Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.
Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.
Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.
Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Mengejutkan
Elina terkejut mendengar pernyataan Manaf. Wanita itu tidak tahu menahu soal Virni yang menjadi pecandu alkohol. Refleks dia melihat pada Virni. Manaf memberikan sebuah berkas pada Elina. Di sana tertera keterangan kalau Virni terdaftar sebagai pasien di poli jiwa. Wanita itu menjalani konsultasi dan terapi selama setahun lamanya. Virni juga sering mengikuti kegiatan sharing yang digagas oleh poli jiwa. Di mana para pecandu alkohol berkumpul dan saling berbagi pengalaman.
“Apa ini benar?” tanya Elina. Tidak ada jawaban dari Virni, namun dari sorot matanya, wanita itu mengakuinya.
“Saat malam di mana pelecehan yang dimaksud saksi anda terjadi, dia sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Dia tidak bisa membedakan mana kenyataan, mana yang bukan. Dia mengalami halusinasi dan menuduh klien saya melakukan pelecehan seksual. Padahal itu tidak pernah terjadi.”
“Tidak, bukan begitu. Dia yang sudah membuat saya mabuk!” sanggah Virni.
“Saya hanya menawarimu minum dan kamu langsung menyetujuinya.”
Tidak ada jawaban dari Virni, dalam hati dia mengakui kalau memang benar itu yang terjadi. Virni sudah pernah merasakan minuman beralkohol sebelumnya. Sang kekasih yang sudah mengenalkannya pada minuman tersebut. Minuman yang ditawarkan Yasa adalah minuman berkualitas, tentu saja wanita itu langsung menerima tawaran tersebut.
“Lima bulan setelah saksi dikeluarkan dari kantor, dia menjadi saksi kasus yang terjadi di klub malam. Kesaksiannya tidak diterima pengadilan karena dia berada dalam pengaruh alkohol dan tidak bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah. Benar bukan?”
Lagi-lagi Virni hanya terdiam. Dia benar-benar merasa kecolongan. Kesaksian Virni yang dianggap bisa menjadi jalan pembuka untuk membuat Yasa mengakui perbuatannya, justru menjadi boomerang untuknya.
“Kesaksian saksi saya minta dibatalkan. Apa yang dikatakannya kala itu tidak bisa dipertanggung jawabkan.”
Manaf menutup jalannya deposisi. Virni segera menyambar tasnya lalu keluar dari ruangan. Elina segera menyusul Virni. Ketika wanita itu hendak masuk ke dalam lift, Elina berhasil menyusulnya.
“Virni tunggu.”
“Apalagi yang mau kamu katakan? Kamu janji kalau kesaksian saya bisa membuat Yasa membayar semua perbuatannya. Tapi mana? Saya justru sukses dipermalukan di sini.”
“Saya tanya sebelumnya, apa ada yang mau kamu sampaikan pada saya. Tapi kamu tidak mengatakan apa-apa. Kalau kamu mengatakannya, saya akan mencari solusi untuk kasus ini.”
“Seharusnya saya tidak pernah datang ke sini.”
“Apa benar yang dia katakan kalau kamu ketahuan mabuk saat bekerja dan kamu diberhentikan karena alasan itu?”
“Ya, saya memang mabuk saat itu. Saya mabuk karena saya depresi. Setelah mencicipi tubuh saya, Yasa mau membuang saya begitu saja. Hubungan saya dengan kekasih saya hancur dan saya dituding rekan kerja sendiri sebagai wanita penggoda. Apa kamu bisa bayangkan keadaan saya saat itu?”
“Harusnya kamu mengatakannya pada saya!”
“Sudahlah. Aku keluar dari kasus ini. Semoga kamu bisa memberikan pelajaran pada predator itu.”
Setelah mengatakan itu, Virni segera masuk ke dalam lift. Elina menyugar rambutnya dengan kesal. Saat hendak kembali ke ruangannya, dia berpapasan dengan Manaf dan Yasa yang sudah berada di belakangnya.
“Saya sarankan hentikan kasus ini sebelum berkembang jauh. Selagi saya masih memberi kesempatan, atau klien anda akan menerima akibatnya.”
Dengan senyum penuh kemenangan, Manaf dan Yasa masuk ke dalam lift yang pintunya sudah terbuka. Wajah Elina menunjukkan kekesalan yang amat sangat. Dengan gusar, dia bermaksud kembali ke ruangan. Baru saja Elina hendak masuk, Feli, sekretaris Gerald meminta wanita itu ke ruangan sang atasan.
Setelah mengetuk untuk memberitahukan kehadirannya, Elina masuk ke dalam ruangan. Gerald mempersilakan wanita itu duduk di sofa. Gerald menyelesaikan dulu tugasnya, baru kemudian menghampiri Elina.
“Bagaimana?”
“Sulit, Bang.”
“Ada masalah apa?”
Elina pun menceritakan apa yang terjadi saat deposisi. Dia mengakui sudah ceroboh tidak menggali lebih dalam tentang Virni. Setali tiga uang, Virni pun menutupi hal tersebut dari Elina. Gerald memberikan selembar kertas yang dibawanya tadi dari meja.
“Wajar saja kalau kamu tidak menemukan data soal Virni yang melakukan konseling ke psikiater. Yasa sudah lebih dulu menutup akses ke sana. Dia tahu kamu akan mendatangkan Virni karena kamu menggali data tentang dirinya. Selain Rida, hanya Virni karyawan yang bermasalah dengannya.”
“Lalu selanjutnya bagaimana, Bang? Kalau diteruskan, aku ngga yakin akan bisa memenangkan kasus ini. Tapi kasihan Rida, pasti Yasa akan semakin menyulitkannya.”
“Kalau kamu tidak menemukan korban lain di dalam perusahaan, maka kamu harus mencarinya di luar. Gali lebih dalam tentang Yasa. Apa saja yang dilakukan pria itu. Di mana dia biasa beraktivitas. Kamu pasti bisa menemukannya.”
“Apa Abang yakin?”
“Ya. Dia sudah melakukannya dua kali pada Virni dan Rida. Pasti ada wanita lain yang menjadi korbannya. Lebarkan pencarian mu, jangan hanya berkutat di masa sekarang atau empat tahun ke belakang. Lihat lebih jauh lagi, siapa tahu ada yang kamu lewatkan.”
“Terima kasih, Bang. Aku akan melakukan seperti yang Abang bilang.”
“Semangat, El. Jangan menyerah. Klien menunggumu untuk memenangkan gugatannya.”
Kepala Elina mengangguk mantap. Semangatnya yang sempat redup, kini kembali berkobar setelah berbicara dengan Gerald. Wanita itu beranjak dari tempatnya dan segera kembali ke ruangannya. Dia memanggil Fathir dan juga Andin ke ruang kerjanya. Ada hal yang harus mereka bahas secepatnya.
***
Selama tiga hari lamanya, Elina terus menggali informasi tentang Yasa. Fathir meminta bantuan pada tim IT keluarga Hikmat untuk mencari rekam jejak Yasa. Begitu pula Andin yang melakukan penelusuran, kemana saja Yasa beraktivitas dan menghabiskan waktu. Selama tiga hari mereka harus lembur sampai tengah malam, demi bisa mendapatkan setitik pencerahan.
Kerja keras mereka berhasil setelah berhasil menemukan kebusukan Yasa yang lain. Fathir dan Andin segera menemui Elina yang baru saja masuk ke ruangannya. Waktu baru menunjukkan pukul sembilan pagi, namun Andin dan Fathir sudah berada di kantornya. Wajah keduanya terlihat lelah dan kurang tidur.
“Kalian nginep di sini?” tanya Elina.
“Kita lembur sampai jam satu malam. Jam tujuh pagi sudah ada di sini lagi.”
“Ya ampun.”
“Tapi usaha kita ngga sia-sia, El. Kami mendapatkan sejumlah petunjuk penting.”
“Tujuh tahun yang lalu, Yasa menjadi dosen luar biasa di kampus Harapan Jaya. Dia menjadi dosen dua biasa selama dua semester. Dan ada satu mahasiswi yang dekat dengannya,” jelas Andin bersemangat.
“Dekat dalam hal apa?”
“Yasa membuka peluang untuk lima mahasiswa angkatan atas melakukan magang di kantornya. Dia akan membimbing langsung mahasiswa tersebut selama magang. Jika mereka memiliki kinerja yang bagus, maka akan diberi kesempatan bekerja di kantornya. Salah satu mahasiswa yang mendapat kesempatan adalah Afifa. Di antara yang lain, Yasa lebih dekat dengan Afifa. Yasa sempat mengajak Afifa pergi ke Puncak dengan alasan pekerjaan. Setelah acara dari Puncak, Afifa mengundurkan diri dari program magang yang digagas Yasa. Dia juga memutuskan berhenti kuliah, padahal hanya tersisa satu semester lagi. Sembilan bulan kemudian Afifa melahirkan seorang anak. Dia pergi ke desa terpencil untuk melahirkan anaknya.”
“Apa itu anak Yasa?”
“Bisa jadi. Tapi Afifa cenderung menutup diri. Bahkan orang tuanya sampai sekarang tidak tahu siapa Bapak dari anak yang dikandung Afifa. Setahu mereka Afifa tidak pernah dekat dengan laki-laki mana pun.”
“Kamu punya alamatnya tinggal?”
“Tentu saja.”
“Baiklah. Ada lagi?”
“Yasa memiliki sebuah apartemen pribadi. Dia hanya tinggal di apartemen itu di saat tertentu. Dia mempekerjakan ART lepas untuk membersihkan apartemen. Awalnya ART yang bertugas adalah Mirna, seorang wanita usai 40 tahunan. Suatu hari Mirna tidak bisa bekerja karena sakit. Dia digantikan oleh anaknya, Lira. Lira menggantikan Ibunya bekerja selama seminggu. Di hari terakhir, Yasa datang ke apartemen. Dari rekaman cctv, Lira terlihat keluar dari unit sambil menangis. Cara berjalannya juga aneh. Setelah kejadian itu, baik Lira atau Mirna tidak pernah datang lagi untuk bekerja.”
“Kapan kejadiannya?”
“Baru setahun yang lalu.”
“Dan terakhir ada Dania dan Hera. Mereka adalah anak di panti asuhan di mana keluarga Yasa sering memberikan sumbangan. Istri Yasa sering datang untuk memberikan sumbangan pada anak panti. Prisa sering mengadakan acara untuk anak-anak panti, seperti outing atau tamasya. Di saat itulah Yasa melakukan pelecehan pada Hera dan Dania. Hera lebih dulu, dia dilecehkan saat mengikuti acara outing. Empat bulan setelahnya Dania yang dilecehkan saat acara tamasya ke Subang.”
“Astaghfirullah. Berapa usia mereka?”
“Mereka berusia 17 tahun ketika Yasa melakukan pelecehan.”
“Apa ini informasi valid?”
“Iya. Aku dan Andin yang datang ke sana. Ada saksi yang tidak mau disebutkan namanya membenarkan apa yang terjadi pada mereka. Mereka takut bersuara karena ancaman Yasa. Keadaan Hera dan Dania pun jauh dari kata baik. Mereka menjadi lebih pendiam, menutup diri dan kepercayaan dirinya hancur.”
“Tapi masalahnya mereka tidak bersedia dijadikan saksi. Mereka juga tidak mau menuntut Yasa. Sepertinya mereka takut pada Yasa.”
“Bagaimana dengan korban yang lain? Afifa dan Lira?”
“Sama. Mereka juga tidak mau.”
“Aku akan menemuinya sendiri.”
***
Yasa oh Yasa🙀
Besok aku libur ya. Doakan semoga novel ini masuk penilaian 20 bab terbaik dan bisa dikontrak, aamiin🤲🏻
aku yakin Gita suka sama Gerald , tapi sayangnya Gerald suka sama Elina . dan pada akhirnya nanti Elina malah mendukung Gita dengan Gerald .
pikiranku terlalu jauh gak sih , tapi namanya juga nebak , bener sukur , kalau salah ya udah berarti gak sesuai dengan ide cerita kak othor . jadi nikmati aja ya El......
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi nabila ikutin alurnya mak author deh
sedangkan sama Zahran , Zahran bisa mengimbangi Elina biar kata Zahran menuruti elina tapi dia bisa membujuk Elina dan mengarahkan insyaallah bahagia terus kalau sama Zahran..
E..tapi kok aq lebih sreg EL sam bang Ge ya 🤭🤭🤭
Ya walaupun duda sih, kan skrg Duda semakin didepan 🤣🤣🤣
Tapi aq manut aja apa yg ditulis kak icha.,
Siapa tw dgn kasus ini akhrnya El sama Gita bisa jadi bestie ye kan....
Trys gita jadian sama zahran 🤣🤣🤣