kehidupan Alana berubah 180 derajat setelah ibunya menikah dengan pria kaya.
masalah terus muncul silih berganti hingga suatu hari ia mendapati dirinya dibunuh oleh seseorang.
namun ia kembali dari kematian dan bertekad akan menemukan siapa pembunuhnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laxiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3 pembunuhan pertama
" jelaskan pada saya kamu kemana saja saat disekolah "
" saya sedang turnamen basket "
cambukan itu belum berhenti, Permana terus saja melakukannya ia belum puas mengeluarkan semua amarahnya
" jadi menurutmu turnamen lebih penting dari adikmu"
" saya kaptennya "
" saya tidak peduli tentang itu, yang saya inginkan kamu menjaga Alana sebaik mungkin "
satria sudah tidak kuat menopang dirinya sendiri, akhirnya ia ambruk pada lantai. baru setelah itu Permana menghentikan cambukanya.
Permana meninggalkan ruangan tersebut dengan membanting pintu, ia masuk kedalam kamarnya dan mendapati istrinya yang tengah duduk pada meja rias.
Permana memeluk istrinya dari belakang dan mulai menciumi leher istrinya sambil sesekali menggigitnya.
" mas..."
" saya menginginkanmu malam ini"
tanpa meminta persetujuan, Permana langsung menggendong istrinya dan meletakkannya pada ranjang.
satria tak menyadari bahwa ia tertidur pada ruangan tersebut, ia perlahan bangun dan mulai berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
Alana bangun dari kamarnya ia merasa haus , ia berjalan kearah dapur saat hendak kembali ke kamarnya ia melihat satria yang berjalan tertatih tatih, Alana segera menghampiri kakak tirinya tersebut.
saat sudah berada dibelakang kakak tirinya ia melihat bercak darah yang berada pada kemeja putih yang dikenakan kakak nya.
Alana menghadang langkah satria " kakak kenapa?" ucap Alana khawatir
satria tak mengindahkan Alana ia terus berjalan melewati adik tirinya, namun Alana kembali menghadang langkahnya kali ia dia merentangkan tangannya.
" kakak kenapa , itu ada darah di kemeja kakak"
satria menatap tajam Alana" gak usah sok peduli, minggir "
Alana menurut ia minggir dari hadapan satria, namun baru saja Satria melangkahkan kakinya, tubuh satria terhuyung ke depan, Alana segera menangkap nya .
Alana membantu satria berdiri tegak, sebenarnya satria tidak ingin menerima bantuan tersebut namun tubuhnya terlalu lemah untuk itu semua.
Alana memapah Satri menuju kamarnya, ia membaringkan kakak tirinya tersebut perlahan pada tempat tidur, Alana keluar namun ia kembali dengan membawa kotak P3K.
Alana menyuruh satria untuk tengkurap dan membuka bajunya, satria menolaknya namun Alana sangat keras kepala ia dengan berani membuka seragam satria, satria tidak menolak karena tubuhnya terlalu sakit untuk digerakkan.
Alana terkejut saat melihat banyak luka yang berada pada punggung kakaknya tersebut.
ia perlahan lahan mengobati luka tersebut, Satria sedikit meringis ketiga Alana tak sengaja menekan lukanya terlalu keras.
Alana sebenarnya tidak ingin bertanya namun mulutnya sangat gatal untuk menanyakan hal tersebut
" kakak kenapa bisa seperti ini?"
" itu karena Lo" ucap satria dengan suara pelan
" maksud kakak?"
" ayah marah karena Lo pulang dengan keadaan berantakan dan dia nyambuk gua"
Alana menutup mulutnya tak percaya, jadi karena dirinya kakak nya mengalami hal seperti itu.
Alana bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang diderita kakaknya tersebut, Alana mulai terisak ia sangat merasa bersalah
" maafin aku kak aku gak tau kalau jadi seperti ini"
satria hanya terdiam tak menanggapi Alana , ia menyuruh alana pergi dari kamarnya.
pagi hari seperti biasa mereka semua berkumpul pada ruang makan, Alana diam diam melirik kakaknya yang tengah sibuk dengan sarapannya, wajah kakaknya terlihat sangat tenang padahal Alana ta begitu parah lukanya semalam.
saat satria sudah selesai dengan sarapannya Alana juga ikut berhenti ia segera berpamitan dan mengikuti langkah satria, Alana tak ingin membuat kakaknya menunggu lama.
mereka sudah berada dalam mobil satria segera menyalakan mobilnya seperti biasa satria menurunkan Alana sebelum gerbang, Alana tahu jika satria tidak ingin orang lain tahu bahwa mereka bersaudara walau hanya tiri.
Alana perlahan berjalan memasuki sekolah tapi seseorang tiba tiba saja menabraknya dari belakang, Alana terjatuh dan kacamatanya terlepas, tanpa kacamata tersebut Alana tidak bisa melihat dengan jelas ,saat akan sedang meraba raba ada seseorang yang membantu dan memakaikan kaca mata tersebut.
saat penglihatannya sudah sempurna Alana nampak terkesima melihat seseorang yang berada dihadapannya, orang tersebut melambaikan tangannya dihadapan Alana karena melihat Alana yang hanya terdiam.
Alana segera menyadarkan dirinya dan mengucapkan terimakasih, orang tersebut mengulurkan tangannya
" Lo kayaknya anak baru, kenalin gua rasya"
Alana menyambut uluran tangan tersebut dengan grogi " Alana"
" kalau gitu gua pergi dulu, lain kali hati hati"
Alana menganggukkan kepalanya, ia terus menatap punggung Rasya yang mulai menjauh hingga hilang dari pandangannya.
tak jauh dari sana ada seseorang yang memperhatikan interaksi keduanya dan memotretnya diam diam.
semua murid tengah fokus pada pelajaran namun tiba tiba terdengar suara benda jatuh dari ketinggian , salah siswa mengintip dari jendela apa yang telah terjadi diluar sana dan begitu terkejut melihat salah satu siswi yang tergeletak dengan bersimbah darah , ia langsung berteriak.
semua yang ada pada kelas tersebut langsung keluar dan melihat apa yang terjadi seketika suasana langsung ricuh, sekolah sudah tidak kondusif.
Alana juga ikut keluar melihatnya, ia nampak terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini , seorang siswi yang sudah tak bernyawa dengan bersimbah darah apalagi matanya melotot.
guru segera menyuruh semua siswa untuk menjauh , dan membuat pengumuman agar semua siswa pulang ke rumahnya dan tidak ada yang berada disekolah.
guru mulai menelepon ambulans, ini pertama kalinya terjadi sepanjang sekolah tersebut berdiri dan itu membuat semuanya syok.
Alana mulai meninggalkan sekolah namun ia bingung pulang naik apa, dari Semenjana pagi ia tak melihat kakaknya.
Alana berdiri didepan gerbang berharap ada taksi yang lewat, tapi tiba tiba sepeda motor berhenti didepannya, Alana tidak dapat melihat siapa dia karena menggunakan helm.
saat pengendara tersebut membuka helmnya ternyata itu Rasya, Rasya mengajak Alana untuk pulang bersamanya . Alana merasa sungkan karena mereka baru kenal tapi jika tidak ikut ia tidak tahu berapa lama ia akan menunggu taksi lewat.
akhirnya Alana pulang bersama Rasya, Rasya mengantarkan Alana sampai depan rumah dengan selamat.
Alana mengucapkan terimakasih dan mengajak Rasya untuk mampir namun Rasya menolak nya karena ia ada urusan.
Alana mendapatkan satu pesan dari nomor tak dikenal
' *dimana?'*
*' maaf ini siapa '*
*' satria, Lo dimana?'*
*' maaf kak aku pulang duluan, soalnya tadi kakak gak ada*'
satria hanya melihat pesan alana , setelah itu ia langsung meninggalkan sekolah.
Alana menyimpan no tersebut, namun satu notifikasi masuk kembali dan dari nomor tak dikenal
' *bagaimana kabarmu* '
alana mengernyitkan dahinya, siapa lagi ini
' *maaf dengan siapa?'*
*' kamu tidak mengenalku sayang'*
*' maaf dengan siapa*?'
tak ada lagi balasan dari sana, Alana tak memikirkannya mungkin itu hanya salah sambung, Alana segera masuk kerumah, rumah tampak sepi hanya ada beberapa pelayan saja.
Alana masuk kedalam kamarnya, ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata, namun mayat yang berada disekolah terbayang bayang di kepala Alana apalagi sorot matanya , Alana......
**bersambung**......
gimana pun pendiam nya seorang pasti bisa cepat tau situasi itu teman nya baik apa bukan padahal musuh dalam selimut,,,,,
terus lanjut update nya thorr
tetap semangat terus thorr
culun boleh tapi arus tau mana teman yang baik dan tidak,kejebak sendiri,,,,,