Disarankan untuk membaca novel sebelumnya yang berjudul Menikahi jd yg ke 2.
Dila yang di besarkan dari keluarga paling kaya no dua di dunia, selalu di jaga ketat oleh sang Daddy. Membuat Dila menjadi sosok gadis yang culun, dengan tampilan khas kacamata besar, rambut di kepang dua, dan selalu memakai pakaian yang longgar. Selain penampilannya yang culun, Dila juga seorang gadis yang sangat ceroboh.
Dibalik tampilannya yang culun, Dila adalah gadis yang sangat cantik dan pintar. Membuatnya di terima bekerja sebagai sekertaris di perusahaan terkenal di Inggris.
Di perusahaan itulah Dila bertemu dengan atasannya yang tampan dan gagah yang di juluki Mr Perfect yang ternyata sudah memiliki seorang putri yang sama angkuhnya! Bagaimana kehidupan gadis culun dan ceroboh ketika bertemu dengan seorang pria yang perfect? Yuk baca ceritanya😍
Cerita ini seri ke 3 dari Novel sebelumnya yang berjudul Menikahi jd yg ke 2 dan Mr Arrogant. selamat membaca🥰🥰🥰
Ig : mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
Selama lima belas menit Jack menerangkan secara jelas dan sangat rinci siapa itu Grandma Irene. Apa saja yang disukainya dan apa yang tidak disukainya. Aiden yang melihat Dila dan Jack yang sedang membicarakan Grandma Irene hanya diam sambil menatap wajah Dila dengan intens.
"Bagaimana Nona Dila, apa ada yang ingin anda tanyakan?" Tanya Jack.
"Tidak ada." Jawab Dila, lalu menatap Aiden. "Jadi kapan kita akan bertemu dengan Grandma Irene?" Tanya Dila.
"Besok sore."Jawab Aiden dengan singkat.
"Oke, sekarang aku harus pulang." Dila berdiri dari duduknya dan hendak pergi dari ruangan Tuan Aiden.
"Tunggu!" Seru Aiden.
"Apa lagi? Kau mau menyuruhku menutup pintunya kembali? Aku sudah tahu!" Ucap Dila.
"Bukan itu." Ujar Aiden dengan suara datarnya.
"Lalu?" Dila menatap Aiden dengan bingung.
"Apa kau tidak melupakan kunci mobilmu?" Tanya Aiden yang sudah memegang kunci mobil Dila yang baru saja diberikan Jack padanya.
"Oh iya, lemparkanlah!" Pinta Dila.
Aiden langsung melempar kunci mobil tersebut dan tepat mengenai kepala mantan sekretarisnya.
"Aw .. kau itu sengaja ya?" Pekik Dila mengelus kepalanya.
"Tentu saja iya." Jawab Aiden singkat. "Dan jangan lupa tutup pintunya." Aiden berkata dengan sangat datar.
"Dasar manusia jadi-jadian." Geram Dila. Dan dengan terburu-buru Dila pergi dari Kantor Aiden.
Setelah melihat Dila pergi, Aiden menyuruh Jack untuk mempersiapkan semuanya agar Dila tidak melakukan kesalahan didepan Grandma Irene.
"Apa aku harus merubah penampilannya tuan?"
"Tidak perlu!" Jawab Aiden singkat. "Mau kau merubah penampilannya seperti apa pun dia akan tetap jelek." Gumam Aiden, tertawa geli mengingat penampilan Dila tadi yang terlihat sederhana dan apa adanya.
..............
Mansion keluarga Graham.
Seperti yang sudah di sepakati kemarin. Dila mengendarai mobilnya menuju mansion keluarga Graham. Tadinya Aiden menyuruh Jack untuk menjemputnya, namun Dila langsung menolaknya. Karena Dila tidak ingin Jack dan Aiden tahu dulu tentang keluarga dia yang sebenarnya. Dila juga tidak lupa membawa sebuket bunga mawar kesukaan Grandma Irene. Karena kemarin Jack bilang padanya, kalau Grandma Irene sangat menyukai bunga mawar.
Setelah sampai di pintu masuk. Dila langsung dibawa oleh pelayan pria menuju ruang tengah dimana ada Tuan Aiden, yang duduk di sebelah wanita cantik yang kemarin bertemu dengannya. Dan didepan mereka duduk seorang wanita yang terlihat sudah tua namun tetap terlihat aura kepemimpinan yang berwibawa.
"Maaf aku terlambat." Ucap Dila dengan gugup karena kini ada tiga pasang mata yang menatap padanya.
"Duduklah sayang." Ujar Aiden menunjuk tempat duduk disebelahnya.
Dengan perlahan Dila berjalan dan duduk disebelah Aiden.
"Oh ya, aku membawa bunga mawar untukmu Grandma." Dila menyerahkan buket mawar merahnya kepada Grandma Irene. Namun Grandma Irene diam saja tidak menerima pemberian Dila. Membuat Viola tersenyum penuh kemenangan.
"Kenapa kau membawa mawar merah?" Bisik Aiden ditelinga Dila.
"Kemarin Jack memberitahuku, Grandma menyukai mawar." Balas Dila dengan berbisik.
"Grandma memang sangat menyukai mawar, tapi mawar putih bukan mawar merah." Bisik Aiden berusaha menahan kekesalannya. Karena di awal pertemuan dengan Grandma Irene, Dila sudah melakukan kesalahan.
"Iya mana aku tahu kalau mawar nya harus yang berwarna putih, karena Jack tidak bilang mawar putih. Lagi pula semua mawar itu sama bagiku, sama-sama wangi dan indah." Balas Dila dengan suara yang agak meninggi.
"Hem ... " Suara berdeham Grandma Irene membuat Dila dan Aiden langsung terdiam.
"Siapa namamu?" Tanya nyonya besar pada wanita yang memakai kacamata besar dengan tampilan yang sangat sederhana dan tidak lupa deretan kawat gigi yang menghias di giginya.
"Dila." Jawab Dila dengan tersenyum.
"Apa kau tahu tujuanku ingin bertemu denganmu?" Tanya nyonya besar dengan suara yang berwibawa dengan sorot mata tajam.
"Aku tahu Grandma." Jawab Dila
"Aku tidak akan basa-basi lagi karena kau sudah tahu semuanya." Nyonya besar kini menatap pada Viola dengan tersenyum. "Aku hanya ingin cucuku menikah dengan wanita pilihanku. Tapi karena cucuku Aiden sudah mempunyai pilihan hatinya. Maka aku akan bersikap adil untuk memberikan kesempatan juga padamu." Ujar nyonya besar, membuat Viola terkejut mendengar keputusan Grandma Irene.
"Grandma!" Seru Viola dengan suara yang tertahan.
"Aku belum selesai bicara!" Nyonya besar kini menatap tajam pada Viola. Dia paling tidak suka jika ucapannya yang belum selesai langsung dipotong oleh seseorang.
"Maaf Grandma." Viola menundukan kepalanya.
"Kalian tentu sudah tahu kalau Aiden sudah mempunyai seorang putri? Nyonya besar menatap pada Viola dan wanita yang duduk disebelah Aiden secara bergantian.
"Iya Grandma." Jawab Viola dan Dila secara bersamaan. Hingga membuat mereka saling menatap.
"Karena kalian berdua sebagai calon istri cucuku, maka aku ingin kalian selama satu minggu ini tinggal di mansion ini untuk mengurus Katie! Seru nyonya besar.
Membuat Dila dan Viola langsung terkejut dan menelan salivanya dengan susah. Karena sudah membayangkan bagaimana sulitnya dan pusingnya untuk menghadapi seorang anak yang bernama Katie.
"Baik Grandma." Jawab Viola dengan tersenyum.
Nyonya besar kini menatap pada calon Aiden yang masih terdiam dengan wajah yang tampak terkejut.
Aiden yang tahu Grandma Irene menunggu jawaban dari Dila yang tampak melamun. Langsung menginjak sepatu Dila.
"Aww ... " Pekik Dila, menatap tajam pada Aiden yang sudah menginjak kakinya.
"Jadi bagaimana Nona -- " Nyonya besar terdiam karena lupa nama calon yang dibawa Aiden.
"Dila, Grandma. Dan aku bersedia tinggal selama satu minggu di mansion ini." Jawab Dila dengan sedikit ragu.
"Baiklah pembicaraan sudah selesai, dan aku masuk dulu!" Nyonya besar berdiri dari duduknya, dan langsung berjalan perlahan dengan didampingi para pelayan dan Bodyguardnya.
Aiden yang masih duduk diantara Viola dan Dila, langsung berdiri dan berjalan menuju tempat duduk yang tadi ditempati oleh Grandma Irene.
"Apa kau ingin pulang sekarang? Karena aku dan kekasihku ingin menikmati waktu berdua." Ujar Aiden pada Viola.
"Apa kau mengusirku?" Tanya Viola dengan tersenyum getir pada pria yang dicintainya.
"Kalau kau sudah tahu, kenapa masih bertanya?"
"Aku tidak mau pulang!" Viola menatap tajam pada Aiden.
"Kalau begitu aku saja yang pulang." Dila langsung berdiri dari duduknya.
"Aku masih merindukanmu sayang, jadi duduklah!" Aiden menatap Dila dengan tatapan membunuh.
Membuat Dila langsung duduk kembali ditempatnya. Kalau saja tidak ada wanita yang jadi saingan dirinya, Dila pasti sudah keluar dari mansion tanpa memperdulikan sama sekali perkataan Aiden.
Viola yang melihat interaksi antara Aiden dengan wanita yang bernama Dila, langsung tertawa dengan sangat keras. Membuat Dila dan Aiden bingung.
"Sayangku Aiden Tama Graham. Aku tahu betul kau dan wanita itu bukan sepasang kekasih! Benarkan Nona Dila?" Tanya Viola dengan tersenyum sinis.
"Tama." Gumam Dila kembali yang teringat akan Dad nya yang juga berkata nama panjang tuan Aiden adalah Aiden Tama Graham.
"Omong kosong macam apa itu!" Seru Aiden menggelengkan kepalanya.
"Aiden sayang, aku ini tahu betul siapa dirimu! Apa kau lupa? Kita sudah lama bersama." Viola kembali tertawa.
"Tapi kau juga lupa, sudah dua tahun belakangan ini kau tidak ada di sampingku Viola? Dan setiap manusia pasti akan berubah!" Jawab Aiden dengan datar.
"Viola ... ! Tama ... !" Seru Dila dengan suara yang tercekat. Membuat Aiden dan Viola langsung menatap Dila.
"Jangan bilang kalian dulu bersekolah di British School Jakarta?" Tanya Dila dengan menaikan kacamatanya yang melorot saking terkejutnya mendengar dua nama yang sangat diingatnya.