Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada saja musuh
.
.
.
Bryan pun menghubungi Daddy nya meminta bantuan untuk membunuh bocah kembar tujuh tersebut.
"Halo Daddy, aku dipukuli di kampus," kata Bryan.
Alfredo yang mendengar putra semata wayangnya dipukuli sangat murka hingga ia memerintahkan 20 orang anak buahnya untuk pergi ke kampus putranya.
"Baik Daddy akan mengirim orang untuk menghabisi bocah itu, kamu tunggu saja disana untuk menyaksikan kematian mereka," kata Alfredo.
Bryan menyeringai mendengar Daddy nya mengirim orang untuk menghabisi sikembar. Itulah sebabnya mengapa semua orang yang ada disini tidak berani untuk melawan? karena mereka takut dan mereka tentu masih sayang nyawa mereka.
Hanya sikembar lah yang berani melawan Bryan, walaupun sikembar tau resikonya tapi mereka tidak bisa tinggal diam melihat orang lain atau siapapun ditindas.
Sikembar sudah keluar dari kelas mereka, setelah mengikuti kegiatan yang diberikan oleh profesor Albert, mereka berencana untuk pulang. Karena sikembar undangan khusus di kampus ini jadi semua kegiatan dan tugas mereka hanya profesor Albert yang mengajari mereka. Tidak ada dosen lain dan tidak ada mahasiswa lain. dan mereka pun ditempatkan diruangan khusus.
"Kita mau pulang atau jalan jalan?" tanya Ren.
"Aku mau pulang aja, nanti sore baru jalan jalan," Ram.
"Kita cari makanan dulu bisa gak?" tanya Roy.
"Malas ah, aku mau makan dirumah aja," Rakha.
"Ya udah, kita pulang aja kalau begitu," ucap Roy, tapi perasaannya begitu dongkol karena saudaranya tidak mengikuti keinginannya.
Saat didepan kampus, tiba-tiba sikembar dihampiri oleh sekelompok orang yang mereka tidak kenal. Lalu sikembar menghela nafas kasar.
"Ada apa lagi ini? bisa kah sehari saja biarkan kami hidup tenang?" tanya Ray panjang lebar.
"Pasti ini ulah si bayam itu," jawab Roy.
"Ada saja musuh, tidak di Indonesia tidak disini sama saja," Ram.
Kemudian Bryan muncul ditengah tengah orang tersebut sambil tersenyum mengejek kearah sikembar, sedangkan sikembar santai santai saja.
"Sekarang kalian lihat betapa kuatnya saya, mereka adalah orang-orang terpilih Daddy saya," seringai Bryan.
"Hahaha, kuat darimana nya kalau hanya berlindung dibawah ketiak Daddy," ejek Ram.
Para mahasiswa dan mahasiswi berkumpul menyaksikan semua itu, kejadian ini mengingatkan mereka setahun yang lalu, ada seorang mahasiswi yang berani menampar Bryan karena tidak terima dilec**kan. Dan mahasiswi tersebut harus meregang nyawa karena digil** oleh Bryan dan teman temannya. Sejak saat itulah tidak ada yang berani menentang Bryan, dan ada satuN lagi mahasiswa baru juga berani melawan Bryan dan akhirnya terbunuh oleh anak buah Alfredo. Kejadian demi kejadian hingga membuat mahasiswa dan mahasiswi takut dengan Bryan yang tidak main-main kalau ingin membunuh.
"Berani sekali kamu bocah, tertawalah sepuasnya karena sebentar lagi kalian akan tamat," kata Bryan penuh penekanan.
"Mari kita pulang, malas meladeni si bayam itu," kata Ren.
Sikembar berjalan hendak meninggalkan tempat itu, tapi dihadang oleh anak buah Alfredo, sikembar dikelilingi oleh 20 orang. Tidak ada pilihan lain," ucap Ray.
Sikembar sudah bersiap siap untuk melawan mereka, dan hal itu tentu disaksikan oleh profesor Albert dari jendela ruangannya.
"Benar benar anak pemberani," gumam profesor Albert.
Sedangkan disudut lain Linda dan Nathalie juga menyaksikan hal tersebut, Linda sempat khawatir karena yang sikembar hadapi adalah orang yang mereka takuti di negara ini.
Sikembar saling membelakangi satu sama lain, mereka berbicara pun saling berbisik.
Anak buah Alfredo mengeluarkan senjata tajam milik mereka masing-masing, tapi sikembar tidak gentar sedikitpun. Bagi mereka itu hal biasa.
Diam diam sikembar menembakkan bius ciptaan mereka yang berbentuk seperti pulpen, seketika tujuh orang dari mereka jatuh tidak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi?" tanya Bryan heran.
Sedangkan anak buah Alfredo saling pandang karena mereka tidak menyadari kalau teman mereka sudah ditembak dengan bius pelumpuh.
"Sekarang tinggal 13 orang lagi," bisik Ram pada saudaranya.
"Gimana? mau kita buat lumpuh atau dibuat patah tulang?" tanya Ren.
Kalau dibuat lumpuh berarti ditembak bius, kalau dibuat patah tulang berarti melawan secara bertarung.
"Kita lumpuhkan tujuh orang lagi," bisik Ray, mereka pun mengerti dan....
Bruuk... bruuk...bruuk...bruuk... satu persatu jatuh ketanah, kini hanya tinggal 6 orang lagi. Bryan yang menyaksikan hal itupun terkejut, dia juga heran mengapa anak buah Daddy-nya jatuh satu persatu sebelum melawan sikembar.
Sikembar menyimpan senjata rahasia mereka didalam saku celana masing-masing.
"Saatnya kita bertarung," ucap Ray, dan yang lainnya mengangguk.
Ray, Ren, Rakha, Raffa Rasya dan Roy maju melawan keenam yang tersisa, sedangkan Ram maju hendak melawan Bryan.
Ram bersalto memutar tubuhnya sambil mengangkat kakinya menendang Bryan hingga tepat mengenai telinganya, Bryan jatuh tersungkur ke tanah dengan telinganya berdarah.
"Mana kesombonganmu si bayam?" tanya Ram dengan senyum devil, membuat Bryan bergidik melihatnya.
Sedangkan keenam saudaranya masih bertarung melawan anak buah Alfredo yang ternyata cukup tangguh dan kuat.
"Ternyata mereka cukup tangguh," ucap Roy, saat mereka menjeda pertarungan mereka.
"Benar, aku sedikit kualahan menghadapinya," ucap Rakha.
"Kita jangan lengah, kita harus secepatnya menyelesaikan semua ini, agar tenaga kita tidak terkuras banyak," Ren.
Mereka kembali bertarung melawan anak buah Alfredo, yang ternyata tidak bisa untuk diremehkan.
Bryan bangkit lagi hendak melawan Ram, tapi Ram dengan sigap melawan kembali hingga pertarungan pun terjadi antara Bryan dengan Ram.
Dalam sekejap Bryan sudah bisa Ram lumpuhkan, sekarang ia harus membantu saudaranya yang sedang bertarung.
Satu persatu anak buah Alfredo mereka lumpuhkan, hingga tidak ada lagi yang tersisa, semua sudah dipastikan tidak bisa bergerak sama sekali.
"Mereka memang hebat," ucap profesor Albert yang dari tadi menyaksikan pertarungan tersebut.
"Tidak sia sia aku mengambil mereka untuk menjadi penerusku kelak," katanya lagi.
Para mahasiswa dan mahasiswi yang menyaksikan pertarungan tersebut berdecak kagum dengan kehebatan sikembar, selama ini mereka selalu dibayang bayangi rasa ketakutan yang luar biasa, sehingga rela memberikan uang setiap hari kepada Bryan dan teman temannya.
"Kita akan tanggung semua resikonya sama sama," ucap sikembar serentak sambil menggabungkan telapak tangan mereka satu sama lain.
"Satu untuk semua, semua untuk satu, yes," ucap sikembar dengan kompaknya.
Lalu mereka meninggal kampus tersebut untuk kembali kerumah. dan selebihnya profesor Albert yang mengurus orang orang yang sudah tidak bisa bergerak termasuk Bryan. Profesor Albert memanggil Ambulance untuk datang membawa mereka kerumah sakit.
"Gak nyangka ternyata mereka sehebat itu," kata Linda pada Nathalie sahabatnya.
"Benar, pantas saja mereka sangat berani menentang si bayam itu," ucap Nathalie yang juga ikut ikutan menyebut Bryan dengan sebutan si bayam.
Sikembar sudah tiba dirumah mereka, mereka langsung pergi kedapur untuk meminum air.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, aku yakin Alfredo tidak akan tinggal diam dan pasti akan membalas dendam." Ray.
.
.
.