NovelToon NovelToon
SISTEM DEWA NAGA TERKUAT

SISTEM DEWA NAGA TERKUAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Budidaya dan Peningkatan / Dunia Lain
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rumah pena

Dimas Seorang pekerja supir truk yang gak sengaja menabrak pekerja kantoran, tapi anehnya pandanganya gelap dan dia muncul didunia lain.

Sistem dewa naga terkuat menemani perjalananya menuju puncak kekuatan, dengan berbagai misinya Dimas mendapatkan berbagai harta yang sangat kuat.

Bagaimana perjalanan Dimas, Ikuti kisah keseruanya.

Gas... gua bakal up tiap hari sesuai mood, mungkin 2 chapter sampai 5 chapter perhari, kalau lagi mood bisa lebih.

Maaf jika ada kesalahan pada cerita, karena author hanya manusia, bukan nabi Boy.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6: Perang Tanpa Ampun, Tapi Tetap Ada Batasannya

Aroma darah masih kental di udara. Tanah yang tadinya bersih kini berubah menjadi lumpur merah, bercampur darah dari para penjaga kerajaan yang tergeletak tanpa nyawa. Namun, di tengah semua itu, suasana antara Dimas dan Putri Alexa terasa berbeda.

Dimas masih berdiri tegak di depan Putri Alexa, gagang Pedang Pembunuh Dewa tergenggam erat di tangan kanannya. Ucapan yang baru saja ia lontarkan kepada sang putri membuat suasana di antara mereka seolah menjadi tenang sesaat, meskipun ancaman kematian mengintai di depan mata.

“Tenang aja. Gue nggak bakal biarin mereka nyentuh lo,” ulang Dimas dengan suara datar, tapi penuh keyakinan.

Putri Alexa yang mendengarnya langsung tersentak. Wajahnya memerah, bukan karena ketakutan, melainkan karena malu sekaligus terharu. Matanya membulat, bibirnya sedikit terbuka, seolah tak percaya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Dimas, pria asing yang baru saja ia temui… tapi entah mengapa, terasa dekat. Ia menundukkan wajahnya, mencoba menutupi rona merah di pipinya.

Namun, Dimas tidak memperhatikan itu lebih lama. Ia menarik napas pelan, lalu memasang kuda-kuda. Kuda-kuda yang… sebenarnya seadanya saja. Dimas memang tidak punya teknik pedang mumpuni. Dia hanya pegang gagang pedang, lalu asal ayun. Tapi justru itu yang membuat serangannya tidak bisa ditebak.

Dengan kecepatan luar biasa, tubuh Dimas melesat seperti bayangan. Dalam sekejap, ia sudah ada di tengah-tengah pasukan kerajaan Wu dan Leonhart. Mata para prajurit membelalak, mereka bahkan belum sempat merespons.

Swish! Swish! Swish!

Ayunan pedang Dimas tampak ngawur. Tidak ada gaya, tidak ada pola, hanya gerakan liar. Tapi tiap ayunan itu menghasilkan tebasan mematikan. Tubuh-tubuh para prajurit terbelah, darah menyembur, jeritan memenuhi udara.

Dimas bergerak tanpa ragu, seolah sedang menebas rerumputan, bukan manusia. Meskipun hanya mengandalkan satu persen kekuatan fisik naga, ia sudah seperti dewa kematian di medan perang. Setiap langkahnya menghasilkan kematian. Tidak ada yang mampu menghentikannya.

Para prajurit yang berada di barisan belakang mencoba mundur, tapi sia-sia. Dimas terlalu cepat. Dalam satu kedipan mata, leher mereka sudah ditebas, atau dada mereka sudah berlubang.

Putri Alexa menyaksikan semua itu dari belakang. Meskipun ia takut, di sisi lain, ia juga terpesona. Sosok pria itu benar-benar kuat… bahkan tak masuk akal.

Butuh waktu singkat bagi Dimas untuk meratakan semua pasukan penjaga. Mereka bukan tandingannya. Mereka hanya prajurit biasa di mata Dimas yang kini sudah mencapai ranah Nascent Soul, apalagi dengan tubuh yang membawa kekuatan naga.

Begitu semua pasukan tumbang, suasana mendadak hening. Hanya suara angin yang berhembus pelan di tengah sisa-sisa medan perang.

Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama.

Dari sisi lain aula yang hancur, para leluhur dan raja-raja kerajaan Wu dan Leonhart maju serentak. Mereka bukanlah pasukan rendahan. Merekalah pilar kekuatan sejati dua kerajaan besar ini.

Leluhur Wu yang berdiri paling depan menatap Dimas dengan mata tajam. Aura mengerikan menyelimuti tubuh renta itu. Leluhur Wu berada di puncak ranah Spirit Severing dan hampir menembus ke ranah Void Refinement. Di dunia ini, dia adalah salah satu eksistensi tertinggi.

Di sampingnya, Leluhur Leonhart, ayah Raja Leonhart sekaligus kakek Putri Alexa, mengerutkan dahi. Tatapannya rumit, ada amarah, ada kebimbangan. Namun, kehormatan keluarga Leonhart dipertaruhkan di sini.

Raja Wu mencabut pedang pusaka keluarga Wu. Aura hitam membungkus bilahnya. Ia tidak berkata apa-apa, tapi tatapannya jelas menunjukkan niat membunuh.

Raja Leonhart menarik napas berat. Ia menatap Dimas dengan murka, tapi juga melirik Alexa yang berdiri di belakang pria itu.

Dimas hanya menatap mereka dengan tenang. Tanpa rasa takut, tanpa gentar.

“Yah, akhirnya bagian serunya dateng juga,” gumam Dimas.

Putri Alexa mendekat. Ia menarik lengan baju Dimas perlahan.

“Jangan… jangan bunuh Ayah dan Kakekku,” katanya lirih. Suaranya terdengar memohon. “Aku… aku tahu mereka salah, tapi aku tetap keluarga mereka…”

Dimas melirik ke samping. Tatapan Putri Alexa penuh permohonan. Wajahnya masih merah, bukan lagi karena malu, tapi karena takut kehilangan keluarganya.

Dimas diam beberapa detik, lalu mengangguk.

“Gue ngerti,” jawabnya singkat.

Setelah itu, ia melangkah maju lagi. Kali ini, menghadapi para raja dan leluhur langsung.

Aura mereka sangat kuat. Tekanan dari para leluhur, apalagi Leluhur Wu yang hampir masuk Void Refinement, jelas bukan main. Tapi Dimas tetap berdiri santai. Baginya, semua ini masih dalam batas wajar.

Dia sekarang bukan hanya manusia biasa. Tubuhnya membawa satu persen kekuatan naga sejati. Itu saja sudah cukup untuk membuat ranah Nascent Soul dan Spirit Severing jadi seperti anak kecil baginya. Apalagi kini ia juga sudah menembus ranah Nascent Soul. Ditambah pedang Pembunuh Dewa, dia bahkan lebih percaya diri.

Leluhur Wu yang pertama menyerang. Tubuhnya melesat bagaikan kilat, membawa bilah pedang energi. Setiap tebasannya mampu membelah gunung. Serangannya akurat, ganas, dan mematikan.

Namun, Dimas hanya memiringkan badan. Dengan mudah ia menghindari serangan itu. Lalu, dengan satu tebasan asal dari Pedang Pembunuh Dewa, Leluhur Wu terpental belasan meter, jatuh berguling di tanah, meskipun masih mampu berdiri lagi.

Raja Wu menyusul. Dia menerjang dengan jurus pamungkas, menggabungkan sihir elemen kegelapan dan angin. Gelombang energi hitam menghantam Dimas.

Tapi Dimas hanya menangkisnya dengan tangan kiri kosong. Energi hitam itu langsung hancur, seolah tak berarti apa-apa di hadapan kekuatan fisiknya.

Leluhur Leonhart melayang di udara, membentuk lingkaran sihir rumit, lalu melepaskan ratusan tombak energi. Mereka semua menghujani Dimas tanpa henti.

Dimas menangkis sebagian dengan pedangnya. Sisanya? Dia biarkan menabrak tubuhnya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Tubuh Dimas yang diperkuat kekuatan naga tidak terluka sedikit pun. Semua serangan itu seperti angin lalu.

Raja Leonhart mengerutkan kening. Ia tahu mereka semua berada di atas angin. Dimas terlalu kuat untuk mereka lawan secara langsung.

Namun Dimas masih ingat pesan Putri Alexa. Dia tidak akan membunuh Raja Leonhart dan leluhurnya.

Jadi, dalam serangan-serangan berikutnya, Dimas hanya melumpuhkan mereka. Setiap serangan pedangnya mengarah ke titik vital, tapi ia menahan diri di detik terakhir. Leluhur Leonhart sempat terkena hantaman di perutnya, membuat tubuh tua itu terpental, tapi masih selamat.

Raja Leonhart juga terkena tendangan keras yang membuatnya terlempar hingga menabrak pilar, tapi tidak mati.

Sebaliknya, Raja Wu dan Leluhur Wu menerima serangan jauh lebih brutal. Dimas tidak bermurah hati pada mereka. Leluhur Wu bahkan sempat terkena serangan telak yang menghancurkan lengannya. Raja Wu pingsan setelah dada dan kakinya hancur karena tendangan Dimas.

Teriakan-teriakan marah dan sakit terdengar di sekeliling aula. Suara runtuhan, ledakan sihir, dan dentuman logam mengisi udara. Tapi di antara semua itu, Dimas tetap berdiri kokoh. Matanya dingin, gerakannya cepat dan presisi.

Putri Alexa terus menyaksikan dari belakang. Ia merasa lega melihat Dimas tidak membunuh ayah dan kakeknya. Namun, ia juga tak bisa membohongi dirinya sendiri—ia kagum akan kekuatan pria itu.

Peperangan berlangsung tidak lama. Dimas terlalu mendominasi. Tidak peduli seberapa kuat lawannya, mereka semua tetap kalah di tangannya. Ia adalah monster. Dan mereka semua sadar akan itu.

Begitu semua orang tumbang, Dimas berdiri di tengah aula yang penuh reruntuhan. Ia menatap sekeliling. Raja Wu pingsan. Leluhur Wu masih sadar, tapi tangannya remuk dan aura hidupnya lemah. Raja Leonhart dan Leluhur Leonhart hanya bisa terdiam, tubuh mereka gemetar karena luka berat.

Dimas menghela napas. Ia menyarungkan pedang Pembunuh Dewa.

“Gue nggak bunuh mereka… sesuai janji gue,” katanya sambil menoleh ke Putri Alexa.

Putri Alexa langsung melangkah mendekat. Ia menatap Dimas dengan mata berbinar.

“Terima kasih…” bisiknya lirih.

Dimas hanya mengangguk. Lalu, suara sistem kembali terdengar di kepalanya.

[Selamat! Anda telah menyelesaikan Misi Khusus: Lindungi Putri Alexa Leonhart!]

[Hadiah: Armor Sisik Naga Lv.1 telah diterima!]

Dimas menghela napas panjang.

“Yah… akhirnya kelar juga,” gumamnya.

Ia melirik ke Putri Alexa yang kini berdiri di sampingnya. Wanita itu tersenyum malu, pipinya kembali memerah.

“Sekarang… kita pergi dari sini,” kata Dimas.

Putri Alexa mengangguk tanpa ragu. Mereka melangkah pergi, meninggalkan aula yang hancur, meninggalkan para raja dan leluhur yang kini hanya bisa menatap punggung Dimas dengan ketakutan dan rasa kalah yang mendalam.

---

Bersambung...

1
Rumah Pena
Campur oy
Dean Adam
Ini Kultivator Atau Dunia Fantasy Barat, heran Gue
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!