Alya itu orangnya ceria kok, tapi setelah kematian Ayah dan tinggal di rumah Kakek dan Nenek, ditambah tekanan dari keluarga terhadap Mbak Alya akhirnya yang membuat sikap Mbak Alya berubah jadi pendiam," jawab Izma.
"Memangnya keluarga kamu menekan Alya kenapa?" tanya Umi Fatimah.
Izma pun menceritakan semua yang terjadi pada Alya, rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung berubah menjadi tempat mematikan bagi Alya, tentu saja semua yang mendengar cerita Izma pun tidak habis pikir dengan keluarga Alya yang begitu tidak tau diri.
"Memang apa salahnya jika perempuan yang usianya sudah dewasa belum menikah, lagipula sebagai perempuan wajar dong kalau mencari pria yang bisa membimbing dalam kebenaran," ucap Umi Fatimah yang merasa kesal mendengar keluarga Alya.
"Tapi, Izma minta agar ini dirahasiakan dari Mbak Alya karena Mbak Alya tidak suka bahas tentang ini pada orang lain, bagi Mbak Alya ini itu aib jadi Mbak Alya gak suka mengumbar-umbar aib keluarga, tapi menurut Izma, Bang Rayhan, Om dan Tante harus tau bagaimana kehidupan Mbak Alya," ucap Izma.
"Kamu tenang saja, saya dan keluarga saya tidak akan memberitahukannya," ucap Rayhan dan diangguki Izma.
Tak lama setelah itu, Alya pun kembali. "Nanti saya akan hubungi kamu," ucap Rayhan.
"Mas Rayhan punya nomornya Alya?" tanya Alya.
Rayhan pun mengangguk dan menjawab, "Saya minta ke Umi," dan diangguki Alya.
Mereka pun menikmati makan malamnya, ketika Alya hendak membayar makanannya tiba-tiba Rayhan menarik kartu Alya dan menggantinya dengan kartu miliknya.
"Pakai uang saya saja Mas, kan saya yang memesan tempat ini," ucap alya.
"Tidak baik perempuan yang membayar makanan ketika ada laki-laki yang sanggup untuk membayarnya," ucap Rayhan.
Alya pun diam dan kembali ke meja, tak lama setelah itu Rayhan juga kembali ke mejanya. "Sudah malam, kita balik dulu Bu, Pak, Mas," pamit Alya.
"Iya, hati-hati ya," jawab Umi Fatimah dam diangguki Alya lalu Alya dan Izma pun meninggalkan restoran tersebut.
"Berarti sebentar lagi Umi dapat menantu lagi?" tanya Umi Fatimah yang menggoda Rayhan.
"Kalau Alya setuju, tapi kalau Alya gak setuju ya Umi gak jadi dapat menantu lagi," ucap Rayhan.
"Semoga Alya menerima kamu," ucap Umi Fatimah.
"Amin," jawab Rayhan.
Kembali pada Alya, ketika di dalam mobil. Izma tak henti-hentinya menggoda Alya bahkan Izma mengompor-ngompori Alya untuk menerima Rayhan dengan alasan agar Alya tidak di jodohkan dengan pria-pria tidak benar dari Tante dan Om-nya.
"Ayolah Mbak, Mbak alya harus terima Bang Rayhan. Bang Rayhan itu udah yang paling mantap Mbak, ingat Mbak selama Mbak kenal sama pria, cuma Mas Rayhan yang ngerti agama, yang lainnya kosong Mbak gak ngerti agama semua malah ada yang gak punya agama," ucap Izma.
"Tapi, Mbak kok gak percaya diri ya sama Mas Rayhan. Kamu gak lihat Mas Rayhan ganteng gitu, Mbak yang kayak pulu pulu gini ya minder lah kalau bersanding sama Mas Rayhan," ucap Alya.
"Astaghfirullah Mbak, Bang Rayhan loh gak masalah, Bang Rayhan justru mau menerima Mbak Alya. Mbak Alya harus bersyukur Bang Rayhan mau sama Mbak, lagipula kita semua sama dihadapan Allah Mbak," ucap Izma.
"Besok Mbak akan jawab, doakan saja ya. Tapi, Mbak minta ke kamu buat gak bilang dulu ke orang rumah," ucap Alya.
"Iya, gampang. Nanti Izma tidur sama Mbak Alya ya," ucap Izma.
"Loh kamu gak pulang?" tanya Alya.
"Gak deh Mbak, udah malam takut pulang. Lagian kalau Mbak Alya nikah nanti, Izma gak visa manja-manja ke Mbak lagi," ucap Izma.
"Kamu ini bisa aja," ucap Alya.
.
.
.
Bersambung.....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka