NovelToon NovelToon
Istri Simpananku, Canduku

Istri Simpananku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / Ibu Pengganti
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fauzi rema

Revana Arnelita...tidak ada niatan menjadi istri simpanan dari Pimpinannya di Kantor. namun kondisi keluarganya yang mempunyai hutang banyak, dan Ayahnya yang sakit-sakitan, membuat Revana menerima tawaran menjadi istri simpanan dari Adrian Wijaksana, lelaki berusia hampir 40 tahun itu, sudah mempunyai istri dan dua anak. namun selama 17 tahun pernikahanya, Adrian tidak pernah mendapatkan perhatian dari istrinya.
melihat sikap Revana yang selalu detail memperhatikan dan melayaninya di kantor, membuat Adrian tertarik menjadikannya istri simpanan. konflik mulai bermunculan ketika Adrian benar-benar menaruh hatinya penuh pada Revana. akankah Revana bertahan menjadi istri simpanan Adrian, atau malah Revana menyerah di tengah jalan, dengan segala dampak kehidupan yang lumayan menguras tenaga dan airmatanya. ?

baca kisah Revana selanjutnya...semoga pembaca suka 🫶🫰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fauzi rema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Bab 20

Hawa di puncak semakin menusuk. Angin bertiup dari celah-celah jendela besar villa, membuat tirai tipis berayun pelan. Api perapian berkeretak, menyala lebih terang, tapi tetap tak mampu sepenuhnya menghalau dingin yang merayap.

Revana masih dalam pelukan Adrian. Jantungnya berdegup keras, hampir menenggelamkan suara malam di luar sana. Tubuhnya gemetar, entah karena udara yang membeku atau karena getaran perasaan yang tak mampu ia kendalikan lagi.

Adrian membisikkan ucapan lembut di telinganya.

“Kamu dingin sekali… biar aku yang menghangatkanmu.”

Revana menahan napas, tubuhnya kaku sesaat. Tapi saat Adrian merapatkan selimut di sekitar mereka, seolah menciptakan dunia kecil hanya untuk berdua, pertahanan itu runtuh perlahan.

Ia menatap wajah Adrian dari jarak yang begitu dekat, wajah seorang pria matang itu malam ini terlihat lebih tampan, walaupun lelah oleh kehidupan, tapi di matanya terlihat penuh tekad. Ada magnet yang kuat, membuat Revana tak bisa berpaling.

“Pak… jangan kelewat batas, saya takut setelah malam ini Bapak akan… meninggalkan saya?”

Adrian menggeleng pelan, menatap matanya lurus.

“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku sudah terlanjur memilihmu, Rev. Malam ini bukan tentang nafsu, tapi tentang aku dan kamu… yang akhirnya berhenti melawan perasaan ini.”

Air mata hangat kembali turun di pipi Revana. Tapi kali ini bukan hanya takut, ada juga kelegaan, ada perasaan diterima yang selama ini jarang ia rasakan.

Adrian menyentuh wajahnya dengan lembut, lalu bibirnya mendekat. Revana sempat terpejam, tubuhnya menegang, lalu perlahan luluh ketika kehangatan itu menyentuhnya.

Adrian melumat lembut bibir Revana, semakin lama semakin dalam. Bibir mereka pun saling melumat, seolah mencari kehangatan di dalam sana.

Tak lama Adrian beralih mencium leher Revana dengan lembut, kemudian Adrian membawa tubuh Revana masuk ke dalam kamar.

"Pak..." bisik Revana, namun bibirnya kembali di bungkam Adrian, mengisyaratkan jika ia tak boleh menolak.

Adrian menjatuhkan tubuh Revana di atas ranjang, namun dengan cepat Adrian kembali menciumi leher Revana, tangannya sambil melepaskan baju yang melekat di tubuh Revana.

Adrian tidak bisa menahan lagi.

"Pak..." Revana menahan pergerakan tangan Adrian yang menggerayangi tubuhnya.

"Jangan begini Pak, ini salah.." kata Revana sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak Revana...kamu tidak bisa menolak..aku sudah kehilangan cara untuk membuatmu mau menikah denganku.." kata Adrian tegas.

Revana menggigit bibir bawahnya, ia jelas sekali ingin menolak apa yang sekarang Adrian lakukan, tapi Adrian pintar sekali membuat Revana semakin merasakan hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"ahh...Pak..." suara desahan Revana terdengar , tubuh Revana berdesir hebat, ketika Adrian menyesap salah satu payudaranya.

Adrian tersenyum penuh kemenangan ketika melihat wajah Revana yang mulai menikmati permainannya.

Adrian kembali melumat apa yang perlu ia lumat, ia kembali menyesap apa yang harusnya ia sesap, hawa dingin puncak kini berganti menjadi lebih hangat ketika kulit mereka saling melekat.

Adrian mengambil tangan Revana, kemudian meletakan tangan Revana ke arah sesuatu yang sudah bengkak di bawah sana. Revana sedikit terkejut, merasakan betapa perkasanya benda itu, sekilas raut wajahnya ragu, tapi lagi-lagi Adrian benar-benar membuatnya hilang akal.

"Kenapa ?" Tanya Adrian lagi dengan pelan.

"Pak..saya...saya takut..." ucap Revana dengan wajah yang semakin memerah.

"Jangan takut Revana, setelah ini kamu harus mau menikah denganku, sumpah demi apapun aku tak akan melepasmu." bisik Adrian.

Revana menggelengkan kepalanya. "Bukan itu...saya takut..punya bapak besar sekali.." ucap Revana sambil cepat-cepat menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Adrian terkekeh kecil mendengarnya, tapi ada rasa bangga ketika Revana mengatakan jika miliknya sangat besar.

"Pertama kalinya memang sakit, tapi aku akan lakukan pelan-pelan, aku nggak akan menyakitimu.." bisik Adrian.

Setelah mengatakan itu, Adrian melebarkan kedua paha Revana, ia memposisikan tubuhnya tepat di tengah-tengah paha itu.

Adrian mendorong miliknya menembus lembah yang masih berpagar, sedikit demi sedikit ia mendorong miliknya masuk.

"Pak...sakit..." ucap Revana, airmatanya menetes.

Adrian terkesiap saat menyadari seperempat dari miliknya yang masuk, tapi Revana sudah menangis kesakitan,

Adrian menurunkan tubuhnya, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Revana, ia kembali melumat lembut bibir Revana untuk menenangkannya. Sementara tangan kananya bergerilya memainkan dada Revana

"Hmmh...."

Saat Revana mulai tenang, Adrian malah sebaliknya, ia sempat berfikiran untuk menghentikan aktifitas terlarang ini, tapi dadanya semakin bergemuruh, membendung gejolak nafsu.

Sedikit demi sedikit dengan gerakan maju mundur, Adrian mulai menekan pinggulnya, ia terus mencoba menerobos benteng pertahanan Revana.

"Pak...aghhh..aghh...sakit..." ringis Revana sambil terpejam. Ia menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyeri yang tak pernah ia bayangkan.

"Arggh..." Adrian mengeram ketika berhasil menerobos masuk, kemudian ia memeluk tubuh Revana, berdiam diri sejenak.

"Aku dan kamu sudah bersatu Revana, aku janji setelah ini aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahimu, kamu tak boleh menolak, kamu milikku sekarang..." bisik Adrian.

Nafas Revana terengah-engah, ia tahu ini adalah dosa besar, tapi ketika mendengar ucapan Adrian hatinya sedikit lega, entah kenapa Ia sangat percaya pada Adrian.

Perlahan Bisma kembali menggerakan tubuh bagian bawahnya, sedekali ia mengecup kening Revana, bukan lagi hasrat nafsu semata, namun kasih sayang yang semakin nyata.

Suara desahan mereka memenuhi ruangan, Revana menikmati rasa nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya,

Mereka saling melepaskan hasrat yang membara, Adrian sampai tak bisa mendeskripsikan perasaannya. Adrian segera memacu kecepatan pinggulnya, membuat Revana semakin menggeliat dan mendesah. Sepertinya mereka akan sampai diujung pergulatan, kedua tangan Revana semakin memeluk erat punggung bidang Adrian, sementara Adrian semakin kesetanan menghujam miliknya kedalam lembah surga Revana.

"Pak...Pak..."

"Lepaskan Sayang...keluarkan..aku disini bersamamu...aku nggak tahan."

"Aghhhh..." Adrian mengeram, berhasil menyemburkan benih-benihnya di dalam. Revana merasakan ledakan hangat itu di bawah sana.

Bersamaan dengan itu tubuh Revana bergetar, nafas mereka bersahutan dalam keheningnya.

Mereka terkulai lemah, Adrian mengecup kening Revana, ada rasa bersalah tapi dalam lubuk hatinya dia bahagia, Revana miliknya sekarang.

Dingin malam semakin pekat, tapi keduanya tenggelam dalam kehangatan yang mereka ciptakan sendiri. Di balik dinding villa, di bawah cahaya api yang menari, Revana akhirnya membiarkan dirinya larut dalam keintiman bersama Adrian.

Itu bukan sekadar penyerahan tubuh, melainkan juga sebuah bisikan hati, campuran antara cinta yang terlarang, kerinduan, dan janji samar yang belum terucap.

Malam itu, untuk pertama kalinya, Revana berhenti melawan, sementara Adrian menggenggamnya seolah tak mau kehilangan.

⚘️

⚘️

1
Ma Em
Sudahlah Revana terima saja Adrian dan menikahlah dgn Adrian .
Ma Em
Revana sdh terima saja pemberian Adrian karena kamu emang membutuhkan nya , lbh baik cepatlah halalkan segera hubungan Revana dgn Adrian .
Ma Em
Adrian kalau benar serius dgn Revana segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn ditunda lagi , semoga Revana bahagia bersama Adrian .
Ma Em
Adrian segera resmikan hubunganmu dgn Revana jgn cuma janji 2 doang buat Revana hdp nya bahagia cintai dan sayangi Revana dgn tulus .
Ma Em
Semangat Revana tunjukan pesonamu pada sang calon mertua agar mereka bisa melihat ketulusan dan kebaikan hatimu Revana 💪💪💪
Ma Em
Ya terima saja Revana lamaran Adrian lagian Revana tdk salah2 amat karena emang Adrian sdh tdk bahagia hdp bersama istrinya karena istrinya Adrian tdk mau mengurusi suami juga anak2 nya .
Ma Em
Bagaimana Adrian tdk terpesona sama Revana jika Adrian selalu diperhatikan dan dilayani setiap keperluannya sangat berbeda jauh dgn sikap istrinya Adrian yaitu Nadya yg tdk pernah diperhatikan dan dilayani dgn baik sama istrinya
Ma Em
Pantas Adrian cari perempuan lain yg membuatnya nyaman , dirumah nya selalu dicuekin sama Nadya istrinya dan tdk pernah diurus semua keperluan suami dan anak2 nya .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!