NovelToon NovelToon
Rumah Rasa

Rumah Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Rumah Rasa adalah bangunan berbentuk rumah dengan goncangan yang bisa dirasakan dan tidak semua rumah dapat memilikinya.

Melibatkan perasaan yang dikeluarkan mengakibatkan rumah itu bergetar hebat.

Mereka berdua adalah penghuni yang tersisa.

Ini adalah kutukan.

Kisah ini menceritakan sepasang saudari perempuan dan rumah lama yang ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka.

Nenek pernah bercerita tentang rumah itu. Rumah yang bisa berguncang apabila para pengguna rumah berdebat di dalam ruangan.

Awalnya, Gita tidak percaya dengan cerita Neneknya seiring dia tumbuh. Namun, ia menyadari satu hal ketika dia terlibat dalam perdebatan dengan kakaknya, Nita.

Mereka harus mencari cara agar rumah lama itu dapat pulih kembali. Nasib baik atau buruk ada di tangan mereka.

Bagaimana cara mereka mempertahankan rumah lama itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

"Duh, gimana ini?" Dengan suara panik dikarenakan anak itu terus mencari keberadaan buku tulisnya, tangan-tangan miliknya selalu menggeser barang-barang di dalam tasnya.

Gita," sekali lagi, Bu Indah memanggil namanya.

"Tidak ada, lagi. Mana guru mengerikan itu manggil namaku, lagi." Gita mengernyit tidak menemukan buku tulisnya.

"Git, dipanggil, tuh, kamu." Salma menepuk cepat, pundaknya.

"Iya, ih, sabar." Gita menggoyangkan pundaknya, hingga tangan milik Salma harusdilepaskan.

"Gita, ayo, Gita." Ibu Indah menunggu lagi.

Percuma saja dengan hasil tadi. Gita tidak berhasil menemukan benda yang dibutuhkan sekarang. Penyesalan selalu datang terakhir, seperti nasib buruk yang menimpa Gita, untuk sekarang.

"Iya, Bu." Gita berdiri setelah namanya dipanggil untuk kesekian kalinya. Perempuan itu berdiri mematung takut.

"Sudah ketemu, bukunya? Ibu mau cek hasil kerjaan kamu." Bu Indah menekuk tangan. "Ibu tunggu lagi. Kalau kamu belum memberikan buku itu, kamu harus berdiri di depan."

"Soal itu, bu," ucap perempuan berbaju putih, menggaruk rambut.

"Kenapa lagi?"

"Soal itu... Gita lupa membawa buku, Bu."

"Kok bisa, huh? Bawa buku saja kok sampai lupa. Mau jadi apa kamu, kalau sering lupa." Bu Indah menarik napas dan menghembuskan sebelum melanjutkan bicaranya. "Sama satu hal lagi tentang tadi. Kamu selalu tidur di kelas, kan? Kamu kira ini rumahmu, apa?" Guru Bahasa Inggris mencoret kotak-kotak kosong di dalam buku nilai milik guru itu. "Dah sana, berdiri di dekat papan tulis."

Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi setelah menerima hal baru. Omelan dari kakakku ternyata benar-benar terjadi. Karena sejak kemarin malam, diriku sibuk bermain ponsel hingga tengah malam. Sekolah tidak mengizinkan kami untuk bermain. Melampiaskan kekesalan serta muak akan pelajaran di sekolah adalah bermain game sampai puas.

Berjalan maju adalah penerimaan dari kekalahan bagi Gita, untuk tetap mengikuti pembelajaran. Tidak ada cara lagi selama menuruti kemauan dari guru kami. Mengawasi teman-temannya, sekaligus mendengarkan pelajaran adalah pekerjaan sampingan, dikarenakan hampir setiap hari ia melakukan itu.

Sekarang, Gita telah berdiri menghadap mereka.

"Oke, kita teruskan." Guru pelajaran mengubah posisi nyaman.

Lembaran per lembaran buku telah dibacakan. Satu guru beranjak bangun untuk menuliskan materi baru. Mata per mata mereka mengantuk menahan materi yang dituliskan. Sungguh, itu adalah bagian membosankan selama mereka menetap di dalam kelas.

"Sampai kapan harus begini," Gita menghela napas lelah. Bosan memantau temannya di bangku masing-masing. "Tukang bakso buka gak, ya?" Anak itu beralih memikirkan semangkok bakso panas.

Kepala mengarah kepada hal lain, tentu saja membuat guru tadi menoleh kepada anak yang dihukum.

"Tegak berdiri, Gita." Bu Indah kembali meneriaki namanya. "Lihat teman-temanmu ini. Jangan melamun saja." Bu Indah menampar papan tulis.

Suara menggelegar, mengagetkan dia puluh murid. Mata-mata yang mengantuk, mendadak tegang membuka.

"Iya, Bu." Gita tersentak sadar, kemudian menghadap depan. Sesekali menguap namun mencoba menahan kantuk.

Lutut-lutut bergerak otomatis selama anak yang dihukum tetap berdiri. Resiko seperti ini sangat umum terjadi ada yang melanggar peraturan dari guru itu.

Gita masih memantau kondisi teman-temannya. Membaca, menulis, menuruti kemauan guru, dengan menjawab soal dan soal disana. Meneriaki siapa saja yang bisa menjawab.

Alur sekolah semacam ini, sudah berlangsung selama hidupnya. Sekolah, belajar, istirahat, belajar lagi, istirahat, belajar, dan berakhir pulang.

Hal membosankan selalu terjadi setiap hari, bagi Gita.

Sekolah maupun rumah, sama saja.

...***...

Deringan bel membangunkan anak-anak yang lemas.

Yang awalnya mengantuk, mendadak bangun ceria. Mudah beralih emosi dalam wajah-wajah mereka. Bahagia karena guru kami akhirnya menyelesaikan waktu pelajarannya sampai ke detik terakhir dimana ia mengajari kami.

"Baik, Ibu berhenti mengajar kalian. Sekian hari ini. Jangan lupakan untuk selalu membaca materi."

"Baik, Bu. Terima kasih banyak," sebagian anak-anak mengucapkan kalimat itu. Sebagian lagi, sibuk menurunkan peralatan tulis.

Pelajaran pertama berakhir cukup lega, untuk beberapa menit.

Sang guru menutup bukunya, merapikan awal barang yang dibawa ke dalam tas kecil, mendorong kursi, berdiri meninggalkan murid.

Sebelum semakin jauh, Bu Indah mengeluarkan diri, ia memandang tajam kepada anak yang tadi menghukumnya.

Gita tidak bisa bergerak, selagi sepasang mata tajam diarahkan kepadanya.

"Jangan ulangi lagi ke depannya. Ibu tidak bisa mengharap apa-apa lagi, dengan nilamu, jika kamu meninggalkan buku tulis lagi. Pekerjaan rumah sangat bergantung untuk kenaikan kelas. Ingat itu."

Kemudian, guru berseragam cokelat melanjutkan jalan.

Cahaya putih seakan memakan tubuh guru Bahasa Inggris.

Hilang dari pandangan Gita, sebagai siswi yang selalu melakukan kesalahan. Seperti sekarang ini.

Gita dapat menghirup udara bebas.

Lutut-lutut digerakkan kembali sebagai olahraga kecil-kecilan. Melemas tangan, kaki, kepala yang menegang, bahu, jari-jari tangan, mengelap telapak tangan yang berkeringat.

Diarahkan jalannya menuju bangku miliknya, Gita menganggap kejadian hal seperti ini sepele.

Kehidupan lama kembali terulang untuk menunggu pelajaran berikutnya.

Setapak jalan kecil diantara meja-meja kayu, telah dilewati dengan mudah. Mereka tetap berada dalam posisi awal, sementara si anak dengan hukuman tadi, telah singgah ke meja yang mengenai dinding kelas.

Semilir angin menyegarkan dirinya, serta kedua matanya yang lelah. Memejamkan mata untuk berhenti berpikir berlebihan juga merupakan kunci dalam menghadapi permasalahan.

Sebenarnya, tingkah Gita turut diamati juga oleh Salma, teman sebangku. Gadis itu hanya memperhatikan hal sial yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya. Salma, hanya menyerah memberitahu tentang tugas-tugas, dan semua hal yang terkait dengan sekolah.

"Kalau kamu melakukan itu lagi, Git, aku tidak tau harus berbuat seperti apa."

Gita yang memandang arah luar, beralih melihat temannya. "Iya, kamu tidak perlu risau, Sal. Aku bisa atasi ini sendiri."

"Memangnya, di rumah, tidak ada yang membantu mempersiapkan kebutuhan sekolah? Membantu mengerjakan tugas, begitu?"

"Tidak," jawab Gita dengan suara datar. "Mengapa kamu tanya itu? Sekarang bukan lagi anak kecil. Sekarang sudah dewasa. Bisa mengurus diri sendiri."

"Bukan begitu, aku hanya bertanya saja, Git. Berbeda dengan keluargaku. Ibuku akan selalu marah kalau aku lupa mengerjakan tugas. Itupun hari-hari biasa. Kalau hari libur, ya tetap sama saja, sih."

"Bagus lah, kalau ibumu begitu. Jadi, aku bisa menyontek, deh." Gita menyengir kepadanya.

"Tetap tidak bisa. Mau bagaimana pun, tugas tetap dikerjakan sendiri-sendiri. Kamu mau kalau nanti sudah bekerja, selau meminta jawaban ke teman kerja? Tidak, 'kan?"

Salma melanjutkan kegiatan, mengambil buku baru untuk mempersiapkan pelajaran selanjutnya.

Gita memangku wajah, memandang temannya, membuka buku, lalu membaca apa saja. "Kamu beruntung, Sal. Ada yang mau mengajari di rumah. Kalau aku, paling belajar sendiri. Kakaku juga selalu pulang malam. Tidak ada yang mau membantu. Pusing, sudah."

Salma memaling pandangan kepada Gita. "Ya... Kamu bisa meminta bantuan kalau hari libur. Orang-orang kantoran kan, liburnya selalu sabtu-minggu. Seperti kita."

"Jangan harap, Sal. Bagaimanapun juga, dia tidak mau diganggu selama dua hari itu. Yasudah, aku belajar sendiri. Rumah selalu sepi. Tidak ada yang keren disana."

"Sepi juga, ya, rumahmu?"

"Begitulah. Sudah nasib. Bosan lama-lama. Main televisi, itu-itu saja acaranya." Gita menggaruk pipi, karena gatal.

Memperhatikan gerakan Salma, membuat Gita memikirkan sebuah rencana. Terlintas begitu saja di kepalanya.

"Bagaimana kalau setelah pulang, kita nongkrong? Aku lihat ada cafe di dekat sekolah. Kata orang-orang disini, bilang enak. Mau, ya?"

"Aku tidak bisa, Git. Hari ini harus pulanh cepat. Aku harus menjaga adikku yang bayi, harus menjaga rumah. Ibuku selalu sibuk di rumah. Tidak ada yang membantu, selain aku sendiri."

"Benar juga," Gita mengangguk. Pertanyaan tadi seakan menurun saya semangatnya akan ajakan untuk pergi bersama-sama.

"Kapan-kapan saja, ya? Kalau keadaan sedang baik-baik saja. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan rumah, walaupun harus bersekolah juga."

"Ternyata, kamu anak yang berbakti ke orang tuamu. Jadi iri saja." Gita hanya memberikan senyuman pendek kepada temannya.

Bukan masalah sepele saja. Berbakti kepada kedua orang tua adalah hal mulia. Namun, itu tidak akan pernah bisa dilakukan lagi oleh Gita. 

Anak perempuan itu, tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga, setelah tragedi mengerikan yang pernah menimpa keluarga kecil milik Gita Nur Alesha, serta kakaknya, Nita Nur Danisha.

Kecelakaan mobil, menewaskan sebanyak tiga penumpang. Ayah, ibu, dan neneknya.

1
S. M yanie
semangat kak...
pecintamieinstant: Siap, Kak 🥰👍😎
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!