Aku memang mencintainya, tapi aku tak mau menjadi bodoh karnanya, bagiku jika tak anggap oleh orang-orang di sekitar mu, maka carilah tempat dimana orang-orang akan menganggap mu.
*******
Arzeta Asafa wanita berusia 25 tahun sudah membina rumah tangga selama kurang lebih 3 tahun, namun belum memiliki momongan bukan karna mandul tapi karna sang suami yang mengalami impoten hingga Zeta harus bersabar dengan hinaan serta cacian dari keluarga besarnya.
Tapi siapa sangka rumah tangga yang dia jaga selama ini, menyimpan DURI di dalamnya.
yuk ikuti kisah Arzeta dan siapa DURI yang merusak ke bahagiaan rumah tangga Zeta...???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai terungkap.
Setelah keluar dari ruangan dokter Daniel, Zeta langsung menuju ruang dokter Devi, sebelum menuju ke sana, Zeta memastikan terlebih dahulu, apakah semua keluarga nya sudah pergi, dari rumah sakit Wijaya. Jika belum Zeta terpaksa harus menunggu hingga mereka pergi.
sementara itu di ruang dokter Devi, sedang terjadi perdebatan, antara dua keluarga, mereka berdebat karna ingin ikut menyaksikan langsung USG pada Elsa dan bayinya.
Maaf pak buk! Hanya dua orang yang bisa ikut masuk ke dalam ruang USG, ucap asisten dokter Devi.
Iss... Udah kami putuskan! Kalian di sini aja, biar kami yang ikut masuk bersama Elsa dan Revan, ucap mama Alin, mama Elsa dan Arzeta.
Dokter Devi sendiri merasa syok, melihat laki-laki yang datang cek kandungan bersama wanita, yang tadi namanya di sebutkan oleh Zeta, kini dia pun paham mengapa Zeta memintanya untuk menyembunyikan kehamilannya.
Silah kan buk Elsa, naik ke atas, kita akan melihat perkembangan adek bayinya?
Sus Tami, tolong di bantu ibuk Elsanya ucap Dokter Devi.
Maaf buk, saya angkat sedikit ke atas bajunya ya? Saya akan mengoles kan jel? Ucap suster Tami meminta persetujuan.
Elsa hanya menganguk, sebagai jawaban, sedangkan Revan dengan setia megenggam tangan sang istri.
Sementara dokter Devi, sempat tertegun, dia tak dapat membayang kan bagai mana perasaan Zeta, bila melihat pemandangan saat ini, dokter Devi jadi teringat dengan permintaan Zeta tadi.
"sungguh miris, di kala dia sakit, lemah tak berdaya, nona Zeta yang selalu menemaninya, kini saat sudah sembuh suaminya malah menanam benih di rahim wanita lain"
Dok sudah siap? Ucapan dari sus Tami membuat dokter Devi tersentak, namun dia lansung tersenyum sambil mulai mengerak kan alat, USGnya, dia juga menjelaskan perkembangan bayinya juga usia kandunga Elsa.
Mendengar apa yang di ucap kan oleh dokter Devi, membuat mereka berempat merasa bahagia, tanpa mereka sadari Zeta menyaksikan semua itu lewat kaca pintu ruangan dokter Devi.
Zeta pikir mereka sudah pergi dari rumah sakit sebab dia tak melihat adanya orang tua Revan mau pun orang tuanya, di luar ternyata sang mama dan sang mertua ikut ke ruangan USG.
Flasback on.
Vit, kita ke kantin dulu aja lah? Sambil nunggu mereka keluar, ucap Irpan ayah Revan.
Iya, juga ya bisa boring kita nungguin mereka disini? Malah banyak yang memperhatikan kita lagi, walau pun udah tua ngeri juga sampek kita di bilang kaum pelangi, ucap Davit ayah Elsa dan Arzeta.
Setelah mereka pergi, sekitar 5 menit, Zeta yang baru dari ruangan dokter Andrologi berniat menemui dokter Devi, dia ingin menanyakan hasil pemeriksaan Elsa, jika benar usia kandungan Elsa sang kakak sudah 3 bulan lebih, ada kemungkinan bahwa anak yang Elsa kandung bukan anak Revan.
Saat Zeta akan mengetuk pintu tak sengaja matanya melihat pemandangan yang membuat dia tersenyum getir, betapa sayang dan perhatiannya Revan pada Elsa bahkan mama serta mertuanya juga tampak sangat bahagia.
Sebegitu kejamnya dunia dan begitu sayangnya Allah pada dirinya hingga dia harus di uji dengan ujian yang sebegitu dasyat, sungguh Zeta tak sekuat itu tapi dia juga tak ingin menjadi lemah maka yang harus dia usahakan adalah mecoba.
Tak sanggup melihat pemandangan itu Zeta memutuskan untuk pergi ke kantin, hanya untuk sekedar menenangkan diri, saat ini dia sungguh lelah, tapi di saat bersamaan dia juga harus kuat demi bayinya.
Dengan mengunakan sweter topi dan juga masker dia melangkah menuju kantin tapi lagi-lagi dia melihat cinta pertamanya serta mertua laki-lakinya ada di sana, awalnya dia ingin pergi hingga sebuah pembahasan membuatnya urung.
Zeta duduk tepat di belakang sang ayah, lalu dia menghidup kan perekam suara yang sengaja dia bawak, dia tadi juga sempat memfoto Revan Elsa, mama Alin dan juga mama Intan mertuanya.
Vit, bagaimana soal Zeta? Kita sudah menyembunyikan pernikahan Revan dan Elsa darinya.
Aku pun bingung Fan, tapi saat aku mendapati Elsa tidur bersama Revan, yang ada di pikiran ku, bagaimana jika sampai Elsa hamil, aku tak ingin malu kau tau kan saat itu aku baru naik jabatan, ucap Davit.
Tes... Air mata Zeta sungguh menetes tanpa iya minta.
"ya allah perluas rasa sabar hamba, kuat kan hati hamba, hanya pada mu hamba berserah, batin Zeta menangis pilu".
Bagaimana jika kita meminta Revan menceraikan Zeta? Aku kasian padanya, anak mu itu terlalu baik, ucap Irfan.
Tapi Elsa gak setuju jika mereka pisah, dia sudah merebut Revan tanpa sengaja, dia tak ingin melukai adiknya, karna dia tau Zeta sangat mencintai Revan.
Apa gak apa-apa? sungguh lebih baik lepas kan Zeta, dari pada kita terus berbohong padanya, kau tau serapi-rapinya menyimpan bangkai, lama-lama bauknya akan tercium juga, ucap Irfan, membuat Davit pun berpikir demi kian.
"bagaimana jika nanti Zeta mengetahui fakta ini? Sungguh aku tak sanggup melihat dia tersakiti, tapi secara tidak langsung kami juga telah menyakitinya". Batin Davit.
Srek, suara kursi yang di geser membuat Davit dan Irfan berhanti membahas masalah rumah tangga anak-anaknya.
Tak... Zeta memutuskan pergi dari sana, sudah sedari tadi dia ingin pergi, tapi dia tahan dia penasaran dengan ke putusan sang ayah. Tapi ternyata harapannya hanya semu, lagi-lagi ayahnya hanya memikirkan reputasi, sedari kecil sang ayah memang lebih condong ke sang kakak Elsa, karna Elsa selalu mendapat nilai akademik nya selalu sempurna. Zeta bukan tak mampu untuk mendapat nilai sempurna, tapi Zeta memang lebih suka mengambar.
Setelah sampai di taman, Zeta menangis dalam diam, setelah merasa tenang baru lah dia mencoba menghubungi Fais seniornya saat kuliah dulu, dan suami dari sahabatnya Ratna, saat ini Fais berprofesi sebagai pengacara maka dari itu Zeta akan meminta bantuan dari Fais.
Tut... Tuttt...
"Halo... Selamat siang, ucap Zeta lirih".
Siang, ini denga siapa? ucap Fais sambil mengerut kan keningnya, dia merasa heran sebab si penelpon masih diam.
Hallo... Masih ada kah orang di sana, jika tak ada yang penting saya akan mati kan sebab saya sedang sibuk, ucap Fais sebab si penelpon masih juga diam, sedangkan Fais menunggu jawaban.
"maaf kak Fais, jika kakak sibuk, besok aku akan langsung menemui kakak di kantor, kakak, ucap Zeta, sambil menangis saat dia melihat suami, dan keluarganya memperlakukan Elsa sang kakak bagai kan ratu.
pip!!
Telpon di mati kan tanpa mendengar jawaban dari sang empuh.
Hah!!! Siapa sebenarnya wanita itu? Ucap Fais heran.
Kenapa mas? Ucap Ratna istri Fais.
Tadi ada yang nelpon, kirain klain, ternyata hanya orang iseng, sahutnya sambil asik menciumi sang anak yang baru berusia 2 bulan.
"tapi suaranya kayak gak asing? Terus aku yakin tadi juga wanita itu sedang nangis, tapi siapa? Lihat besok aja lah, kalok memang calon klain, ya tinggal di sambut, batin Fais".
Mandi sana mas? Entar mbak Devi pulang, kenak omel baru tau rasa, ucap Ratna karna Fais sedari pulang dari kantor sudah nangkring di kamar beby Zela.
Ya udah deh mas mandi dulu, dadah putri cantik papa jangan bobok dulu ya papa masik kangen soalnya.
Sementara itu Zeta kembali menemui dokter Devi, dia sudah bertekat untuk mengajukan perceraian dengan Revan suaminya secepat mungkin.
jacob udh jd bpk trnyta....mskpn areta msh ga ngaku siiihh....
cpt smbuh y zeta,smua orng mnntimu .....