Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesedihan Lala
Alika berlari keluar dari ruangan Farel dan hendak ingin menyusul Lala. Namun Lala sudah berada di dalam lift dan pintu lift pun akan segera tertutup. Beruntung Alika dengan kecepatan larinya bisa menyusul Lala dan berhasil berada dalam lift yang sama.
Adegan saling tatap terjadi di antara para tim Farel, bingung dengan keadaan yang terjadi.
"Sebenarnya ada apa?"
"Kenapa wanita yang keluar dari ruangan Pak Farel tadi menangis?"
"Kau tadi dengar tidak, kalau Pak Farel berteriak?"
"Kenapa Alika menyusul wanita tadi?"
"Aku jadi penasaran, sebenarnya di dalam tadi ada masalah apa?"
"Sudah-sudah jangan di bahas lagi. Apa kau ingin Pak Farel marah seperti dulu ketika kita menguping pembicaraan Pak Farel dan Alika?"
Dan akhirnya pembicaraan tim Farel berhenti dengan pikiran masing-masing.
Di dalam lift Lala sudah menekan tombol satu untuk turun ke bawah namun Alika menekan tombol tiga puluh satu yang mengantarkan mereka ke atap gedung perusahaan.
Melihat Alika menekan ke atas, Lala lalu menekan lagi tombol ke bawah dan Lala melakukannya sambil menangis.
Hingga mereka berkali-kali terlihat menekan tombol ke atas dan ke bawah.
"Aku mau pulang..!" Kata Lala sambil menangis dan memukul Alika.
"Lala..." Alika mencoba menenangkan Lala sambil memegang lengan Lala supaya dia berhenti memukuli dirinya.
"Aku mau pulang kak..." kata Lala lagi berontak, berharap Alika melepaskan tangannya.
"Lala...tenang..." Alika masih berusaha menenangkan Lala.
"Aku mau pulang...aku mau pulang kak...aku mau pulang..." kata Lala sambil menangis dan memeluk Alika.
Alika tak bisa berbuat banyak, meski dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada dua saudara itu namun melihat sikap Farel ke Lala, dia tau pasti keluarga Wijaya sedang tidak baik-baik saja.
*
Selang beberapa menit mereka sudah duduk di bangku atap gedung Wijaya Group. Entah siapa yang menaruh bangku panjang di atap gedung ini tapi dengan kehadiran bangku tersebut mereka bisa duduk dengan nyaman, meski terik matahari sudah berada pada puncaknya.
Lama mereka berdua terdiam, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya.
Lala menghela nafas berat. "Kakak pasti ingin bertanya tentang hubunganku dengan kak Farel kan?"
"Tidak!" Alika menjawab sambil menggelengkan kepalanya, lalu dia melihat Lala dari arah samping. "Setiap manusia mempunyai hak untuk tidak menceritakan masalah kehidupannya kepada orang lain," kata Alika.
Lala menatap mata Alika lekat-lekat, tanpa terasa air matanya jatuh kembali. Menangis sampai sesegukkan sambil menundukkan kepalanya dalam.
"Sabar..." kata Alika seraya memegang tangan Lala. "Semuanya pasti akan ada hikmahnya," mencoba menenangkan Lala.
"Kak Farel membenciku karena Mama meninggal saat melahirkan ku," kata Lala mulai bercerita di sela-sela tangisannya.
Kini Alika dapat mengerti kenapa sikap Farel begitu dingin pada Lala padahal dia adalah adik kandungnya sendiri.
Lala mencoba menarik nafas pelan agar rasa sesak di dadanya dapat hilang. "Kata Papa saat akan melahirkan ku Mama sudah tau ada kejanggalan dalam kandungannya. Dan dokter sudah memberitahu akan hal itu, tapi entah kenapa Mama malah lebih menyelamatkan aku daripada dirinya," kini Lala kembali menangis.
"Mama kamu pasti punya alasan sendiri kenapa dia mempertahankan kandungannya dan memilih kamu lahir ke dunia ini," jawab Alika yang masih setia memegang tangan Lala.
"Tapi itu malah membuat Kak Farel benci sama aku kak.." kata Lala yang saat ini sudah bisa mengontrol emosinya.
"Kakak rasa Pak Farel tidak sebenci itu ke kamu, dia pasti lagi banyak pikiran saat ini karena pekerjaan di kantor memang lagi menumpuk," kata Alika mencoba menghibur Lala.
Lala menggelengkan kepalanya. "Kak Alika salah! Apa kak Alika tau kenapa Papa sampai mengirim aku untuk kuliah di Amerika? Itu karena Papa gak mau ngeliat aku terus-terusan di maki oleh kak Farel karena kematian Mama." Lala kembali menangis. "Aku bukan anak TK kak, yang bisa kakak hibur dengan bilang kalau kak Farel lagi sibuk."
"Maaf kakak salah," jawab Alika.
Lala lalu menatap Alika. "Kenapa kakak minta maaf, kak Alika gak salah sama sekali." Saat ini Lala benar-benar merasa bersalah dengan omongannya sendiri.
Alika tersenyum. "Mau Kakak kasih saran supaya kamu bisa tenang menghadapi segala urusan di dunia ini," kata Alika.
"Apa?" Lala begitu penasaran dengan saran Alika.
"Sholat..." jawab Alika sambil tersenyum.
Lala mengerutkan keningnya, dia memang beragama Islam tapi untuk sholat dia bahkan lupa caranya. Dulu waktu kecil dia pernah mengaji namun seiring berkembangnya zaman dan Lala di haruskan untuk menempuh pendidikan di luar negeri dia melupakan tradisi agamanya sendiri.
"Jika kamu bingung, marah, sedih jangan pernah sekalipun meninggalkan sholat. Karena dengan sholat niscaya hati kita akan tenang." Penjelasan Alika membuat Lala diam terpana.
"Jangan pernah lagi mengatakan akan mengakhiri hidupmu, karena Allah sangat membenci umatnya melakukan hal bodoh seperti itu," lanjut Alika.
"Pak Farel sudah membencimu, apa kamu mau Allah juga membencimu?" tanya Alika yang tanpa sadar Lala menggelengkan kepalanya.
*
Kini Lala sudah berada di dalam kamarnya, duduk di pinggiran ranjang. Memikirkan kembali kata-kata Alika yang menenangkan jiwanya.
Lalu dia berjalan membuka laci meja nakas di samping tempat tidurnya. Disana terdapat beberapa obat tidur yang biasa dia konsumsi karena dia menderita insomnia.
Kesulitan tidurnya bukan karena dia susah tidur, melainkan beban berat dalam hidupnya. Memiliki satu-satunya saudara kandung yang sampai saat ini belum bisa menerimanya.
Lala mengambil beberapa obat tidur, teriakan Farel tadi di kantor membuat hatinya terluka lalu dengan tidak sabar dia menumpahkan semua obat tidur itu di telapak tangannya.
Menimang kembali akan meminum semua obat tidur itu. Lalu sesaat dia teringat kata-kata Alika.
'Sholat lah... karena dengan sholat niscaya hati kita akan tenang'
'Jangan pernah lagi mengatakan akan mengakhiri hidupmu, karena Allah sangat membenci umatnya melakukan hal bodoh seperti itu'
'Pak Farel sudah membencimu, apa kamu mau Allah juga membencimu?'
Kalimat itu kembali terngiang di kepala Lala. Alika orang yang baru beberapa minggu dia temui, orang yang selalu ada saat dia terpuruk.
Lala kembali menangis mengingat kata-kata Alika. Sesaat dia menghapus kasar air matanya, menaruh kembali obat tidur yang sudah dia genggam ke dalam laci meja nakas.
Lalu dia mengambil tas dan kunci mobil yang berada di atas meja kamarnya. Sedikit berlari menuruni tangga, sampai-sampai panggilan dari asisten rumah tangganya tidak dia hiraukan.
Dia terus menyetir dengan tenang, menoleh kesana dan kemari melihat beberapa toko di jalanan Ibukota.
Setelah mendapatkan toko yang ia cari, lantas Lala memarkirkan mobilnya di area parkir toko tersebut.
Berjalan memasuki toko dan melihat beberapa lorong toko yang di sekat-sekat menggunakan rak yang terbuat dari kayu.
Saat ini Lala berada di toko buku, mencari beberapa buku yang ia inginkan. Dari satu rak pindah ke rak yang lain, sampai-sampai tangannya penuh dengan puluhan buku lalu ia berjalan ke kasir toko.
"Saya mau membeli ini semua!" kata Lala sambil menaruh puluhan buku di meja kasir.
Kasir yang melihat tumpukan buku agak heran, namun pembeli adalah raja. Setiap buku yang di beli tidak perlu di pertanyakan. Dan kasir pun memulai menghitung jumlah buku yang di beli oleh Lala. Beberapa buku tuntunan sholat dalam berbagai jenis, dari iqro jilid satu sampai jilid enam, tak lupa Al Qur'an pun ia beli dalam berbagai jenis juga.
Karena sesungguhnya Allah berfirman melalui QS Az-Zumar ayat 53 yang berisi :
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.