Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasib Diandra
"Nak,, ibu sedih, ibu enggak mau mengorbankan siapapun. Tapi ibu juga bingung, besok harus menjawab apa sama jeng Dewi?" Ucap bu Rahma nampak gelisah.
"Bu, putri ibu yang sudah cukup umur hanya Didi dan mbak Asih, sedangkan mbak Asih sebentar lagi akan menikah bu." Sejenak Diandra terdiam dan menatap ibu nya.
"Ibu sangat menyayangi Didi dan begitupun dengan Didi,, Didi sangat sayang sama ibu. Didi akan lakukan apapun untuk ibu, seperti ibu yang rela melakukan apa saja untuk kebahagiaan Didi." Diandra menghela nafas nya dalam.
"Didi mau menjadi menantu tante Dewi bu, Didi bisa merasa kan kalau tante Dewi itu orang nya baik... " ucap Diandra dengan yakin, "dan pasti anak nya tante Dewi juga orang baik kan bu? Bukan kah buah jatuh tidak akan jauh dari pohon nya?" Tanya Didi sambil menatap hangat netra teduh ibu angkat nya.
Bu Rahma menghela nafas dalam-dalam dan menghembus nya dengan kuat, "tapi nak,, kamu kan belum mengenal nya? Bagaimana jika dia berlaku jahat dan menyakiti mu nak?" Bu Rahma nampak sangat khawatir, dia akan merasa sangat bersalah pada ibu kandung Diandra jika sampai pernikahan itu membuat Didi menderita dan tidak bahagia.
"Ibu ku sayang,,, ibu lupa ya siapa putri ibu ini? Gadis cantik dan pemberani putri kesayangan ibu ini, tidak pernah takut dengan siapa pun bukan?" Balas Didi mencoba meyakinkan sang ibu.
"Tapi nak?" Ucapan bu Rahma menggantung, bu Rahma menatap Didi dengan intens. Beliau benar-benar bingung dalam mengambil keputusan, Didi tidak boleh mengorbankan kebahagiaan masa muda untuk nya... begitulah yang dipikirkan bu Rahma saat ini.
"Sudah lah bu, kita lihat saja besok ya. Didi yakin, dia enggak seburuk yang ibu pikir... restui Didi untuk menikah dengan nya ya bu?" Pinta nya seraya menggenggam tangan sang ibu. "Didi pasti akan bahagia, karena ada ibu yang akan selalu mendo'akan Didi di setiap sujud ibu bukan? Didi yakin, do'a tulus ibu untuk Didi akan mampu mengetuk pintu langit dan mengabulkan setiap harapan Didi dan menjadi kan nya nyata." Ucap Didi dengan yakin.
Sejenak kedua nya terdiam, masing-masing sibuk dengan pikiran nya sendiri.
"Nak, bagaimana dengan cita-cita mu yang ingin menjadi dokter... agar kamu bisa mencari keberadaan ayah kandung mu?" Tanya bu Rahma menatap sedih pada putri kesayangan nya.
"Bu, Didi memang memiliki otak yang cerdas... karena Didi dididik oleh ibu yang pintar, Didi juga menjadi wanita yang kuat dan tangguh karena Didi memiliki ibu yang hebat. Dan jika sekarang ibu bertanya, apa cita-cita Didi sekarang? Didi akan jawab, Didi hanya ingin menjadi seorang ibu seperti dirimu bu... ibu adalah segala nya buat Didi, ibu adalah ibu peri nya Didi yang selalu ada kapanpun Didi butuh ibu. Jadi, kita lupakan saja tentang keinginan Didi untuk menjadi dokter." Jawab nya dengan enteng.
"Dan tentang ayah,,, jika benar ayah sayang sama ibu kandung Didi seperti yang sering ibu ceritakan, bukan kah seharusnya ayah mencari kami bu? Tapi apa kenyataan nya bu?" Ucap Diandra dengan sorot mata penuh kekecewaan.
"Nak, ibu enggak pernah mengajari mu untuk membenci seseorang seburuk apapun perlakuan nya kepada kita. Jangan pernah membenci ayah mu nak, karena kita tak pernah tahu apa yang terjadi dengan ayah mu di sana bukan?"
"Ibu mu enggak mungkin bohong sama ibu nak, ayah dan ibu mu saling mencintai. Tapi nenek mu dan paman serta bibi mu terus saja ingin memisahkan kedua orang tuamu, mereka bersikap manis terhadap ibu mu hanya jika ada ayah dan kakek mu saja."
"Hingga kemudian mereka mendapat kesempatan untuk menjalan kan rencana mereka memisah kan ayah dan ibu mu, saat ayah mu mengambil spesialis di luar negeri. Sebenar nya ayah mu ingin mengajak serta ibu mu, tapi nenek mu berhasil meyakinkan ayah mu bahwa ibu mu akan baik-baik saja bersama nya."
"Dan tibalah hari itu, dimana mereka menjalan kan rencana nya dan meninggalkan ibu mu di kota ini... kota yang sangat jauh dari kota asal orang tuamu. Mereka meninggalkan ibu mu begitu saja, tanpa membawa apa-apa dan saat itu kondisi ibu mu sedang sakit." Bu Rahma bercerita sambil terisak, teringat kembali bagaimana dulu bu Rahma bertemu pertama kali dengan Diana, ibu kandung Diandra.
"Sudah bu,,, jangan di ingat-ingat kembali," pinta Diandra dengan mata berkaca-kaca, sejenak Diandra terdiam, dan nampak mengatur nafas nya. "Ibu Diana pasti sudah bahagia di sana, karena melihat Didi tumbuh menjadi gadis yang pintar dan cantik bukan?" Ucap Diandra dengan gaya centil nya untuk menghibur sang ibu.
Bu Rahma pun tersenyum, "kamu benar nak, putri ibu yang satu ini memang pintar dan sangat cantik... kamu persis seperti ibu mu," puji sang ibu pada anak angkat nya itu.
"Kamu tidak membenci ayah mu kan nak?" Tanya bu Rahma pada Diandra sesaat kemudian, untuk meyakinkan hati nya. Bu Rahma ingat betul pesan ibu kandung Diandra sebelum meninggal, agar anak nya tidak menyalahkan suami nya atas apa yang menimpa diri nya.
Diandra menggeleng dan tersenyum tulus, "tidak bu, Didi tidak membenci ayah. Benar apa yang ibu bilang, kita enggak tahu apa yang sebenar nya terjadi pada ayah Didi di sana? Kenapa ayah sampai tidak mencari kami?" Diandra kemudian memeluk ibu nya, hingga beberapa saat lama nya.
"Bu, sekarang istirahat lah. Didi akan pulang sebentar mengambil pakaian ganti untuk ibu, dan mengabarkan pada saudara-saudara yang lain tentang keadaan ibu." Ucap nya seraya membetulkan posisi ibu nya agar berbaring dengan nyaman.
"Kamu benar nak,, mereka pasti cemas," ucap bu Rahma dengan sendu.
"Sudah, ibu jangan banyak pikiran.. biar cepat pulih dan bisa segera pulang, Didi pamit ya bu," pamit Diandra seraya mencium kening sang ibu, dan mencium punggung tangan wanita yang telah merawat nya sejak bayi layak nya ibu kandung.
Sepeninggal Diandra, bu Rahma tak dapat memejamkan mata nya. Beliau masih belum rela melepas Diandra untuk menikah dengan seseorang yang belum pernah dikenal nya, namun bu Rahma juga tak dapat berbuat apa-apa. Beliau tak punya cukup uang untuk mengganti biaya perawatan nya di rumah sakit, dan lagipula orang yang menolong nya tidak menginginkan uang nya dikembalikan.
"Bagaimana jika putra jeng Dewi itu orang nya kasar dan main tangan? Apa putri ku tidak akan dia jadikan pelampiasan atas kekecewaan nya pada wanita lain? Bagaimana jika putri ku dikurung, dan tidak diperbolehkan keluar sama sekali? Apa Didi sanggup menjalani semua itu?" Bu Rahma bermonolog dalam diam, bulir bening menetes membasahi wajah nya yang sudah mulai berkeriput.
Cukup lama bu Rahma bergulat dengan pikiran nya sendiri, hingga akhir nya wanita tua itu pun tertidur dengan memendam kesedihan di hati akan nasib Diandra ke depan.
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..