Lovely Lawyer

Lovely Lawyer

KDRT

"Aaaarrggghhh!"

Terdengar rintihan seorang wanita ketika tubuhnya jatuh terjerembab ke lantai yang dingin. Sekujur tubuhnya sudah dipenuhi oleh luka lebam. Wanita itu berusaha bangun sambil menahan sakit di tubuhnya. Belum sempat dia bangun, seorang pria mendekat. Di tangannya terdapat stik panjang. Melihat wanita yang merupakan istrinya sendiri sudah tidak berdaya, pria itu malah menyeringai. Dia berjongkok di depan sang istri. Dicengkeramnya rahang wanita bernama Santi itu.

"Apa kamu masih menanyakan soal Lani?"

"Maafkan aku, Mas. Maafkan aku."

Santi menangkupkan kedua tangannya. Dia terus meminta maaf pada suaminya. Kejadian seperti ini bukan hal baru bagi Santi. Sejak menikah tiga tahun, wanita itu sering mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami. Hadi menikahi Santi atas suruhan orang tuanya. Pria itu sudah dua kali menikah sebelumnya. Pernikahannya selalu gagal karena sikap kasar pria itu.

Setelah menikahi Santi, sikap kasarnya semakin menjadi-jadi. Pria itu tetap melampiaskan kekesalannya pada sang istri. Menyiksanya sampai terkadang Santi tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pasangan ini sudah dikaruniai seorang anak laki-laki berusia dua tahun. Pada anaknya juga Hadi kerap bersikap kasar, tapi tidak sampai memakai kekerasan. Hanya umpatan saja yang sering diteriakkan laki-laki itu.

Malam ini Hadi benar-benar marah karena Santi terus menanyakan tentang Lani. Wanita itu adalah penjaga warung remang-remang yang kerap didatangi Hadi usai kerja. Hadi sendiri masih bekerja serabutan. Kadang dia menjadi kuli bangunan, kadang menjadi supir tembak atau membantu temannya mengantar barang keluar kota.

Sudah tiga bulan ini Hadi menjalin hubungan dengan Lani. Uang belanja yang diberikan Hadi pada Santi yang terbilang pas-pasan masih harus dikurangi karena pria itu juga sering memberikan uang pada Lani. Bukan hanya itu, Hadi juga sering menggunakan uang penghasilannya untuk berjudi dan minum minuman keras.

Didesak kebutuhan yang semakin meninggi, Santi memberanikan diri meminta nafkah lebih pada Hadi. Bukan uang yang didapat, melainkan siksaan yang diberikan suaminya. Suatu hari Santi memergoki Hadi tengah jalan berdua dengan Lani. Melihat itu emosi Santi langsung terpancing. Harga dirinya semakin direndahkan. Akhirnya wanita itu memberanikan diri bertanya tentang Lani. Keduanya bertengkar hebat dan berakhir dengan penyiksaan yang dilakukan Hadi.

Wajah Santi sudah tak berbentuk lagi. Kedua matanya bengkak akibat pukulan suaminya. Darah juga keluar dari mulut dan hidungnya. Belum lagi tubuhnya yang terasa linu dan nyeri akibat pukulan Hadi menggunakan stik besi. Namun begitu, Hadi masih belum puas menyiksa istrinya. Dia menarik rambut wanita itu kemudian menyeret tubuhnya.

"Ampun Mas, ampun.." mohon Santi sambil menangis tapi telinga Hadi seakan tuli.

Pria itu menghempaskan tubuh Santi ke lantai. Dia bersiap memukul kembali tubuh istrinya menggunakan stik besi. Namun belum sempat dia memukul, terdengar suara tangis anaknya. Hadi menolehkan kepalanya ke arah kamar. Tangis sang anak semakin kencang sambil memanggil sang Ibu.

"Mbu.. Mbu.."

Kesal karena anaknya terus menangis, Hadi bergegas menuju kamar. Pria itu berteriak kesal dan semakin membuat anaknya menangis histeris. Susah payah Santi berusaha bangun. Dengan langkah terseok dia melangkah menuju kamar. Belum sempat dia tiba di kamar, Hadi tiba-tiba keluar sambil membawa anaknya.

"Suruh anakmu diam!!"

Hadi melempar anak berusia dua tahun itu. Sambil menjatuhkan diri Santi menangkap anaknya. Asra terus menangis. Sebisa mungkin Santi menenangkan anaknya namun Asra tetap tidak mau diam. Hadi yang kesal segera mendekat lalu menampar anak itu dengan keras. Karuan saja tangis Asra semakin kencang.

"Mas..tolong jangan sakiti Asra."

Ucapan Santi hanya dianggap angin lalu oleh Hadi. Dia menarik paksa Asra, menyeret tubuh anak itu ke arah pintu. Tak sanggup melihat anaknya diperlakukan kasar, mata Santi segera melihat sekeliling. Kemudian dia melihat panci di atas meja. Dengan cepat dia mengambil panci lalu memukulkan ke kepala Hadi.

Amarah Hadi semakin menjadi. Dia melepaskan Asra dan kembali menghajar Santi. Untuk kali ini Santi mencoba melawan. Dia melemparkan barang apa saja yang ada di dekatnya. Hadi mendorong tubuh Santi dengan kasar hingga tubuhnya terhuyung menabrak meja dapur. Matanya kemudian menangkap pisau yang tergeletak tak jauh darinya. Dengan cepat Santi mengambil pisau lalu membalikkan badan. Bertepatan dengan itu Hadi sampai ke dekatnya. Pisau di tangan Santi menancap di perut suaminya.

Terkejut dengan apa yang terjadi, Santi segera melepaskan tangannya. Hadi langsung terdiam, dia memandangi perutnya yang tertancap pisau. Perlahan darah mulai merembes keluar dari sela-sela pisau. Pria itu jatuh ke lantai dengan posisi telentang. Santi yang ketakutan segera bangun. Dia mengambil Asra lalu keluar dari rumah.

"Santi.. tolong aku. Tolong aku."

Tanpa mempedulikan panggilan Hadi, Santi terus berlari meninggalkan rumah di keheningan malam. Karena paniknya, wanita itu tidak mengenakan alas kaki dan tidak menutup pintu rumahnya. Hadi merintih kesakitan akibat luka yang dialaminya.

***

Keesokan harinya, warga setempat dibuat geger ketika menemukan Hadi yang sudah tidak bernyawa. Salah seorang tetangga yang baru pulang dari masjid setelah shalat shubuh berjamaah, penasaran melihat pintu rumah Hadi terus terbuka. Dia pun bermaksud mendatanginya. Pria itu terkejut ketika melihat Hadi sudah terkapar di lantai. Di tubuhnya terdapat luka tusukan dan darah menggenangi tubuhnya. Dia berlari sambil berteriak meminta tolong pada semua tetangga.

Dalam waktu singkat pihak kepolisan dan ambulans datang ke lokasi. Aditya dan Tristan turun dari mobil yang mereka tumpangi lalu segera masuk ke dalam rumah. Hadi masih berada di posisi semula. Petugas forensik sedang mengambil gambar pria tersebut, sementara rekannya yang lain mencari sidik jari selain milik Hadi.

Tangan Aditya yang sudah terbungkus sarung tangan mengambil pisau yang tergeletak di dekat Hadi lalu memasukkannya ke dalam plastik bening. Tristan meneliti luka tusuk di tubuh Hadi.

"Hanya ada satu tusukan di bagian perut. Tapi sepertinya tusukan mengenai area vital. Sepertinya dia mati karena kehilangan banyak darah."

Aditya melihat sekeliling, kemudian dia melihat ada darah lain,tepatnya di bagian ujung meja. Dia mengambil cotton bud kemudian mengambil sampel darah tersebut dan memasukkannya ke dalam plastik bening. Petugas forensik juga mengamankan stik besi yang tergeletak di lantai. Usai meneliti mayat Hadi, Aditya dan Tristan keluar dari rumah. Keduanya segera menanyai tetangga Hadi yang sedang berkerumun.

"Apa kalian mengenal korban?"

"Kenal. Dia adalah Hadi."

"Apa dia tinggal sendiri?"

"Tidak, dia tinggal dengan istri dan anaknya?"

"Di mana istri dan anaknya?"

"Saya tidak tahu. Setahu saya kemarin istrinya masih ada. Sebelum tidur saya sempat mendengar mereka bertengkar."

"Apa mereka sering bertengkar?"

"Lebih tepatnya Hadi sering menyiksa istrinya. Dia itu pria yang kasar."

"Siapa nama istrinya?"

"Santi. Kasihan dia perempuan yang malang."

"Apa anda tahu di mana biasanya Santi berada selain di rumah?"

"Mungkin dia di rumah adiknya. Rumahnya masih berada di daerah ini. Bapak tinggal menyebrang dari gang masuk ke sini. Rumah keenam dari gang masuk."

"Siapa nama adik Ibu Santi?"

"Jaka."

"Terima kasih atas informasinya."

Berbekal informasi yang didapat dari para tetangga, Aditya dan Tristan segera menuju rumah yang dimaksud. Sebelum menuju rumah itu, Aditya bertanya lebih dulu pada warga yang melintas. Setelah yakin kalau rumah yang didatangi adalah benar rumah Jaka, pria itu segera mengetuknya.

TOK

TOK

TOK

"Assalamualaikum."

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam."

Dua kali Aditya mengucapkan salam, baru terdengar suara seseorang dari dalam menjawab salam. Ketika pintu terbuka, muncul seorang wanita dari baliknya.

"Apa saudara Jaka ada?"

"Suami saya sedang kerja."

"Apa ada Bu Santi di sini?"

"Ada perlu apa dengan Kakak ipar saya?" wajah wanita bernama Dini itu nampak cemas.

"Ada yang ingin kami tanyakan. Suami Bu Santi ditemukan tewas di rumahnya. Kami mohon kerjasamanya."

Awalnya Dini nampak ragu, namun akhirnya wanita itu memanggilkan juga Santi. Takut-takut wanita itu keluar. Pandangan kedua petugas kepolisian itu langsung tertuju pada luka memar di wajah Santi.

"Ibu Santi, apa benar kalau Pak Hadi adalah suami Ibu?"

"Iya, benar."

"Bapak Hadi ditemukan tidak bernyawa oleh tetangga anda. Apa anda bisa ikut ke kantor polisi dengan kami?"

"Aku tidak membunuhnya."

"Sementara anda hanya menjadi saksi saja."

Santi melihat pada Dini. Adik iparnya itu juga terlihat bingung. Apalagi suaminya belum pulang bekerja karena masuk shift malam.

"Mari Bu Santi," ucapan Tristan membuyarkan lamunan kedua wanita itu.

"Din, aku titip Asra."

"Iya, Teh. Nanti kalau Kang Jaka pulang, aku akan langsung beritahu."

Dengan langkah berat, Santi akhirnya ikut dengan Aditya dan Tristan ke kantor polisi. Setelah Santi dibawa pergi, Dini segera menghubungi suaminya. Jaka mengatakan akan langsung ke kantor polisi setelah jam kerjanya usai.

***

Berdasarkan hasil penyelidikan, Santi dijadikan tersangka pembunuhan. Pisau yang tergeletak di lantai penuh dengan sidik jarinya. Begitu pula dengan darah lain yang ditemukan Aditya adalah darah milik Santi. Hanya ada sidik jari Hadi dan Santi di TKP. Itulah yang membuat Santi langsung dijadikan tersangka.

"Saya menusuknya karena terpaksa. Kang Hadi terus menyiksa saya, bahkan dia juga mau menyiksa anak kami. Saya tidak punya pilihan kecuali membela diri. Ketika saya tinggalkan dia masih hidup."

"Tusukan yang anda berikan tepat mengenai organ vitalnya. Korban meninggal karena kehabisan darah."

"Saya hanya membela diri. Saya tidak berniat membunuhnya!"

Wanita itu mulai menangis. Yang ada di pikirannya sekarang, bagaimana nasib anaknya kalau dirinya sampai di penjara. Aditya memandang sendu pada Santi. Luka memar yang ada di tubuh wanita itu membuktikan betapa menderitanya wanita itu. Namun Hadi sudah meninggal dunia. Walau tindakannya hanya untuk membela diri, namun tetap saja dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.

"Apa saya akan di penjara?"

"Bagaimana pun juga Ibu sudah menghilangkan nyawa seseorang. Saya sarankan Ibu mencari pengacara yang bisa meringankan hukuman untuk Ibu. Jika Ibu tidak memilki biaya untuk membayar jasa pengacara, maka negara bisa menyediakannya untuk Ibu. "

Aditya segera keluar dari ruang interogasi. Petugas yang berada di luar segera membawa Santi kembali ke selnya. Saat akan kembali ke dalam sel, Santi berpapasan dengan Jaka yang langsung menyusul ke kantor polisi.

"Teh.."

"Jaka tolong aku. Aku tidak berniat membunuh Kang Hadi. Aku hanya membela diri."

"Tenanglah Kak. Aku akan mencarikan pengacara untukmu."

"Asra. Bagaimana dengan Asra?"

"Asra baik-baik saja. Teteh tenang saja. Aku pergi kerja dulu. Aku akan mencarikan pengacara untuk Teteh."

Usai mengatakan itu, Jaka segera meninggalkan kantor polisi. Pria itu akan menemui beberapa saudara dan temannya. Dia hendak meminjam uang untuk membayar biaya pengacara.

***

Kendaraan roda dua Jaka berbelok memasuki pelataran parkir sebuah kantor. Di bagian depan gedung tertera nama D&G Law Firm. Jaka bekerja di kantor hukum ini sebagai security. Setelah memarkirkan motor dan mengenakan seragamnya, pria itu segera menuju pos tempatnya berjaga.

Wajahnya nampak lesu. Sudah sepuluh hari lamanya sang Kakak ditahan di kantor polisi. Sebentar lagi berkasnya akan masuk di pengadilan. Namun pria itu masih belum mendapatkan pinjaman uang. Dia sudah mendatangi LBH, namun mereka mengatakan kemungkinan besar Santi akan dihukum. Berapa lamanya hukuman yang akan didapatkan tergantung dari keputusan Hakim nantinya. Jaka tidak ingin Sang Kakak masuk penjara. Jika Santi di penjara, bagaimana dengan Asra? Anak itu akan menanggung status sebagai anak seorang pembunuh nantinya.

Yang terlintas di kepalanya sekarang adalah meminta bantuan hukum pada pengacara di tempat dia bekerja. Namun Jaka tahu biaya yang harus dikeluarkan cukup besar. Karena firma hukum tempatnya bekerja adalah firma hukum ternama. Banyak kasus yang dimenangkan para advokat yang bergabung di firma ini.

Sesekali pria itu melirik jam di pergelangan tangannya kemudian pandangannya tertuju pada pintu masuk pelataran parkir seperti tengah menunggu seseorang. Lima menit berselang sebuah sedan mewah pabrikan Jerman memasuki pelataran parkir. Mobil tersebut terus melaju dan berhenti di tempat sang pengemudi biasa parkir. Dengan cepat Jaka menuju mobil tersebut. Dengan sigap dia membukakan pintu mobil.

"Selamat pagi Bu Elina."

"Pagi Pak Jaka."

***

Hai².. Aku kembali lagi dengan karya baru. Sesuai janji, aku buatin cerita Elina. Aku juga bakal selipin tentang Adit sekali-kali, sebagai pengobat rindu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, like, komen dan rate bintang 5-nya. Biar aku tambah semangat up tiap hari. Love you all😘

Terpopuler

Comments

🅶🆄🅲🅲🅸♌

🅶🆄🅲🅲🅸♌

hai bunda Icha,aku mampir nhstlh sekian purnama ga pernah jejakin lagi disini,tapi karna ada notif msk dr karya bbrp author jaman baheula aku mulai lagi baca di ntoon🥰🥰🥰
Udh kuli gaji pas² an selingkuh dan ringan tangan bgt nh laki ya..Bagus lah kl udh metong mskpn hrs dubyr mahal oleh Santi Krn jerat hukuman udh menanti tapi smoga ada pengacara yg bs bantu Santi plg tdk meringankan hukumannya atau malahan bebas Krn dia hanya berusaha melindungi dirinya dan anaknya

2025-05-01

1

@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦

@◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟🏠⃟ժí́ժαհ🥑⃟𝐐⃟❦

jlebbb....mampus lah Hadi......itulah tindakan seorang Ibu membela buah hatinya jika anaknya di sakiti.....
Ibu mana yg sanggup melihat bila darah dagingnya di aniaya.. apalagi di depan mata....pasti segala daya upaya di kerahkan biar harga diri dan bahkan nyawa taruhannya....Ibu akan bela mati²an....../Determined//Determined//Determined//Determined/

2025-04-29

5

Diandra Kirana

Diandra Kirana

Banyak wanita bernasib malang seperti Santi , meski nggak sampai membunuh, sayang hukum masih tumpul terhadap kdrt , lebih banyak lolosnya. Semoga di novel ini ada keadilan. Tentunya juga ada romansa manis dan lucu ala Mak Icha. Aku dukung dengan first vote ku deh buat novel ini

2025-04-29

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!