NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku, Ibu

Jangan Salahkan Aku, Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Bullying dan Balas Dendam / Hamil di luar nikah / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:300
Nilai: 5
Nama Author: Widhi Labonee

kisah nyata seorang anak baik hati yang dipaksa menjalani hidup diluar keinginannya, hingga merubah nya menjadi anak yang introvert dengan beribu luka hati bahkan dendam yang hanya bisa dia simpan dan rasakan sendirian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widhi Labonee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternyata benar aku cuma anak pungut

Berada di Ponorogo selama dua hari serasa dua abad bagi Tiwi. Bukan karena dia harus mandi di mata air, harus membantu sang nenek naik turun bukit mengambil air bersih, atau tidur di dipan kayu tanpa kasur empuk. Tetapi lebih kepada dia kembali harus mendengar ucapan dari para istri pamannya yang selalu menyamakan wajahnya dengan sang ibu kandung. Dan kabar akan datangnya orang yang bernama Rosalina Lavani itu yang sudah sampai ke telinga mereka dan membuat Tiwi semakin risih karena terus ditanya seandainya ketemu nanti bagaimana sikapnya. Sedangkan dirinya saja tidak tau apa bisa bertemu muka nantinya. Belum lagi, kembali dia harus merelakan beberapa bajunya untuk diminta para sepupunya. Yang jika dia berani menolak maka akan dibandingkan dengan sikap adik-adiknya dari kota M yang merupakan anak dari istri lain sang bapak yang katanya tidak pernah pelit memberi apapun yang mereka minta itu. Dan Tiwi sangat benci dibandingkan!!!

Hari ini mereka pun pulang, akhirnya…. Good bye Hell !!!

—------------

Siang itu, Tiwi berdiri di pojok rumah mbak Anik, dia sedang menunggu seseorang, yang katanya akan datang menemuinya dan membicarakan hal penting. Tadi teman masa kecilnya yang beda sekolah, memberi tau jika mas Rudy ingin bertemu.

Dari gang depan tampak seorang pemuda berjalan kearahnya, dengan memakai celana jins dan kaos oblong putih bergaris biru tua melingkar leher, dan topi hitam menutupi kepalanya. Semakin dekat dan akhirnya sampai di depannya, pemuda itu tersenyum manis.

“Dek, bagaimana kabarmu?” Sapanya lembut.

Tiwi balas tersenyum padanya,” Baik Mas…”

“Maafkan aku jika sempat mengecewakanmu karena di labrak oleh Iis. Dia bukan pacarku Dek. Sumpah !! Aku dulu hanya sempat menolongnya dari kejaran lelaki nggak jelas dengan mengakui sebagai pacarnya. Hingga cowok itu akhirnya menyerah mengejarnya. Setelahnya ya sudah, biasa saja. Nggak ada hubungan apapun antara kami. Kalau dia mengakui aku sebagai pacarnya itu bohong Dek. Jangan percaya. Atas nama dia aku mohon maaf Dek, karena sudah menyakiti hatimu dengan kata-katanya. Jangan dimasukin hati ya…ku mohon.. percayalah padaku Dek,” Rudy berkata sembari memegang kedua tangan Tiwi. 

“ Kamu percaya aku kan Dek?” tanya Rudy meyakinkan.

“Iya Mas,, aku percaya…” jawab Tiwi pelan.

Rudy memberikan sebuah surat yang lansung Tiwi masukkan kedalam sakunya. 

“Tunggu aku ya Dek, aku akan memantaskan diriku buat menjadi pendampingmu kelak. Bersabarlah menungguku…aku pastikan aku akan kembali ke sisimu dalam versi yang terbaik, akan aku buktikan dengan nyata bukan hanya dalam kata Dek.. percayalah…” Rudy berkata dengan menatap wajah Tiwi yang sendu. 

Hingga tiba-tiba….

“TIWI !!! PULANG !!!” Teriak Riyanti yang datang dari rumahnya dan langsung menyeret Tiwi dengan kejam kembali kerumah. Rudy yang melihatnya menjadi tidak tega, ingin ia membela gadis pujaannya itu. Tapi tatapan tajam dari wanita yang katanya ibu dari Tiwi itu sembari menudingnya,” Pergi kamu dari sini, anak ini belum waktunya mengenal pacaran ! Jangan bawa pengaruh buruk untuk anakku, pergi kamu !!” usirnya dengan kasar kepada Rudy.

Pemuda itu hanya bisa terdiam terpaku menyaksikan Tiwi yang terus disakiti dengan di tampar dan di jewer serta diseret kasar itu.

—-----------

Brugh.

Gadis remaja itu di lempar ke lantai oleh sang Ibu. Dengan amarah yang menggelegak Riyanti menendang tubuh kurus Tiwi beberapa kali. Ismawan yang keluar dari dalam rumah pun ikut menghajar gadis remaja yang sudah lemas itu.

“Bangun !! Ayo banguunn !!” Ismawan menyuruh Tiwi bangun dari lantai.

Dengan sempoyongan Tiwi mencoba berdiri berpegangan tembok.

Bu Mirah yang melihatnya dan ingin menolong di cegah oleh Riyanti.

“Jangan ikut-ikut Bu! Apalagi membelanya! Kali ini kesalahannya fatal! Dia sudah berani pacaran di usia sedini ini. Kalau dibiarkan bisa bahaya! Apa kamu nggak takut kalau kamu ham*l duluan hah?! Bodoh kamu Wi !” Bentak Riyanti sambil menjambak rambut Tiwi.

Ismawan yang mendengar hal itu langsung murka. 

“Benar kamu pacaran hah?! Benar ??? Jawab!!! Kamu punya mulut !! Jawab !!” Bentak Ismawan pada anaknya.

Tiwi hanya diam tak bergeming. Hatinya sangat sakit diperlakukan seperti itu dihadapan Rudy tadi. Meskipun badannya sakit semua karena dihajar, di tendang, di gampar, dijambak, dia tetap tidak menangis. Hanya meringis karena rambutnya yang ditarik keras oleh ibunya ini..

Plakkkk !! Plaakkk!!

Dua kali tamparan Tiwi terima dari Bapaknya.

“Ngaku kamu Wi ! Jawab !!” Teriak Riyanti kalap.

Tiba-tiba…

Jeduaaaghh!!!

Kepala Tiwi ditarik Ismawan dan di benturkan pada ujung kusen pintu. Cheesss… Tiwi merasakan ada darah yang mengalir di rambutnya. Kepalanya sakit sekali. Kesadarannya mulai menipis. Apalagi saat dia mendengar teriakan sang Nenek.

“Jangan sakiti anak itu! Aku yang mengambilnya! Aku yang mengadopsinya ! Bukan kamu Riyanti!! Aku yang merawatnya sejak bayi ! Dia itu cuma anak-anak! Kalau kalian keroyok dia bisa mati ! HENTIKAAANN !!” Bu Mirah berteriak sambil memeluk tubuh Tiwi yang merosot ke lantai perlahan-lahan. Saat hampir pingsan, Tiwi samar-samar masih mendengar isak tangis bu Mirah. 

“Kamu nggak pernah bisa punya anak Ti! Kalau kamu masih kejam pada anak yang tak berdosa ini! Kamu kejam Is! Kamu nggak pernah berubah! Tiwi bukan pembawa sial dalam hidupmu! Tapi kamu yang bodoh mengelola usahamu sampai bangkrut! Ingat, kamu dulu hampir membuang bayi ini ke sumur ! Kalau aku tidak mencegahnya, mungkin bayi ini sudah mati didalam sumur karena ulahmu Is ! Kamu jahat!!” Bu Mirah histeris dan mencoba mengangkat Tiwi ke kamar, tapi dia terkejut melihat kepala Tiwi berdarah. 

“Tolong… kepala cucuku berdarah..!” Teriaknya kalut.

Riyanti kaget dan mendekati Tiwi, dipegangnya kepala sang anak, ada bercak darah ditangannya..

“Mas.. bagaimana ini..”

Ismawan pun terkejut, segera dia gendong Tiwi dan dibaringkan di dipan. Anak itu telah pingsan.

—--------

Rasa sakit dikepala yang Tiwi rasakan membuat pandangannya kabur. Dia melihat sekeliling, rupanya dia sudah di pindah ke tempat tidur di kamar sang nenek.

Bu Mirah masuk membawa ember berisi air hangat dan juga handuk kecil. Dia berniat membersihkan wajah dan juga luka di kepala Tiwi yang berdarah dan melekat di rambut panjang milik Tiwi itu.

Dengan telaten, di waslap nya pelan-pelan bekas darah di kepala cucunya ini. Setetes air mata meluncur di pipinya yang mulai keriput itu. Tiwi memperhatikan dengan penuh keharuan. Di pegang nya lengan neneknya, dia berusaha bangkit dan duduk dengan susah payah. Kemudian dipeluknya tubuh ringkih sang Nenek.

"Terimakasih Mbah, sudah menyelamatkan aku dulu dan sekarang. Jika nggak ada mbah, mungkin aku tidak bisa tumbuh sampai sebesar ini.. terimakasih telah memungut ku menjadi cucumu mbah.. aku sayang Mbah…” Tiwi berkata sembari terisak lirih.

Bu Mirah membalas pelukan Tiwi dengan erat. Dia ikut terisak.

“Kamu adalah cucuku. Apapun itu namanya aku tidak peduli. Yang pasti, Kamu adalah cucuku yang sangat aku sayangi..”ucapnya pelan.

Suasana haru menyelimuti kamar itu. Untuk beberapa saat mereka saling diam.

“Apakah benar tuduhan ibu mu tadi Wi?” tanya Bu Mirah pada Tiwi.

“Nggak Mbah, aku nggak pacaran. Dia juga datang hanya untuk pamitan pergi. Bukan untuk janjian mau kemana-mana. Aku tau diri kok Mbah. Lagian umurku juga masih segini, aku nggak sebodoh itu Mbah..”

“Tapi Ibumu bilang tadi melihat Dia memegang tanganmu Wi.”

“Iya, memang, karena dia minta maaf padaku yang sempat dilabrak Iis yang mengaku sebagai pacarnya itu Mbah. Mas Adi saksinya, saat Iis memaki aku seenak mulutnya di tepi jalan beberapa hari yang lalu.”

“Iis anaknya Bu Jono?”tanya Bu Mirah memastikan.

Tiwi mengangguk.

Aduhh .. kepalanya terasa pening dan pusing digerakkan.

“Jangan banyak gerak dulu kamu Wi, tidurlah…”

“Mbah… kalau memang ibu dulu tidak menyukai aku, mengapa mau mengadopsi ku? Kenapa nggak dibiarkan saja aku mati saat itu Mbah…”

“Hush..Nggak usah omong yang aneh-aneh kamu .. pokoknya yang ambil Kamu dari ibu kandungmu itu aku. Titik!”

Tiwi pun diam. Dilihatnya wajah neneknya yang sendu dan sedih itu. Dia tidak tega….

Pintu kamar itu dibuka dari luar. Riyanti masuk dengan langkah pelan.

“Bagaimana kepalamu?” Tanyanya pada Tiwi.

Tiwi hanya diam. Dia masih malas bicara dengan ibu angkatnya ini. Hatinya masih sakit.

“ Baiklah kalau kamu tidak mau jawab. Teruskan saja, sampai Kamu jadi bisu beneran.” Kata Riyanti sinis.

“Kamu tidak mengaku pun tadi aku melihat sendiri pemuda kampungan itu memegang tanganmu. Gitu katanya nggak pacaran! Munafik!”

Amarah Tiwi yang sudah mereda kembali terpancing. Dengan sigap dan memaksakan diri, dia berlari ke dapur, lalu kembali dengan membawa sebuah pisau dapur yang kemudian dia serahkan pada Riyanti.

“Ini Bu. Bun*h saja aku jika kamu tidak bisa mempercayaiku ! Toh aku bukan anak kandungmu. Aku cuma anak pungut !” Teriak Tiwi histeris.

“Aku nggak pernah minta dilahirkan ! Aku nggak minta dipungut! Dan aku bukan pembawa sial!!!” Anak gadis itu berteriak sekali lagi lalu pingsan kembali.

“Keluar kamu Riyanti!! Keluar!! Kamu bukan ibunya! Pergi Kamu dari kamarku!” Usir Bu Mirah dengan marah…

*********

Kasian Tiwi....

1
Widhi Labonee
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!