NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:830
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19 Cora

"Cora, pegang tanganku. Kita akan keluar dari sini." Soren menghibur.

Mereka terjatuh dari jurang setelah lebih dari satu jam melawan puluhan strano pemilik kabut hitam. Kali ini Soren melakukan kombo dengan Cora untuk mengalahkan strano yang muncul secara berkelompok itu. Tampak lebih ganas dibanding yang pernah mereka lawan di Danger Mori, juga di kota Axial Tilt oleh Soren.

Selang beberapa hari setelah kemunculan kabut hitam di kota Axial Tilt, eternal fog muncul lagi pada radius yang lebih luas. Bahkan muncul pada tiga kota berbeda yang berjauhan sekaligus. Seratus occhio dikerahkan. Dua titik dengan kabut hitam dan satu titik dengan kabut kuning. Soren, Cora dan dua anggota occhio kelas G lainnya menjadi perwakilan kelas di antara seratus occhio lainnya. Dean dan Archie masih dalam masa perawatan. Beberapa occhio yang menjalani misi di kota Axial Tilt juga masih belum pulih. Semua occhio kelas A berada di markas. Sedangkan kelas lain masing-masing mempunyai perwakilan dalam misi kali ini.

Dengan persiapan perlengkapan bertarung yang lebih matang. Semua occhio membawa masing-masing lima occhio mask cadangan dan lima pasang occhio eyes cadangan.

Para occhio dibagi menjadi tiga kelompok menuju tiga kota berbeda. Yang dua kota dengan tiga puluh occhio dan satu kota dengan empat puluh occhio. Soren dan Cora berada pada kota ketiga. Dengan total empat puluh occhio itu karena radius kabutnya paling luas.

Sudah dua occhio raksasa yang dikalahkan Soren bersama Cora. Namun setelah itu mereka malah berpencar dengan dua teman kelasnya itu. Maka sampailah mereka pada lokasi yang di sana terdapat puluhan strano tanpa bersembunyi. Mereka berdua hampir mengalahkan semuanya sebelum menyadari bahwa di belakang mereka ada jurang. Itulah yang menyebabkan mereka terjatuh sedalam tidak kurang dari lima belas meter. Namun di bawahnya terdapat sungai yang dalam sehingga mereka bisa selamat. Namun kini padang mereka hilang.

"Bagaimana kita akan pulang, sekarang?" tanya Cora. Keduanya masih cukup tenang.

Gelang tipis pada lengan keduanya masih berkedip-kedip merah. Artinya, teman-temannya masih bertarung di atas sana.

"Kita akan selamat."

"Bagaimana jika ada strano yang ke sini?"

"Tidak ada eternal fog. Artinya tidak ada strano. Bahkan kita bisa bebas melepas occhio mask."

Cora mendongak. Melihat langit cerah di sela kegelapan jurang.

"Soren."

"Apa?"

"Apakah kamu pikir kita masih hidup karena adanya sungai dalam ini?"

Mereka berdua duduk di tepi sungai. Occhio mask dan occhio eyes juga sudah dilepaskan. Sebab memang tidak ada eternal fog di bawah sana.

"Mungkin iya, mungkin juga tidak."

"Kenapa?"

"Iya karena kita memang jatuh dari tempat yang sangat tinggi dan beruntungnya ada sungai dalam yang tenang ini. Tidaknya, jika tidak ada sungai maka aku akan berpikir cepat memikirkan opsi apa pun agar bisa selamat. Dan aku tidak akan selamat sendiri, tentunya sambil memikirkan keselamatanmu. Lihat, ada banyak sulur. Aku pandai berayun sebab di kotaku ada banyak pohon seperti itu." Soren berkata.

Setidaknya, kabar baiknya mereka bisa bersantai setelah melawan puluhan strano dan mengistirahatkan lukanya dari lengan tajam makhluk tersebut.

Benar-benar baru terasa sakitnya setelah tidak dalam posisi bertarung. Apalagi Soren yang baru beberapa hari melaksanakan misi.

"Sudah tiga kali eternal fog muncul di tengah-tengah kota secara misterius. Tanpa ada tanda darurat dari perbatasan. Itu janggal sekali. Aku khawatir jika beberapa waktu ke depan semuanya semakin parah," urai Cora.

"Ya, kita akan melindungi semuanya. Kita yang akan menjadi pahlawan." Soren berkata sambil memasukkan tangan ke sungai jernih.

"Aku hanya berpikir. Apakah ada pengkhianat di antara kita."

"Kita?"

"Sesama manusia."

"Bagaimana? Maksudmu berteman dengan strano atau semacamnya?"

"Mungkin. Atau lebih tepatnya mempunyai misi tertentu dengan mengandalkan strano."

Seperti masuk portal dunia lain. Setelah jatuh ke jurang, Soren dan Dean menemukan suasana yang jauh berbeda. Jika di atas sana pertarungan sangat panas dan dengan eternal fog yang menyelimuti. Maka di bawah sana mereka merasakan ketenangan dengan gemercik suara air. Walaupun kepala mereka berisik akan bayangan kondisi pertarungan di atas.

Hampir satu jam mereka di bawah dan. Gelang tipis tidak jua berubah hijau. Masih berkedip-kedip merah. Sementara mentari sedikit redup. Sudah menjelang sore hari. Sejak tadi mereka sudah berkeliling mencari tempat yang sekiranya bisa membawa mereka ke permukaan. Namun nihil. Tidak ada apa-apa selama hampir satu jam mereka berjalan. Sampai pada akhirnya mereka kembali duduk dan menatap sungai.

"Seharusnya kita menggunakan furaisafin biasanya. Yang di dalamnya sudah ada suara perintahmu dan suara perintahku," ujar Cora.

Kali ini keduanya sudah menampakkan raut wajah pasrah. Walaupun furaisafin merupakan kendaraan yang bisa dikendalikan dengan perintah suara, akan tetapi mereka harus merekan suara terlebih dahulu di mesinnya agar dikenali. Sayangnya, kali ini mereka menggunakan furaisafin lain yang biasa digunakan teman kelasnya yang satunya.

"Beberapa hari yang lalu Annora meniru cara bicaramu. Sekarang kamu yang meniru sikap manja Annora." Soren berkata diiringi tawa kecil. Sebagai sedikit hiburan agar Cora tidak terlalu bersedih. Soren masih lebih tenang karena ia bersama Cora, bukan Annora. Jika saja ia bersama Annora maka perempuan itu pasti sedang menyebutkan semu andai-andai dan mengoceh tanpa henti.

Jingga mulai terlihat. Raut risau semakin berkecamuk Pasalnya gelang tipis mereka masih berkedip-kedip merah. Seharusnya mereka bisa meminta tolong dengan gelang canggih itu. Hanya saja kemungkinan karena lokasi mereka yang jauh dari permukaan membuat gelang itu hanya berfungsi untuk mengetahui masih atau tidak adanya strano yang tersisa.

"Sekarang aku mulai yakin bahwa teknologi sekarang memang belum terlalu maju untuk dikatakan canggih. Selayaknya yang sering disebutkan pembawa berita itu. Kamera pengawas tidak bisa berfungsi untuk mengawasi ketika kita di tengah-tengah eternal fog namun bisa terlihat pada rekaman ulang. Kamera pengawas juga tidak bisa menunjukkan lebih awal jika strano muncul di kota karena terhalang polusi. Sekarang alat komunikasi kita tidak berfungsi hanya karena kita di dalam jurang. Memangnya ilmuan kita tidak bisa berpikir lebih hebat lagi? Ah, seharusnya aku belajar lebih giat dulu dan menjadi salah satu ilmuan. Dengan begitu aku bisa memberikan teknologi terbaik untuk para occhio." Cora berkata.

Soren tertawa, "Kali ini kamu bahkan jauh lebih mirip Annora dibanding Annora itu sendiri."

"Lalu kamu menjadi seseorang yang jauh lebih peduli kepada Annora daripada Annora itu sendiri." Cora membalas setimpal. Membuat Soren terdiam sejenak.

"Apakah rambut putihmu asli?" tanya Soren mengalihkan pembicaraan.

"Iya. Warna rambut kita hampir sama. Hanya saja kamu lebih gelap sedikit. Seperti ada unsur coklatnya sedikit."

"Apakah putih kotor sedangkan kamu putih bersih?"

Cora tertawa. Memperlihatkan gigi gingsulnya yang manis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!