Wulandari Putri Amelia gadis 19 tahun kuliah jurusan ekonomi dan bisnis tetapi mati karena insiden longsor yang menewaskan seluruh keluarganya di desa, selain jurusan ekonomi dan bisnis Wulan adalah seorang yang hobi memasak makanan, apapun itu, seolah memasak adalah hiburan baginya.
Lalu? Bagaimana saat dirinya masuk ke dalam tubuh putri Duke yang hanya tinggal sendiri di tengah kota, sebab kedua orangtuanya telah menggial akibat serangan bandit saat akan pergi ke istana, maka dari itu dirinya yang hanya seorang putri tunggal terpaksa harus menggantikan tugas kedua orang tuanya, begitu sulit sehingga banyak terjadi penyuapan dan korupsi besar-besaran di wilayah yang dipimpin oleh mendiang ayahnya.
“Aduh, nasib-nasib, malah jadi yatim lagi!” dengus Wulan memandang tubuh gadis berusia 18 tahun ini. “Untung nih bocah umurnya udah 18 tahun, tapi …! Kenapa tubuh gue harus kek bocil kekurangan gizi anjir!” teriak Wulan merasa kesal setengah mati, ingin pingsan saja rasanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _yan08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Ke Selatan
Keesokan harinya Wulan mendapatkan surat dari istana bahwa sang pangeran akan datang berkunjung untuk membantunya mengurus wilayah selatan untuk beberapa Minggu. “Jadi?” dengus Wulan.
“Kalian bereskan kamar tamu, sang pangeran akan menginap di sini untuk beberapa Minggu!” titah Wulan menaruh surat tersebut, pelayan baru sudah di dapatkannya mereka sudah bekerja dengan bagus, bahkan Wulan mempercantik kastil tersebut mulai dari halaman belakang yang kini dalam proses pertumbuhan sayuran dan pohon buah lainnya, dirinya harus benar-benar mulai dari nol untuk meraih kesuksesan yang nyata.
Hari ini pun Wulan sudah mengeluarkan kebijakan baru di wilayahnya, yakni lingkungan bersih, mengingat di kota tersebut banyak sekali sampah dan kotoran yang terbuang asal membuatnya mual saat berkunjung,
Masyarakat sempat menolak dengan kebijakan baru yang di buat Wulan tetapi setelah Wulan mengiming-imingi mereka dengan berjanji akan mengangkat perekonomian mereka agar kembali stabil seperti dahulu kala, sempat tidak percaya juga ‘duchess bodoh sepertimu bisa apa!
Tetapi dengan ketangguhannya Wulan berhasil mengambil kembali hati rakyat bahkan Wulan telah menjelaskan dana wilayah telah di tilap habis oleh kepala Baron dan Viscount.
Wulan datang berkunjung ke balai desa dengan sepuluh prajurit yang mengawal dirinya beserta tiga pelayan yang membawa sesuatu. “Salam duchess, saya sungguh terkejut duchess datang berkunjung pagi-pagi sekali.” Senyum sang kepala Knight yang kini sudah diganti olehnya.
“Salam, saya datang berkunjung, untuk berpartisipasi pada rakyat yang ada di sini, jadi kamu bertugas untuk mengumpulkan mereka semua untuk datang ke sini.”
Sang kepala Knight tersebut mengangguk setuju, lebih baik langsung mengiyakan daripada bertanya membuang waktu.
Wulan memerintahkan mereka yang ada di sana untuk melihat dapur di balai desa, Wulan berencana harus merebut habis hati rakyatnya jika ingin maju dan sukses besar. Mereka datang berbondong-bondong berdiri menatap Wulan yang kini berdiri di depan mereka.
“Salam untuk para rakyatku, maaf jika sudah menyita waktu emas kalian, untuk datang ke sini untuk menemuiku!” ucap Wulan begitu manis membuat sebagian rakyat merasa tak enak, karena apa? Hanya duchess mereka yang berani meminta maaf pada rakyatnya bahkan sampai membungkuk hormat.
Ya tuhan keajaiban apa ini? Meskipun mereka sedikit kesal dengan masa kepemimpinan sang duchess yang membuat perekonomian mereka merosot tajam.
“Tak apa duchess, kami tidak merasa seperti itu.” Ucap salah satu warga merasa sungkan. Baik sekali.
Wulan tersenyum lembut bak dewi. “Sekali lagi saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, karena atas kepemimpinan saya yang tak becus kalian harus menanggung kerugian yang banyak, maka dengan itu saya akan mengajak kalian untuk menuju wilayah emas yang akan kita bangun mulai sekarang, jadi dengan begitu kita akan mulai dari dasarnya, tetapi sebelum kita membahas itu apakah kalian mau membantuku untuk memasak sesuatu?” tanya Wulan melihat keterdiaman mereka yang saling melirik satu sama lain. Sehingga beberapa menit mereka pun setuju, bahkan Wulan berbaur dengan remaja desa tersebut tanpa jijik karena kebanyakan jaman sekarang memandang kasta.
Mereka yang membantu berpikir sang duchess hanya akan menjadi penonton dan menyuruh-nyuruh mereka, tetapi nyatanya sang duchess ikut membantu, bahkan juru masaknya pun dia seorang mulai dari memasukkan kayu ke tungku mengambil air, astaga duchessnya ini sangat mengagumkan sekali. Wulan berencana membuat sup untuk mereka Sop Kimlo
Wortel, buah kentang potong kotak, daun bawang, iris kasar, seledri, iris halus, dua liter kaldu ayam kampung, dua jempol jahe geprek, 1/2 bw bombay iris. Karena keterbatasan Wulan menyiapkan seadanya saja, jadi semakin terobsesi untuk membuat kecap asin dan segala macam.
Meski begitu para warga yang datang begitu antusias dengan masakan sang duchess, hey rakyat mana yang tak antusias jika seseorang berkasta tinggi rela memasak untuk mereka yang hanya rakya jelata.
.
.
Setelah selesai melakukan makan bersama mereka akhirnya masuk ke balai desa sebab hari semakin terik, di dalam sana Wulan menjelaskan visi misinya untuk para warga dan warga yang berada di sana tak sungkan untuk bertanya pada Wulan sebab pembawaan Wulan yang begitu lembut dan tak mudah tersulut emosi atas cibiran warga yang masih tak suka.
“Ibarat kata kita harus bekerja sama untuk menuju wilayah emas, aku hanya akan membimbing kalian dan membantu kalian untuk berjaya supaya perekonomian kita kembali bangkit dan mengalahkan wilayah lain, kalian punya sawah? Gunakan untuk menanam hal yang berguna, seperti padi, gandum, buah-buahan, untuk bahan obat-obatan kalian akan di tanggung untuk sementara ini, jika ada yang memilki bakat kerajinan segera daftarkan diri ke kastil sebab seminggu lagi saya akan membuka lowongan pekerja bagi kalian yang berbakat apapun itu, mari kita bangkit bersama!” teriak Wulan di sambut antusiasme oleh para warga yang berada di sana.
Sebelum pulang, Wulan membagikan mereka bibit gandum, padi dan lainnya untuk mereka, pengelolaan mereka akan di awasi oleh para prajurit untuk memastikan para warga tersebut dan untuk mencegah hal-hal yang tak di inginkan.
Walaupun di sebut sebagai wilayah selatan, tetapi wilayah tersebut cukup subur dan cocok untuk bertani dan menanam segala macam hal.
“Huh, melelahkan sekali!” gumam Wulan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, para pelayan merasa heran sebab ada seorang duchess muda mandi sendiri, karena kebanyakan para bangsawan selalu di mandikan oleh pelayanan bahkan di pakaikan kangcut sekalipun.
“Sialan geli banget Cok, sampe segitunya!” dengus Wulan geli. “Amit-amit!”
Beberapa menit kemudian. “Duchess, makan malam anda sudah siap!?” panggil seorang pelayan yang cukup muda.
Wulan keluar dengan gaun yang cukup cantik dan simpel berwarna putih gelap sangat cocok dengan tubuh ramping dan mulusnya. Sesampainya di ruang makan Wulan langsung duduk menatap mereka yang berdiri menunggunya. “Menyebalkan sekali jika harus makan semua ini sendirian!” batinnya kesal. “Kalian semua, duduklah, mulai saat ini kalian ikut makan bersamaku!” titah Wulan membuat mereka terbelalak terkejut.
“Ta–tapi duchess kami merasa tidak pantas untuk duduk satu meja dengan anda,” ungkap pelayan tersebut menunduk takut.
“Ya maka dari itu, buanglah rasa tidak pantas itu, dan duduk mari makan bersamaku, kalian jangan takut seperti itu, ayo cepat aku sudah keburu lapar!” ucap Wulan mendengus sebal.
Mereka saling melirik satu sama lain merasa gugup, dan pada akhirnya dengan takut-takut mereka duduk, sesudah duduk pun mereka masih sungkan untuk mengambil nasi dan ikut makan. Lagi dan lagi Wulan menghela nafas pelan ‘’jaman kerajaan ini begitu merepotkan, beruntungnya aku lahir tahun dua ribu bukan Masehi!
“Apa perlu aku mengambilkan kalian nasi?” tanya Wulan dengan suara lembut.
“Tidak usah duchess, seharusnya kami yang melaynimu bukan anda, maaf duchess.”
Pada akhirnya mereka makan walaupun dengan banyak drama, dan makanan sisa yang masih layak Wulan menyuruh mereka untuk tidak membuangnya, mengingat di kastil ini bukan hanya dirinya dan mereka yang makan tapi ada banyak orang juga.
Selesai makan Wulan pergi keruangan kerja bekas ayahnya dahulu. Althan masuk setelah memberi salam. “Lapor duchess, ini hasil surat yang anda minta, mereka setuju,” ucap Althan memberikan sebuah surat.
Yap Wulan mengajukan surat ke pihak istana kemarin sore untuk meminta izin memecat keenam kepala desa tersebut dan yah hasilnya di terima. “Bagus, Althan siapkan sepuluh prajurit besok kita akan pergi ke selatan?” ucap Wulan.
“Maaf bertanya duchess, tetapi untuk apa kita ke selatan?” tanyanya penasaran setahunya di selatan adalah tempat yang begitu kumuh dan pantai yang begitu banyak sampah membuat para nelayan kehilangan ikan mereka akibat pencemaran limbah sampah yang menumpuk.
“Kau akan tahu besok, dan lagi, kita sepertinya akan lama di sana, tolong konfirmasikan data ini untuk kepala pelayan untuk menyeleksi para pendaftar kerajinan yang akan datang Minggu depan.” Jelas Wulan.
“Baik duchess.”
Althan begitu bersyukur atas berubahnya sikap sang duchess yang dulunya bodoh kini begitu terobsesi akan sesuatu.
apakah wulan mati .....
lanjutkan berkarya.nya
jadi bagaimana seharusnya si Wulan bertindak....