Tentang seorang pria yang tidak diperlakukan adil oleh ayahnya. Tapi dia bisa membuktikan bahwa dia bisa sukses tanpa mengandalkan kekayaan orang tua, sayangnya dia harus kembali jatuh ketika wanita yang dia cintai pergi begitu saja tanpa adanya alasan, membuat dia menjadi casanova.
Suatu hari dia mengalami nasib sial sehingga dia harus menikah dengan seorang gadis yang tak dia cintai, dan membuat dia menjadi menantu yang sama sekali tidak diharapkan oleh mertuanya, seakan memandang rendah pada profesinya sebagai seorang aktor.
Dan Morgan akan membuktikan bahwa dia adalah seorang pria yang patut dibanggakan, terlepas dengan semua masa lalunya yang kelam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga
"Eughhh..." Zhoya terbangun dari tidurnya, dia celinguk celinguk memperhatikan seluruh sudut kamar hotel itu, sambil terduduk di atas kasur, "Dimana aku?"
Zhoya memegang kepalanya yang terasa masih pusing, "Ahhh... sial, mengapa aku harus mabuk coba?"
Zhoya mendengar suara seseorang yang sedang mandi, Siapa yang sedang mandi? Zhoya membulatkan matanya begitu dia teringat saat di klub malam bertemu dengan Morgan.
"Apa yang sedang mandi itu kak Morgan?" Zhoya mengigit bibir bawahnya membayangkan Morgan yang sedang mandi, pasti sangat seksi sekali.
Zhoya tiba-tiba teringat saat dia mengatakan cinta pada Morgan, dia menepuk jidatnya sendiri, "Astaga Zhoya, bukannya kamu bilang akan memedam perasaan itu, tapi kenapa malah menyatakan cinta padanya."
Namun setelah dipikir-pikir apa salahnya jika dia berjuang, toh mereka belum menikah ini, apalagi dia tau saat Morgan mengenalkan Laura padanya, dari tatapan Morgan dia tau kalau Morgan tidak mencintai calon istrinya itu.
Ceklek!
Hati Zhoya jedag jedug tidak menentu begitu mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, apalagi saat melihat pria itu menyembul masuk ke dalam kamar, setengah telanjang, hanya memakai celana panjang saja.
Zhoya menelan saliva melihat pemandangan yang indah itu, tubuh Morgan yang sixpack dan juga perutnya yang kotak-kotak, ingin sekali Zhoya mengigitnya.
Morgan malu sendiri dipelototi seperti itu oleh si bocil. Dia langsung menutup perutnya dengan tangan, "Kenapa menatap aku seperti itu?"
"Kata orang gak akan dosa asalkan tidak berkedip." Zhoya malah terkekeh.
Morgan menghela nafas, dia segera memakai bajunya. Lalu berjalan ke arah Zhoya, mengacak-acak rambutnya, "Hah, bisa ketawa kamu ya setelah merepotkan aku. Padahal aku semalam itu mau ketemu dengan Laura."
"Ishh..." Zhoya menipis tangan Morgan yang mengacak-acak rambutnya, Morgan selalu begitu padanya, namun sekarang dia sangat kesal jika mendengar nama Laura.
"Bukannya kak Morgan tidak mencintai kak Laura?" tanya Zhoya sambil menatap pria yang sedang berdiri di hadapannya, sementara dia masih duduk dipinggiran ranjang.
"Sotoy, bocah cilik tau apa soal cinta." Morgan enggan untuk menjawab.
"Tau lah kak, aku udah gede, 20 tahun. Udah dewasa itu." Zhoya tidak mengerti mengapa Morgan selalu mengaggapnya anak kecil.
"Tapi bagiku kamu cuma bocil, sekali bocil ya tetap bocil."
Zhoya sangat kesal sekali terus dikatain bocil, dia segera berdiri dihadapkan Morgan, "Tapi nyatanya bocil ini tau artinya mencintai seseorang. Tepatnya aku mencintaimu, kak Morgan." Zhoya mengatakannya sambil tersenyum manis padanya.
Morgan terdiam sejenak, kemudian dia tertawa kecil mendengarnya. "Berhenti lah bercanda dengan aku, oke. Lebih baik kamu mandi gih. Aku tunggu disini."
"Tak bisa kah kak Morgan sekali aja menganggap aku dewasa?"
"Nggak bisa, kamu selalu terlihat seperti anak kecil di mataku."
"Kalau begitu ayo kita sekali saja berkencan biar kak Morgan sadar kalau aku ini sudah dewasa."
Morgan malah tertawa kecil kembali, seakan meledek Zhoya yang sedang bicara serius padanya.
"Tetap saja semuanya tidak akan berubah, bocil. Lebih baik kamu mandi gih!"
"Apa karna demi persahabatan dengan kak Galvin makanya kak Morgan menjaga batasan sama aku sampai menganggap aku bocah terus?"
"Bukan, itu karena aku pernah punya adik cewek. Dia sudah meninggal. Makanya pas lihat kamu, aku selalu ingat adikku. Begitulah perasaan aku ke kamu, oke."
"Sama sekali tidak ada getaran di hati kamu buat aku kak? Siapa tau tanpa kamu sadari kamu naksir aku kak." Zhoya mengatakannya sambil tersenyum manis pada pria itu.
Morgan memandangi Zhoya yang tersenyum manis padanya, dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, kemudian dia malah terkekeh, "Baiklah aku anggap semua itu hanya candaan saja. Jangan menggoda aku, sebentar lagi aku akan menikah. Hmm... ya sudah, aku pulang duluan." Morgan kebetulan hari ini harus mengurus persiapan pernikahannya bersama Laura.
...****************...
"Ayo cepat kamu pulang. Sebentar lagi Morgan akan datang kesini." Laura mengusir kekasihnya yang masih asik tidur dengan kondisi telanjang.
"Aku masih sangat merindukan kamu, sayang. Bagaimana kalau kita melakukannya sekali lagi, hm?" Yoga mengatakannya sambil menarik Laura hingga terjatuh menindih dirinya.
"Yoga, jangan begini!" Laura berusaha untuk berontak.
"Kenapa sih? Kamu jadi berubah setelah dijodohkan dengan aktor sialan itu." Yoga sangat kesal dengan penolakan Luara.
"Bukan begitu, hanya saja aku tidak ingin ketahuan. Sebentar lagi kami akan menikah. Bahkan selama dia menjalin hubungan dengan aku dia sangat menghargai hubungan kami, dia tidak pernah bermain dengan wanita manapun."
"Terus kamu maunya apa? Kita putus heuh?"
Laura tidak bisa menjawab, jujur saja pesona Morgan mengalihkan dunianya. Bahkan pria itu sanggup membuatnya jatuh cinta ketika pertama kali bertemu. Namun dia belum bisa melepaskan Yoga, karena hubungan pacaran mereka cukup lama sekali, tidak mudah untuk putus begitu saja.
"Ya sudah, sekali saja ya. Nanti aku pulang." Yoga mengubah posisi Laura menjadi di bawahnya, Laura memilih pasrah saja agar Yoga segera pulang, membiarkan pria itu menjelajahi setiap tubuhnya.
Laura tidak mengerti mengapa Morgan tidak ingin menyentuh dirinya, apa karena dia sangat menghargainya sebagai seorang wanita, padahal dia sangat tau bagaimana seorang Morgan Xavier, walaupun Morgan selalu profesional di dalam kerjaan, dia tidak pernah menunjukkan ke media siapa saja wanita yang pernah berkencan dengannya. Tapi dia sangat tau desas desus tentang Sang Casanova itu.
𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘢²𝘪𝘯
𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩