NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

***

Naomi menghela napas, lagi-lagi hujan. Bel masuk disekolahnya akan berbunyi tiga puluh menit lagi. Naomi harus sampai ke sekolah sebelum terlambat.Andai saja ia punya uang, ia akan menaiki bis. Ia iri dengan sang kakak yang pergi menggunakan taksi online. Ibunya pilih kasih, bukannya ia juga anaknya dan dilahirkan olehnya kenapa ia tidak diakui.

Payung kuning pemberian Yudistira berada digenggamannya. Senyum disudut bibirnya mengembang, dia beruntung bertemu Yudistira. Lalu Naomi keluar menggunakan payung tersebut. Hujannya begitu deras, rasanya percuma

menggunakan payung. Bajunya sedikit basah. Seragamnya ia taruh di tas.Agar ketika sampai sekolah ia bisa mengenakan seragam yang tidak basah.

Naomi terus melangkah tidak peduli hujan yang menerjang. Namun sebuah motor tiba-tiba berhenti di depannya. Naomi terkejut melihat seorang pria dengan jas hujan kalilawar dan helm hitam. Ia tidak mengenal siapa dia.

"Naik!!"

"Maaf kamu siapa?"

Pria itu membuka kaca helmnya. Saat itu juga Naomi menahan napas mengetahui pemiliknya. "Pak bos." Gumam Naomi.

"Cepat naik masuk ke dalam jas hujan ku." Naomi mengangguk, sebelum menutup payung. Ia memakai hodie di kepala. Meski ragu Naomi akhirnya naik ke atas motor dan menyembunyikan tubuhnya yang kecil di belakang jas hujan Yudistira. Mereka berbagi jas hujan.

Naomi meneguk ludahnya ketika kepalanya harus berhadapan dengan punggung tegap Yudistira. Seharusnya ia menolak tawaran bosnya. Ia tidak bisa melihat keadaan luar karena ia bersembunyi di balik jas hujan. Hanya

suara hujan yang menetes dari langit yang bisa ia dengar beserta deru suara motor.

Seketika Naomi ingat, ia belum memberitahu alamat sekolahnya. Ia keluar dari jas hujan tersebut. Mendekatkan diri ke arah pria ini. "Pak bos Saya sekolah di-" belum selesai Naomi menjelaskan Yudistira lebih dahulu memotongnya.

"Aku sudah tahu. Masuk kedalam sebelum kamu kebasahan."

Naomi menurut kembali menyembunyikan diri. Mungkin Yudistira tahu dari form yang ia isi kemarin sebagai data pegawai. Naomi tersenyum tanpa sadar. Ia harus berterimakasih pada Yudistira. Tanpa pria itu ia akan datang

terlambat dan kebasahan.

Motor Yudistira berhenti. Naomi yakin itu artinya ia sudah sampai. Ia keluar dari persembunyiannya. "Pakai payungnya." Suara itu membuat Naomi mengangguk patuh.

"Terimakasih pak bos."

"Ini buat kamu." Yudistira menyerahkan dua lembar lima puluh ribuan.

"Apa ini pak?" Tanya Naomi bingung.

"Gajimu kemarin. Aku akan membayar gajimu harian."

"Tapikan saya belum bekerja pak."

"Itu bayaran karena telah memasak makanan untukku. Lebih baik kamu masuk sekarang. Jangan lupa makan agar kamu nanti bisa bekerja dengan baik di cafeku." Setelah mengatakan itu Yudistira langsung menstater motornya

meninggalkan Naomi.

"Terimakasih." Gumam Naomi melihat kepergian Yudistira.

Naomi langsung masuk ke dalam sekolah. Ia ke kamar mandi sebentar berganti pakaian. Lalu ke kelas. Ketika ia masuk teman sebangkunya menyambut Naomi. Setidaknya di sekolah ada orang yang peduli dengannya. Namun ada satu orang yang membencinya karena Naomi selalu lebih unggul di akademik.

"Aku kira kamu bakal nggak dateng." Ucap Nara mengingat dua hari yang lalu hujan deras. Naomi tidak datang.

"Aku udah absen dua kali." Gumam Naomi sedih tidak ingin menambah daftar absennya.

"Bener pasti nanti Cintya kesenangan ngeliat peringkat kamu turun." Peringkat juga dipengaruhi oleh kedisiplinan. Naomi sudah dua kali alpha. Ia tidak ingin peringkatnya turun.

Setelah itu bunyi bel sekolah masuk berbunyi. Guru datang memulai pelajaran. Kelas yang tadinya berisik jadi sunyi seketika.

"Kumpulkan tugas kalian sekarang. Yang tidak mengerjakan silahkan berdiri di depan."

Naomi bernapas lega ketika tugasnya dibawa. Dulu pernah tiba-tiba buku tugasnya hilang dari tas. Padahal ia sudah menaruhnya, sehingga ia di hukum. Guru yang menghukum tersebut kecewa dengannya karena Naomi

terkenal pintar dan baik. Sejak saat itu Naomi berhati-hati ia tidak ingin mengecewakan gurunya.

"Kamu lagi?" Pak Arkin menatap tajam ke arah Leo. Karena anak ini berulang kali tidak mengerjakan tugasnya.

"Kali ini alasannya apa?"

"Buku tugas saya di robek adik saya pak."

"Saya tidak terima alasan seperti itu. Kamu berdiri di depan."

Naomi tidak sengaja menatap Leo. Ia menggelengkan kepala khawatir dengan sikap cowok ini. Sudah bodoh, pemarah, sering bolos, konyol, suka berkelahi dan tidak pernah mengerjakan PR. Mau jadi apa nanti di masa

depan?

"Saya akan tukar tugas kalian. Naomi dan Rio maju tolong bagikan buku ini secara acak." Naomi mengangguk menurut, ia membagikan buku-buku tugas tersebut tidak sesuai nama. Kemudian pelajaran terus berlanjut.

***

"Kamu mau ke kantin atau perpustakaan?" Tanya Nara.

"Kantin, aku lapar." Ucapan Naomi membuat Nara terkejut. Baru kali ini Naomi mau pergi ke kantin. Biasanya temannya itu lebih suka menghabiskan waktu untuk belajar dari pada makan.

"Jadi sekarang kamu bisa lapar?"

"Emang aku bukan manusia apa nggak bisa lapar?"

"Tumben aja."

"Yaudah yuk keburu masuk."

Mereka pergi ke kantin. Naomi senang sekali, akhirnya ia bisa makan. Biasanya ia akan menahan lapar di perpustakaan. Ia berbohong pada temannya jika ia tidak punya uang. Ia tidak ingin temannya tahu rasa sakitnya.

Melihat banyak sekali menu makanan. Naomi bingung ingin membeli yang mana. Ia juga berusaha irit agar bisa menabung. Tujuan utamanya mendapatkan uang adalah untuk bisa pergi dari rumah.

"Kamu pesan apa?" Tanya Naomi pada Nara.

"Bakso sama jus jeruk. Kamu?"

"Nasi soto sama es teh sepertinya enak." Alasan lain adalah harganya yang jauh lebih murah dibanding menu lainnya.

"Ayo cari tempat keburu penuh." Mereka duduk di sudut kanan kantin.

"Kamu agak beda loh hari ini Naomi?"

"Beda apanya?"

"Lebih ceria. Ada apa? Biasanya kamu kelihatan pucet."

"Nggak ada apa-apa kok."

"Kamu mah gitu hobinya bilang nggak ada apa-apa." Naomi tidak suka berbagi masalah pribadinya. Semakin dikit yang tahu semakin bagus. Kalau dia bicarakan ke orang lain pasti bisa menyebar dengan mudah.

"Namanya juga cewek." Nara cemberut mendengar balasan Naomi.

Kemudian makanan mereka datang. Naomi dan Nara menyantap makanan tersebut dengan saling mengobrol membahas materi tadi. Naomi lebih suka membahas tentang pelajaran dari pada gosip yang tidak penting. Sejak kematian ayahnya tekad hidupnya berubah. Ia hanya ingin melakukan hal-hal yang berguna untuk membangun masa depannya.

***

Bel pulang berbunyi, Naomi sudah tidak sabar dihari pertamanya bekerja. Ia tidak boleh terlambat. Tadi ia mendapat tugas untuk menaruh buku di ruang guru sebelum pulang. Untungnya hanya sebentar bisa ia selesaikan. Sekarang ia keluar dari sekolah menuju cafe moment.

Naomi berjalan menyusuri gank, ia tidak memakai uangnya untuk naik bis atau ojek. Lebih baik uangnya nanti ia pakai untuk pulang. Agar bisa menghemat tenaganya ketika sampai rumah. Ia harus pandai menghemat uang.

Langkah kaki Naomi tiba-tiba berhenti. Mendengar suara ribut, matanya terbelalak melihat sekumpulan anak SMA menghajar anak SMP. "Polisi.. polisi..." Teriak Naomi membuat anak-anak SMA itu lari. Naomi menghela napas lega untungnya anak SMA tersebut percaya.

Anak SMP yang dihajar tersebut terbaring di jalan. Naomi kaget melihat Leo. Jadi ia baru saja menyelamatkan anak nakal dikelasnya. "Kamu baik-baik saja Leo?"

"Thanks.." Leo bersyukur Naomi menolongnya. Andai saja gadis itu tidak datang mungkin ia akan mati.

"Mau kerumah sakit?"

"Tolong telpon Anton buat jemput gua." Anton adalah teman sekelas mereka.

"Pinjem ponselmu."

"Pake punya lo aja."

"Aku nggak punya." Leo menghembuskan napas berat. Kemudian merogoh sakunya. Menyerahkan ponsel tersebut pada Naomi. Ia baru tahu di jaman yang modern seperti ini. Ada orang yang tidak punya ponsel.

Naomi menghubungi Anton, untunglah pria itu cepat respon. "Aku pergi dulu ya kalau gitu." Ujar Naomi merasa tugasnya selesai. Ia memakai Hoodie dikepalanya lalu lari meninggalkan Leo.

"Hey gadis bodoh! Lo tega biarin gua sendirian kayak gembel disini." Leo menatap Naomi marah. Merasa dilecehkan karena gadis itu pergi begitu saja.

Naomi pura-pura tidak mendengar, ia harus sampai ke cafe cepat. Lagipula ia sudah menolong Leo. Sebentar lagi Anton akan sampai. Semoga saja Naomi tidak terlambat sampai ke cafe. Ia tidak ingin Yudistira kecewa dengannya.

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!