Sandrina nekad tidur dengan pria yang dijodohkan dengan kakaknya, Bastian Helford. Lantaran kakaknya telah tidur dengan tunangannya.
Semua miliknya direnggut, dan Sandrina berjuang untuk mendapatkan kembali yang menjadi miliknya
"Dia satu-satunya milikku yang kurebut kembali"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa kau mau ikut denganku?
Segelas Wine sesuai permintaannya kini tersaji dihadapan Sandrina. Gadis itu dengan segera menggapai gelas dingin itu, lalu menyesapnya sedikit. Pikirannya kini sangatlah berkecamuk. Dia merasa sangat gugup dan bahkan sulit untuk terlihat tenang setelah tadi matanya bertemu pandang dengan Bastian, lalu bagaimana dia akan merayu pria itu?
Ragu-ragu, dengan pelan Sandrina melirik kembali kearah Bastian, sekedar memastikan kalau pria itu tidak lagi menatapnya karena Sandrina merasa kalau Bastian masih memperhatikannya
Dan, yap...
Sandrina mendapati tatapan pria itu masih tertuju padanya. Kembali Sandrina mengalihkan pandangan, berharap Bastian tidak lagi menatapnya.
"Kenapa dia masih melihatku?" Sandrina mulai merasa tidak nyaman sendiri, padahal dia duluan yang terus memperhatikan sang pria
Tak berselang waktu, Sandrina merasa sebuah langkah kaki mendekat kearahnya, dan benar saja. Ketika dia mendongak melihat pada siapa yang kini berdiri tepat disampingnya. Sandrina terkesiap, pria yang menjadi incarannya kini berada disampingnya
"Hai, apa kau datang sendirian?" suara bariton penuh maskulinitas terdengar menembus gendang telinga Sandrina. Pria itu sedang menyapa atau bertanya padanya, sih?
Bastian bertanya sembari menggeser kursi disamping Sandrina yang kemudian digunakannya untuk duduk. Gerakannya elegan dan tertata, seakan tidak ada rasa canggung sama sekali
Sandrina yang masih dalam keterkejutan tak menyangka kalau Bastian akan lebih dulu mendekat padanya. Apakah dia memang memiliki daya tarik sebagai penggoda? Bahkan dia belum beraksi pun, sang kumbang sudah datang sendiri seakan terpanah pada kecantikan sang bunga
"Ah..iya," jawabnya sekedar saja, dan masih diliputi kebingungan dan ketidakpercayaan. Dan semua sesuai dugaan Sandrina sebelumnya. Bastian memang tidak mengenalnya. Jika pria itu mengenalnya sebagai adik dari Odette sudah pasti Bastian tidak akan mendekat padanya, apalagi sampai menyapanya seperti ini.
Tetapi, Sandrina cukup senang dengan keadaan sekarang. Seakan takdir ikut membantunya mendekati pria itu. Lihatlah sekarang, dia bahkan tidak perlu memulai tetapi Bastian sendiri yang duluan menyapa dan mendekatinya
"Kau tidak keberatan aku duduk disini, kan?" tanya pria itu lagi dengan sebuah senyuman tersungging yang semakin membuat wajah itu terlihat sempurna. Pria itu bertanya bahkan setelah menduduki diri di kursi, dan dia masih berharap jawaban. Sandrina rasa pria itu pasti hanya sedang mencoba untuk berbasa basi cari bahasan untuk bicara dengannya
"Tentu saja" jawab Sandrina singkat dan mencoba bersikap tenang. Bastian mengangkat tangan pada bartender untuk disuguhi minuman lalu menatap pada wajah Sandrina
"Aku Bastian Helford," ujar Bastian memperkenalkan dirinya yang tentu saja tidak lagi menarik bagi Sandrina karena dia sudah tahu lebih banyak tentang pria itu daripada sekedar nama Bastian.
Ingin rasanya menyebut namanya tapi Sandrina menahan diri, dia tidak boleh menyebutkan namanya atau misinya bisa saja gagal. Bagaimana jika dia menyebutkan namanya dan akhirnya Bastian sadar kalau dia adalah adik dari Odette, calon istrinya
"Apa kita harus saling menyebutkan nama ditempat seperti ini?" Sandrina balik bertanya, mencoba bersikap se elegan mungkin untuk menarik minat Bastian padanya
"Tidak harus sih! Bagi yang mau saja," ujar Bastian terkesan santai lalu meraih gelasnya dan kembali meneguk minumannya. Entah sudah berapa gelas pria itu habiskan sejak dia pertama masuk tadi
"Apa yang kau lakukan disini?" lanjut Bastian bertanya setelah menandaskan segelas minuman beralkohol yang tadi dituangkan bartender
"Aku hanya tidak ingin sendirian. Disini ramai, dan aku hanya ingin menghabiskan waktu saja disini," jawab Sandrina dengan nada lembut
"Oh..." Bastian hanya ber-oh ria lalu keduanya terdiam. Sandrina merasa canggung jika memulai obrolan dan Bastian malah dengan santainya memainkan ponselnya
"Bastian orang yang dingin dan tidak ingin menyia-nyiakan waktunya. Jika aku tidak bertindak sekarang, aku pasti akan kehilangan kesempatan untuk mendekatinya," batin Sandrina berucap penuh pertimbangan. Dia memegang erat ujung dress-nya sebagai bentuk rasa gugup dan canggung menguasainya
Selang beberapa saat kemudian, Bastian sekali lagi menandaskan gelasnya dan hendak bangkit dari kursinya
"Baiklah, kalau begitu__"
"Apa kau mau ikut denganku?" Sandrina berucap cepat memotong ujaran Bastian. Lupakan tentang wajahnya yang saat ini memerah karena malu, tapi dia tidak bisa kehilangan kesempatan begitu saja
Mata tajam Bastian mendelik dan tanpa Sandrina sadari, sebuah senyuman tipis tercipta di bibir Bastian. Jelas pria itu tertarik pada ajakan Sandrina
"Baiklah" jawab Bastian singkat menyetujui. Dia bukan tidak mengerti. Orang bodoh pun akan paham apa maksud ajakan dari Sandrina. Jadi, punya kesempatan bagus, untuk apa Bastian menolaknya
🍀🍀🍀
Keduanya keluar dari bar itu menuju hotel terdekat. Selagi Bastian sibuk bicara dengan resepsionis hotel, Sandrina merasa wajahnya semakin memerah dalam rasa malu. Sandrina tidak menyangka kalau rencananya akan berjalan semulus itu, seakan memang semesta merestui perbuatannya.
Lihat, mustahil ada pria yang tidak akan tergoda dengan perempuan. Bahkan Bastian, pria yang terkenal dingin dengan para wanita pun bisa tergoda hanya dengan satu kalimat ajakan. Sandrina tidak akan peduli walaupun kenyataannya nanti Bastian sama seperti para lelaki lain yang hanyalah sampah untuk mempermainkan wanita, tapi saat ini dia harus membalas Odette yang kebetulan harus melalui Bastian
Sandrina sibuk dalam lamunan akan apa yang harus dilakukannya setelah ini, hingga Bastian menepuknya tiba-tiba seraya menunjukkan kunci kamar yang dipesannya. Bastian dengan sengaja menyuruh Bellboy untuk tidak mengantar mereka, karena dia akan menemukan kamarnya sendiri
Langkah kaki Sandrina tergerak ragu-ragu mengikuti langkah santai yang Bastian ulurkan. Pria itu terlihat tidak memiliki masalah sama sekali. Itu terlihat dari bagaimana Bastian terus menerus menatap pada Sandrina di sepanjang lorong menuju kamar hotel yang telah dipesannya
"Kau ragu?" tanya Bastian saat kini mereka tepat didepan pintu kamar tujuan mereka. Pria itu dapat dengan jelas melihat bagaimana sikap yang Sandrina tunjukkan, gadis itu jelas masih memiliki keraguan dari sorot matanya, tapi juga ada tekad yang kuat yang menyelimutinya.
"Ah... Tidak! Sama sekali tidak" jawab Sandrina memantapkan diri saat melihat Bastian mengangguk seakan mengerti lalu membuka pintu dengan kunci ditangannya. Sandrina cukup merasa bersyukur, setidaknya Bastian tidak terlihat sebrengsek bayangannya
Pria itu mempersilakan Sandrina untuk masuk yang dilakukan oleh gadis itu segera setelah memantapkan hatinya. Karena jelas setelah dia masuk ke dalam dan pintu kamar ini tertutup maka tidak ada lagi jalan baginya untuk kembali.
Sesuai dugaan yang sebelumnya terpatri. Begitu pintu itu tertutup, Bastian bergerak cepat merengkuh pinggang Sandrina dan mulai mencium brutal gadis itu. Jangan salahkan dirinya yang bertindak terlalu terburu-buru, tapi lihatlah bagaimana gadis cantik itu menggodanya
Pagutan itu terus saja tercipta, menghadirkan gelombang gairah yang mulai melesak minta dilepaskan. Bastian tidak peduli dengan gerakan kaku dari Sandrina, setidaknya itu membuktikan kalau gadis itu payah dalam berciuman atau mungkin ini adalah ciuman pertamanya. Jika benar maka jelaslah jawabannya kenapa Sandrina bisa se kaku itu, karena jelas gadis itu tidak punya pengalaman sebelumnya.
.
.
.
untung ada si basbas yg masih peduli sama sandrina
kamu terima aja pernikahan sama basbas pasti kamu akan jauh lebih baik nanti
dan buat hancur keluarga setan itu
tdk sabar pen lihat kehancuran si tua bangka dan kluarga setan@
good bg babas👍