NovelToon NovelToon
GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Aplikasi Ajaib
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

Hancurnya Dunia Aluna Aluna Seraphine, atau yang akrab dipanggil Luna, hanyalah seorang siswi SMA yang ingin hidup tenang. Namun, fisiknya yang dianggap "di bawah standar", rambut kusut, kacamata tebal, dan tubuh berisi, menjadikannya target empuk perundungan. Puncaknya adalah saat Luna memberanikan diri menyatakan cinta pada Reihan Dirgantara, sang kapten basket idola sekolah. Di depan ratusan siswa, Reihan membuang kado Luna ke tempat sampah dan tertawa sinis. "Sadar diri, Luna. Pacaran sama kamu itu aib buat reputasiku," ucapnya telak. Hari itu, Luna dipermalukan dengan siraman tepung dan air, sementara videonya viral dengan judul "Si Cupu yang Gak Tahu Diri." Luna hancur, dan ia bersumpah tidak akan pernah kembali menjadi orang yang sama.

Akankah Luna bisa membalaskan semua dendam itu? Nantikan keseruan Luna...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 : BADAI DI BALIK KEHENINGAN

Aula SMA Pelita Bangsa seketika membeku. Suara Madam Celine yang berat dan penuh wibawa seolah-olah menyedot semua oksigen di ruangan itu. Reihan, yang tadi berdiri tegak dengan mikrofon di tangannya, kini tampak seperti patung lilin yang mulai meleleh di bawah sorot mata sang Madam.

Siapa yang tidak mengenal wajah itu? Wajah yang sering menghiasi sampul majalah bisnis dunia. Pemilik Seraphine Corp, pemegang kendali atas rantai pasokan teknologi dan kecantikan global.

"Madam Celine..." gumam Kepala Sekolah dengan suara yang gemetar. Ia segera berlari turun dari podium, mengabaikan protokol acara, hanya untuk membungkuk dalam di depan wanita tua itu.

Madam Celine tidak meliriknya. Matanya yang tajam, yang tersembunyi di balik kacamata berlensa tipis, tertuju langsung pada layar besar yang masih menampilkan hinaan terhadap mendiang ibu Luna.

"Penipu?" Madam Celine mengulang kata itu dengan nada yang sangat dingin. "Apakah sekolah ini mengajarkan murid-muridnya untuk menghakimi seseorang berdasarkan masa lalu yang bahkan belum terbukti kebenarannya?"

Reihan mencoba mendapatkan kembali keberaniannya. Ia adalah seorang Dirgantara, ia merasa tidak boleh terlihat lemah. "Madam, maafkan kelancangan saya. Tapi kami hanya ingin memastikan bahwa donasi yang dikumpulkan tidak jatuh ke tangan yang salah. Aluna Seraphine memiliki rekam jejak yang..."

"Tutup mulutmu, anak muda," potong Madam Celine dengan satu gerakan tangan yang singkat. "Aku tidak datang ke sini untuk mendengar analisis moral dari seorang remaja yang bahkan tidak tahu cara menghormati wanita."

Madam Celine menoleh ke arah Luna. Luna berdiri mematung, air matanya masih membasahi pipi, wajahnya pucat pasi. Hatinya hancur berkeping-keping karena rekaman suara ibunya, namun kehadiran wanita tua ini memberikan rasa aman yang aneh, rasa aman yang terasa akrab, seperti pelukan yang sudah lama hilang.

Madam Celine menatap Luna cukup lama. Ada kilatan emosi di matanya kerinduan, rasa sakit, dan kebanggaan, namun ia segera menekannya kembali. Luna belum siap. Dunia belum boleh tahu siapa dia sebenarnya.

"Xavier," panggil Madam Celine tanpa menoleh.

Xavier, yang tadi berdiri di pojok ruangan, melangkah maju. Ia masih memakai penyamaran cupunya, namun cara ia berjalan di samping Madam Celine membuat orang-orang mulai bertanya-tanya.

"Ya, Madam?" jawab Xavier pelan.

"Urus sampah di layar itu. Dan pastikan siapa pun yang meretas sistem sekolah malam ini untuk mempermalukan gadis ini, mendapatkan konsekuensi yang setimpal."

Xavier mengangguk. Ia tidak butuh waktu lama. Hanya dalam hitungan detik, layar besar itu menjadi hitam. Saat menyala kembali, bukan lagi hinaan yang muncul, melainkan data transaksi bank asli milik ibu Luna yang menunjukkan bahwa hutang tersebut sebenarnya telah dilunasi sepuluh tahun yang lalu oleh sebuah rekening anonim, namun disembunyikan oleh pihak penagih hutang nakal.

Seluruh aula bergumam. Jadi, selama ini Luna bukan anak penipu? Dia adalah korban konspirasi finansial?

"Seseorang telah memalsukan data untuk menghancurkan hidup seorang siswi," ucap Xavier sambil menatap tajam ke arah Kevin yang mulai berkeringat dingin di kursi operator.

Reihan mengepalkan tangannya. Rencananya gagal total. Bukan hanya gagal, tapi kehadiraan Madam Celine telah menghancurkan otoritasnya dalam semalam.

Setelah kekacauan itu diredam, Madam Celine pergi secepat ia datang, meninggalkan misteri besar di sekolah. Namun, sebelum pergi, ia sempat membisikkan sesuatu pada Kepala Sekolah yang membuat wajah pria itu pucat pasi: "Jika seujung rambut gadis itu terluka lagi, sekolah ini akan rata dengan tanah sebelum fajar."

Luna terduduk di bangku luar aula, mencoba menenangkan jantungnya. Xavier datang membawakannya segelas air putih.

"Kenapa dia menolongku, Xavier?" tanya Luna dengan suara yang masih serak. "Madam Celine... wanita sehebat itu... kenapa dia peduli pada gadis cupu sepertiku?"

Xavier duduk di sampingnya. Kali ini, ia melepas kacamata tebalnya sejenak untuk membersihkannya. Tanpa kacamata itu, tatapan mata Xavier terlihat begitu tajam dan berwibawa, namun Luna terlalu lelah untuk menyadarinya.

"Karena dia melihat apa yang aku lihat, Luna," jawab Xavier. "Dia melihat seorang pejuang. Seraphine Foundation tidak memilih orang sembarangan. Kamu sudah masuk dalam pengamatan mereka."

"Tapi Reihan... dia nggak akan berhenti, kan?"

"Tentu saja tidak," Xavier memakai kembali kacamatanya. "Reihan adalah tipe orang yang akan membakar seluruh hutan hanya untuk menangkap satu ekor kelinci. Tapi dia lupa... kelinci itu sekarang dilindungi oleh harimau."

Keesokan harinya, sekolah benar-benar berubah menjadi medan perang dingin. Selin telah menghilang, dikabarkan pindah ke pinggiran kota karena kemiskinan mendadak keluarganya. Geng cewek kini terpecah, kehilangan pemimpin mereka. Namun, Geng Reihan justru menjadi lebih berbahaya.

Reihan merasa dipermalukan secara pribadi. Ia tidak lagi peduli pada citra "pangeran sekolah". Ia ingin menghancurkan Luna dan Xavier dengan segala cara.

"Gue mau lo cari tahu hubungan Xavier sama Madam Celine," perintah Reihan pada Kevin di ruang OSIS. "Gue nggak percaya dia cuma murid pindahan. Dia pasti mata-mata atau anak simpanan atau apa pun. Gue mau titik lemahnya!"

"Rei, sistem Seraphine Corp itu kayak benteng baja. Gue nggak bisa masuk!" keluh Kevin.

"Pake cara manual!" bentak Reihan. "Ikuti dia! Cari tahu di mana dia tinggal! Dan Luna... gue mau Luna ngerasain apa yang Selin rasain. Kalau kita nggak bisa sentuh dia di sekolah karena pengawasan Madam Celine, kita sentuh dia di luar."

Babak baru penindasan dimulai. Bukan lagi penindasan terang-terangan di koridor, melainkan sabotase fisik yang membahayakan nyawa.

Sore itu, saat Luna sedang berjalan pulang melewati gang sempit menuju rumahnya, sebuah motor besar melaju kencang ke arahnya. Bukan motor biasa, motor itu melaju di trotoar sempit, sengaja mengincar tubuh Luna.

Luna membeku. Ia tidak sempat menghindar.

CITT!!!

Suara gesekan ban dengan aspal terdengar memekakkan telinga. Namun, tubuh Luna tidak terpental. Xavier muncul entah dari mana, menarik kerah baju Luna hingga gadis itu jatuh ke dalam pelukannya, sementara motor itu hanya berjarak beberapa milimeter dari kaki mereka.

Pengendara motor itu berhenti sejenak, membuka kaca helmnya itu adalah Bima, lalu tertawa sinis sebelum tancap gas meninggalkan mereka.

"Kamu nggak apa-apa?" suara Xavier terdengar sedikit panik sesuatu yang sangat jarang terjadi. Ia memegang bahu Luna, memeriksa apakah ada luka.

"Xavier... mereka... mereka mau membunuhku?" Luna gemetar hebat.

Xavier tidak menjawab. Matanya menatap ke arah motor Bima yang menghilang. Kilatan kemarahan yang luar biasa muncul di matanya. Tangannya mengepal hingga kuku jarinya memutih.

"Mereka sudah melewati batas," desis Xavier.

Ia merogoh ponselnya, tapi kali ini bukan ponsel retak itu. Ia mengeluarkan perangkat komunikasi yang lebih canggih.

"Lapor. Kode Merah," ucap Xavier dengan nada yang sangat dingin, yang belum pernah didengar Luna sebelumnya. "Aktifkan unit pembersihan. Jangan ada yang tersisa. Aku ingin Bima dan keluarganya tahu arti dari rasa takut yang sebenarnya malam ini."

Luna menatap Xavier dengan ngeri. "Xavier... apa yang kamu lakukan? Jangan... jangan jadi seperti mereka."

Xavier menatap Luna. Untuk pertama kalinya, Luna melihat sisi gelap Xavier. Sisi yang sangat haus akan darah dan pembalasan.

"Aku tidak menjadi seperti mereka, Luna," ucap Xavier sambil menyeka air mata di pipi Luna. "Aku hanya memastikan bahwa sampah-sampah ini tidak akan pernah punya kesempatan untuk menyentuhmu lagi."

Malam itu, dunia SMA Pelita Bangsa diguncang lagi. Ayah Bima, yang merupakan seorang pejabat kepolisian yang korup, mendadak terseret kasus suap besar yang bukti-buktinya muncul secara misterius di meja KPK. Bima sendiri dijemput paksa oleh pihak berwajib atas tuduhan percobaan pembunuhan terencana terhadap warga sipil berdasarkan rekaman dashcam tersembunyi.

Satu per satu, sepuluh target Luna mulai tumbang. Bukan oleh tangan Luna, tapi oleh tangan bayangan yang selalu berdiri di belakangnya.

Namun, di tengah semua pembalasan itu, Luna mulai merasa takut. Ia merasa Xavier bukan lagi teman "cupu"-nya. Ia merasa sedang dilindungi oleh sesuatu yang jauh lebih besar dan mengerikan daripada geng Reihan.

"Siapa kamu sebenarnya, Xavier? Dan kenapa kamu melindungiku dengan cara sekejam ini?" tanya Luna dalam hati, sementara ia melihat berita penangkapan Bima di televisi usangnya.

Penderitaan Luna di SMA belum berakhir, karena Reihan masih ada. Dan Reihan sedang menyiapkan serangan pamungkas yang akan memaksa Xavier mengungkap identitasnya sebelum waktunya.

1
Ayu Nur Indah Kusumastuti
😍😍 xavier
Ayu Nur Indah Kusumastuti
semangat author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!