Bagi sebagian orang pernikahan adalah awal kebahagiaan. Tapi tidak dengan pernikahan Aisyah Saraswati dan Dimas Anggara.
Pernikahan mereka berawal dari perjodohan kedua orang tua mereka atas dasar persahabatan. Sehingga Aisyah dan Dimas menjalankan pernikahan tanpa cinta.
Pernikahan tanpa cinta itu menyakitkan. Tapi Aisyah berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya rela dengan ikhlas menerima perjodohan ini. Namun Aisyah harus menerima kenyataan pahit kalau suami nya memiliki wanita idaman lain Maira jasmine, sahabat aisyah sendiri.
Bahkan mereka sudah berhubungan sebelum Dimas dan Aisyah menikah.
Tidak hanya itu dirinya hanya dijadikan ATM berjalan saja untuk keluarganya.
Sanggupkah Aisyah menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[3] Aisyah & Gamisnya
Entah berapa lama Aku menunggu kepulangan Mas Dimas. Sepertinya ia tidak pulang, aku melirik jam dinding dan ternyata sudah jam 1 malam. Sebenarnya kemana kamu mas?.
Rasa kantuk datang menghampiri bersamaan dengan angin malam Aku tertidur di sofa. Aku berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan suamiku.
****************
Adzan subuh berkumandang, Aku lekas bangun dan kemudian melaksanakan sholat 2 rakaat itu.
Bruumm
Terdengar suara mobil masuk, sepertinya itu Mas Dimas baru saja pulang.
Aku berlari menghampiri Mas Dimas.
"Mas,..."
"Aku capek aku mau tidur sebelum berangkat ke kantor" Jawab Mas Dimas
"Mas semalam kamu kemana? Mas tidur di mana? Aku khawatir terjadi apa-apa dengan kamu mas" tanyaku.
Mas Dimas memijat kening nya "Berisik,... jangan ganggu Aku. Aku mau tidur sebelum berangkat ke kantor " Mas Dimas membentakku
"Tapi, Mas ???"
"Dengar Aisyah, Aku tidak mengharapkan pernikahan ini jadi jangan mengurusi urusan ku urus saja urusanmu sendiri."
"Kenapa mas? Aku ini istrimu. Bisakah kamu sedikit saja menghargai pernikahan kita." Rasanya aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Namun aku berusaha untuk tetap bertahan.
"Kamu mau aku menghargai kamu, Aisyah??" tanya mas Dimas
Aku hanya terdiam menunggu mas Dimas menyelesaikan kalimatnya.
"Aku kira kamu tidak akan protes dan aku pikir kamu itu Robot."
Degh
Aku sakit mendengar itu dari mulut mas dimas, jadi selama ini dia menganggap ku robot?.
"Robot?" Aku prihatin terhadap diriku sendiri. Selama ini aku diam karena aku tidak ingin mengatakan hal yang salah pada mas Dimas. Dia malah menganggapku Robot? Sekarang aku tahu betapa buruk penilaian mas dimas padaku selama ini.
Mas dimas mengangguk "Iya Robot, Apa kalau bukan Robot namanya? Bahkan selama kita hidup bersama selama 1 tahun bisa aku hitung berapa kali kita bicara. Itu pun terjadi hanya ketika kamu merengek minta di antar ke rumah mamah, selebihnya, kamu yang bertanya mau makan apa mas ? kopi atau teh ? mau pakai baju apa besok Mas?. kamu hanya mengulang semua itu. aku muak mendengarnya. Aku mikir apakah aku ini menikah dengan manusia atau Robot heh.. ?" bebernya mengungkapkan semua unek-unek yang tertahan selama menikah dengan ku.
Ngilu hati ini mendengar keluhan kesah sang suami. mulut ini terbungkam rapat memikirkan jawaban untuk laki-laki itu. tapi tak menemukan jawabannya.
"Kali - kali kamu berkaca kek Aisyah. Liat penampilan kamu setiap hari pakai gamis , Pagi, siang sore pakai gamis bahkan malam pun . Setidaknya kamu sebagai seorang istri itu harus mampu menyenangkan suami. Apakah kamu tidak pernah belajar agama ? percuma berjilbab tapi hal seperti itu kamu tidak tahu. Aku kalo lihat kamu itu bawaan nya males tahu ga. Apalagi kalau ada acara kantor kamu bisa di bilang mamah aku bukan sebagai istri aku" tutur mas Dimas di sertai tawa mengejek.
Tes tes air mata tak kuasa jatuh menahan tangis ungkapan hati mas Dimas membuat hatiku sakit. Aku merasa sudah melayani suami ku dengan baik, menyiapkan segala keperluannya. Ternyata aku salah, semua itu tidak cukup bagi Mas Dimas.
"Jadi perempuan itu harus pandai merias diri, kalau bukan buat orang lain, setidaknya lakuin buat diri kamu sendiri." tegas Mas Dimas.
Mungkin Aku tidak bisa seperti wanita-wanita yang diharapkan oleh Mas Dimas. Kali ini aku merasa terusik karena mas dimas mengomentari gaya berbusana sebagai seorang muslimah. Apakah ada yang salah dengan pakaian gamisku? Seharusnya Mas Dimas merasa bangga karena aku mampu menjaga aurat dan kehormatan.
"Memang nya apa ada yang salah dengan gamisku? Aku hanya mengikuti syariat islam. Teganya kamu mengatakan apa yang Aku kenakan. Kayaknya bukan gamis ku deh yang salah, tapi cara berpikir kamu yang salah, mas"
"Buat apa kamu menjadi perempuan taat beragama, kalau enggak bikin hati suami bahagia. Aku itu butuh istri yang bisa bikin aku betah di rumah, yang elok di pandang. Makanya kalau belajar agama jangan setengah- setengah tau nya menjadi seorang muslimah, tapi engga tau bagaimana cara berbakti kepada suami." ungkapan mas Dimas membuat Aku mati kutu dan terpojok.
Perkataan Mas Dimas mungkin membuatku sedikit tersentil, karena apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah. Aku yang belum sepenuhnya mencintai Mas Dimas hanya menjalankan tugas-tugas istri seperti memasak, mengurus rumah saja dan menyiapkan segala keperluan Mas Dimas untuk bekerja tanpa berusaha menyenangkan hati suami. Mungkin itu yang membuat Mas Dimas kecewa saat menikah denganku, apalagi kami menikah karena perjodohan yang sebelum kami belum pernah mengenal satu sama lain.
Di dalam rumah tangga komunikasi adalah hal yang penting untuk keharmonisan rumah tangga. Tapi apakah seperti ini cara menegur yang baik? Jika sang Istri memiliki kekurangan alangkah lebih baik sang suami menasehati istri dengan cara yang baik bukan dengan cara mengabaikan sang istri?. Benar Tidak?
Drttt Drttt Drttt
Sampai kemudian, dering ponsel milik mas Dimas memecah kebekuan di antara kami.
Aku diam menyaksikan suami ku mengeluarkan benda pipih dari saku celana nya. Bisa ku lihat senyum terbit di bibir nya.
"Ya Sayang, aku sarapan di sana yah, tunggu aku" Jawab Mas Dimas untuk seseorang di sebrang sana.
Degh!,
Aku kaget mendengar ucapan Mas Dimas yang baru saja menerima telepon.
Begitu jelas nya Mas Dimas mengucapkan kata 'sayang' dia saja tidak pernah di panggil dengan sebutan kata special itu oleh Mas Dimas. Tapi kenapa itu seperti di tujukan untuk orang lain.
Apakah Mas Dimas memiliki seseorang di luar sana yang layak di panggil sayang di bandingkan aku sebagai seorang istrinya ?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kasian bastian. sadboy.. 😢😢
manusia berkepala ular ...
licik ,ayo thor jangan lma2 kebusukan dimas disimpan...
lanjut
jangan lg ditunda ...
sudah cukup ,1.thn waktu yg
aisyah jalani ,gk ad kebaikan kedepan nya ,