NovelToon NovelToon
VRASKARA KESAYANGAN OSIS

VRASKARA KESAYANGAN OSIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Playboy / Anak Genius / Murid Genius / Cinta Seiring Waktu / Karir
Popularitas:937
Nilai: 5
Nama Author: uck infl

mohon maaf jika ada kesamaan pada nama pemeran dan lain lain

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uck infl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

S1 - 03 KEJUTAN DI BALIK LAYAR

Setelah kesuksesan proyek bakti sosial, kehidupan di SMA Adinanta Perwira kembali ke rutinitas sehari-hari. Namun, euforia dari kegiatan tersebut masih terasa di antara para siswa. Bela dan Zaza, yang kini semakin populer dan dihormati, terus menjalankan program mentoring mereka dengan antusiasme yang tak pernah pudar.

Suatu pagi di awal minggu, saat Bela dan Zaza sedang bersiap untuk berangkat ke sekolah, mereka menerima pesan dari Gabriel. "Ada rapat mendadak di ruang OSIS jam pertama. Jangan sampai telat."

Setibanya di sekolah, mereka segera menuju ruang OSIS. Di sana, mereka disambut oleh Gabriel, Nafa, dan anggota OSIS lainnya. Wajah-wajah serius menghiasi ruangan tersebut.

"Ada apa, Gabriel? Kenapa rapat mendadak?" tanya Zaza dengan penasaran.

Gabriel berdiri di depan dan mulai menjelaskan. "Kita mendapat kabar bahwa sekolah kita akan menjadi tuan rumah untuk kompetisi antar sekolah tingkat nasional bulan depan. Ini kesempatan besar untuk menunjukkan prestasi kita. Tapi persiapannya harus matang, dan waktunya sangat singkat."

Sontak ruangan menjadi riuh dengan berbagai tanggapan. Oliver, Lucas, Orion, Nathan, dan Jonathan segera mengajukan berbagai ide dan strategi. Bela dan Zaza pun ikut terlibat dalam diskusi.

"Bela, kamu dan Zaza bisa mengurus bagian acara pembukaan. Kalian sudah terbukti mampu membawa suasana," ujar Nafa dengan yakin.

Zaza mengangguk. "Siap! Kami akan pastikan acara pembukaan berjalan dengan lancar dan meriah."

Ara, Dita, dan Dinda juga menyumbangkan ide-ide mereka untuk kegiatan tersebut. Ara dengan keahliannya dalam manajemen, Dita dalam desain grafis, dan Dinda dalam logistik. Vita dan Nadia, meski tidak secerdas Ara, tetap memberikan kontribusi dengan ide-ide kreatif mereka.

Dengan semangat yang tinggi, mereka mulai bekerja. Hari-hari mereka diisi dengan rapat, latihan, dan persiapan intensif. Setiap detail diperhatikan dengan seksama, memastikan bahwa tidak ada yang terlewat.

Di tengah-tengah kesibukan itu, Bela merasakan sesuatu yang aneh. Ada seorang siswa baru yang selalu tampak mengamati mereka dari kejauhan. Seorang gadis dengan penampilan yang mencolok, rambut hitam legam dan mata tajam yang memancarkan rasa ingin tahu.

Suatu hari, saat Bela sedang sendirian di perpustakaan, gadis itu menghampirinya. "Hai, aku Lila. Kamu Bela, kan?"

Bela tersenyum ramah. "Iya, aku Bela. Ada yang bisa aku bantu?"

Lila duduk di sebelah Bela. "Aku baru pindah ke sini. Aku mendengar banyak tentang kamu dan program mentoringmu. Aku ingin tahu lebih banyak."

Bela merasa ada sesuatu yang menarik dari Lila. "Tentu, Lila. Aku senang ada yang tertarik. Kamu bisa ikut sesi mentoring kami. Kami akan sangat senang menyambutmu."

Lila tersenyum lebar. "Terima kasih, Bela. Aku akan ikut."

Sementara itu, Zaza juga mengalami kejadian serupa. Dia bertemu dengan seorang siswa baru bernama Rey, yang tampak tertarik dengan kegiatan OSIS. Rey adalah cowok tinggi dengan senyum yang menawan dan sikap yang ramah.

"Zaza, aku dengar dari teman-teman kalau kamu salah satu motor penggerak OSIS di sini. Boleh aku ikut terlibat?" tanya Rey dengan antusias.

Zaza mengangguk. "Tentu, Rey. Kami selalu butuh bantuan. Kamu bisa mulai dengan membantu persiapan kompetisi ini."

Hari demi hari, Lila dan Rey semakin dekat dengan Bela dan Zaza. Mereka menunjukkan kemampuan dan dedikasi yang luar biasa dalam membantu persiapan kompetisi. Lila dengan keahliannya dalam riset dan analisis, sementara Rey dengan keterampilan teknis dan organisasinya.

Namun, di balik itu semua, Bela dan Zaza merasa ada yang aneh. Mereka merasa bahwa Lila dan Rey menyimpan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Meski begitu, mereka tetap membuka diri dan menerima bantuan mereka dengan tangan terbuka.

Saat hari kompetisi semakin dekat, persiapan pun mencapai puncaknya. Sekolah penuh dengan hiruk-pikuk dan kegembiraan. Semua orang bekerja keras untuk memastikan bahwa kompetisi berjalan lancar dan sukses.

Di hari pertama kompetisi, SMA Adinanta Perwira tampak megah dengan dekorasi yang memukau. Para peserta dari berbagai sekolah berkumpul, membawa harapan dan semangat mereka. Bela dan Zaza, yang bertugas sebagai pembawa acara, tampil memukau dengan penampilan mereka yang anggun dan penuh percaya diri.

"Selamat datang di SMA Adinanta Perwira! Kami sangat senang menyambut kalian semua di sini," ujar Bela dengan senyum lebar.

Zaza melanjutkan, "Kami berharap kalian semua menikmati kompetisi ini dan menunjukkan yang terbaik. Selamat bertanding!"

Acara pembukaan berlangsung meriah, dengan berbagai penampilan seni dan budaya yang memukau. Semua orang terkesan dengan persiapan yang matang dan eksekusi yang sempurna.

Namun, di tengah kemeriahan itu, Bela dan Zaza mulai menyadari sesuatu. Lila dan Rey tampak lebih sering berbisik-bisik dan menghindari pertanyaan langsung tentang latar belakang mereka. Bela merasa curiga, namun dia tidak ingin langsung menuduh tanpa bukti.

Setelah acara pembukaan selesai, Bela mengajak Zaza untuk berbicara. "Za, kamu merasa ada yang aneh dengan Lila dan Rey?"

Zaza mengangguk. "Iya, Bela. Aku juga merasakannya. Tapi aku nggak tahu pasti apa yang mereka sembunyikan."

Bela berpikir sejenak. "Mungkin kita perlu lebih hati-hati. Tapi kita juga harus tetap profesional. Kompetisi ini terlalu penting untuk kita gagal."

Dengan kewaspadaan yang meningkat, Bela dan Zaza melanjutkan tugas mereka. Mereka tetap bekerja sama dengan Lila dan Rey, namun dengan hati-hati mengamati setiap gerak-gerik mereka.

Kompetisi berlangsung selama beberapa hari, dan setiap harinya dipenuhi dengan pertandingan yang seru dan menegangkan. SMA Adinanta Perwira berhasil mempertahankan posisinya sebagai tuan rumah yang baik dan kompetitif.

Di malam penutupan, saat semua orang merayakan keberhasilan kompetisi, Bela dan Zaza merasa lega. Namun, mereka tahu bahwa masih ada misteri yang belum terpecahkan tentang Lila dan Rey.

Saat semua orang bersiap untuk pulang, Lila mendekati Bela. "Bela, ada sesuatu yang perlu aku bicarakan. Ini penting."

Bela menatap Lila dengan penasaran. "Apa itu, Lila?"

Lila menghela napas. "Aku dan Rey punya alasan khusus kenapa kami datang ke sini. Kami ingin memberitahumu, tapi bukan sekarang. Ada waktu yang tepat untuk itu."

Bela mengangguk pelan. "Baiklah, Lila. Aku akan menunggu. Tapi ingat, aku berharap kalian jujur."

Dengan janji yang masih tergantung di udara, Bela dan Zaza tahu bahwa cerita mereka di SMA Adinanta Perwira belum selesai. Masih banyak petualangan dan kejutan yang menunggu di depan. Dengan semangat dan persahabatan yang kuat, mereka siap menghadapi apa pun yang akan datang.

***

Keesokan harinya, kehidupan di SMA Adinanta Perwira kembali seperti biasa. Namun, di balik keseharian mereka, Bela dan Zaza tak henti-hentinya memikirkan apa yang Lila katakan. Mereka tahu ada sesuatu yang besar di balik kehadiran Lila dan Rey, tapi mereka memilih untuk menunggu waktu yang tepat.

Di sela-sela aktivitas sekolah, Bela dan Zaza terus menjalankan program mentoring mereka dengan semangat. Sementara itu, Lila dan Rey semakin akrab dengan anggota OSIS lainnya, meski tetap menyimpan rahasia mereka.

Suatu hari, saat Bela sedang belajar di perpustakaan, Rey datang menghampirinya. "Bela, ada yang ingin aku tunjukkan. Bisa kita bicara di tempat yang lebih sepi?"

Bela merasa penasaran. "Tentu, Rey. Ayo kita ke taman belakang."

Di taman belakang yang sepi, Rey mengeluarkan sebuah buku tua dari tasnya. "Ini adalah buku harian kakakku. Dia dulu juga bersekolah di sini dan menjadi ketua OSIS. Kami datang ke sini untuk mencari tahu lebih banyak tentang kehidupannya."

Bela terkejut. "Kakakmu? Siapa namanya?"

"Namanya Aksa. Dia lulus beberapa tahun yang lalu, tapi dia selalu berbicara tentang betapa hebatnya SMA Adinanta Perwira. Kami ingin tahu lebih banyak tentang apa yang dia alami di sini," jawab Rey dengan mata berbinar.

Bela tersenyum. "Aksa? Aku pernah mendengar cerita tentang dia dari guru-guru. Dia memang luar biasa. Kamu dan Lila pasti bangga padanya."

Rey mengangguk. "Kami sangat bangga. Tapi ada beberapa bagian dari hidupnya yang tetap menjadi misteri. Kami berharap bisa menemukan jawabannya di sini."

Sementara itu, Zaza dan Lila sedang berbincang di kantin. "Lila, aku tahu ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan. Rey sudah memberitahu Bela tentang alasan kalian datang ke sini," kata Zaza dengan lembut.

Lila terdiam sejenak, lalu berkata, "Iya, Zaza. Kami mencari tahu lebih banyak tentang kakak kami, Aksa. Ada beberapa hal yang belum kami pahami tentang kehidupannya di sini."

Zaza mengangguk memahami. "Kamu bisa cerita lebih banyak? Mungkin aku dan Bela bisa membantu."

Lila tersenyum tipis. "Terima kasih, Zaza. Kami benar-benar membutuhkan bantuan kalian."

Hari-hari berikutnya diisi dengan petualangan baru. Bela, Zaza, Lila, dan Rey mulai menggali lebih dalam tentang kehidupan Aksa di SMA Adinanta Perwira. Mereka berbicara dengan guru-guru, alumni, dan mencari di arsip sekolah. Setiap petunjuk membawa mereka semakin dekat pada jawaban.

Suatu sore, saat mereka sedang mencari di ruang arsip sekolah, mereka menemukan sebuah kotak tua dengan nama Aksa tertulis di atasnya. Di dalamnya terdapat berbagai kenang-kenangan, foto, dan surat-surat. Di antara surat-surat itu, mereka menemukan sebuah surat yang belum dibuka.

Bela dengan hati-hati membuka surat itu dan mulai membacanya keras-keras. Surat itu ternyata dari Aksa, ditujukan untuk adik-adiknya, Lila dan Rey.

"Untuk Lila dan Rey,

Jika kalian membaca ini, berarti kalian sudah tumbuh menjadi orang yang hebat. Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan, tapi waktu tidak selalu berpihak. Di SMA Adinanta Perwira, aku menemukan arti persahabatan, cinta, dan pengorbanan. Sekolah ini mengajarkan aku untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan aku berharap kalian juga merasakan hal yang sama.

Jangan pernah berhenti mencari jawaban dan teruslah bermimpi. Aku selalu ada di sini, mendukung kalian.

Dengan cinta,

Aksa."

Air mata mengalir di pipi Lila dan Rey saat mereka membaca surat itu. Bela dan Zaza merangkul mereka, memberikan dukungan. "Kalian tidak sendirian. Kami akan selalu ada untuk membantu kalian," kata Bela dengan penuh ketulusan.

Dengan dukungan dari Bela dan Zaza, Lila dan Rey merasa lebih kuat dan termotivasi. Mereka menyadari bahwa SMA Adinanta Perwira bukan hanya tempat untuk belajar, tapi juga tempat untuk menemukan diri sendiri dan membangun masa depan.

Di hari-hari berikutnya, Bela dan Zaza semakin dekat dengan Lila dan Rey. Persahabatan mereka semakin erat, dan bersama-sama mereka menghadapi berbagai tantangan. Mereka belajar bahwa setiap orang memiliki cerita dan perjuangan masing-masing, dan yang terpenting adalah saling mendukung dan memahami.

Pada akhirnya, Bela, Zaza, Lila, dan Rey menemukan bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan kejutan. Mereka belajar untuk menghargai setiap momen, bekerja keras untuk impian mereka, dan selalu saling mendukung. Dengan persahabatan yang kuat, mereka siap menghadapi apa pun yang datang di masa depan, mengetahui bahwa mereka tidak pernah sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!