"Om Bima! Apa yang Om lakukan padaku!"
Sambil mengernyitkan dahi dan langkah pelan mendekati Sang Gadis yang kini menjaga jarak waspada dan tatapan setajam silet menusuk netra tajam Bima.
"Seharusnya, Saya yang bertanya sama Kamu? Apa yang semalam Kamu lakukan dengan Alex?"
Bima, Pria yang masih menggunakan handuk sebatas lutut kini menunduk mendekati Laras, Perempuan yang seharusnya menjadi Calon Menantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dukungan Keluarga
"Menurut Papa, tidak apa-apa jika acara resepsi Kalian ditunda dulu, bagaimanapun Kamu harus merawat putramu dulu Bim."
Semalam, Bima mengajak Laras, pulang. Bukan kerumahnya namun kembali ke rumah Papa Rasyid dan Mama Lana, kedua orang tua Laras.
Bagaimanapun saat ini kedua orang tua Laras adalah Ayah dan Ibu Mertuanya juga. Bima menceritakan semua yang terjadi pada Alex.
Dan sebagai orang tua, Papa Rasyid dan Mama Lana mengambil jalan tengah dan memberikan pendapatnya.
"Bim, yang sabar. Sebagai orang tua memang banyak sekali hal yang terkadang membuat Kita mengusap dada, dan terkadang Kita hilang sabar dalam menghadapi anak, namun begitu Mereka adalah tetap anak Kita. Saat ada kesalahan dan kekeliruan Mereka maka Kita sebagai orang tualah yang harus menasehati dan memberikan solusi secara bijaksana." Mama Lana bisa melihat, raut wajah menantunya yang lelah dan sedang banyak pikiran, apalagi tak mudah bagi Bima yang kini menghadapi dua persoalan serius soal Alex, Kecelakaan dan Ada Perempuan yang Dihamili Putranya.
Bima mencerna nasehat dan saran kedua Ayah dan Ibu Mertuanya, tetapi apakah harus Ia mengorbankan Laras? Bima tak mau Laras yang harus mengalah pada situasi ini.
Bagi Bima, kini Laras prioritasnya.
"Mas, Aku gak papa. Toh bukan tidak jadi, tapi Kita menunggu sebentar sampai paling tidak Alex bisa keluar rumah sakit."
Bima menatap Laras. Sungguh besar hati Laras. Bagaimanapun jika diurut kejadian ini tak akan terjadi jika Alex putranya tak banyak tingkah namun kembali lagi, takdir tak dapat diraih dan malang tak bisa ditolak.
"Baiklah, kalau begitu Bima secara pribadi memohon maaf kepada Papa dan Mama juga Kamu Ras, Kita akan atur ulang rencana resepsi pernikahan Kita. Adapun Isbat nikahnya akan tetap dilangsungkan agar Kita legal dimata negara dan tercatat.
"Begitu lebih baik Bim, yang penting SAH secara agama dan negara. Itu lebih dari cukup." Papa Rasyid memberikan ketegasannya.
"Iya Bim, Mama dan Papa tak terlalu mempersoalkan soal resepsi, Kamu fokus dulu mengurus Alex," Mama Lana juga sependapat dengan Papa Rasyid.
Kini, Laras mengantar Bima sampai mobil, "Kamu gapapa ke Kampus sendiri Ras?" Bima sejujurnya berat, entahlah mungkin perlahan hatinya sudah mulai tertaut dengan Laras.
"Ya ampun Om, kan Om beliin Aku mobil. Percuma kalau masih diantar jemput. Gapapa, Aku biasa kok. Lagian Aku hanya ke Kampus mengurus persiapan sidang skripsi. Om, fokus dulu aja urus Alex."
"Pokoknya kalau ada apa-apa kabari Mas ya?"
"Iya Pak Suamiku,"
"Duh, boleh gak sih cium Kamu?" Kerling mata Bima sambil menaikkan sebelah alisnya
"Ih, gatel ya! Ada Papa sama Mama tuh!"
Mama Lana juga mengantar Papa Rasyid yang akan berangkat ke kantor dan terakhir Bima dan Laras menyaksikan adegan cium kening pipi dan kening membuat Bima terbersit pikiran jahil.
CUP!
"Om! Ih!"
Bima tertawa, Laras dengan kedua pipinya merona. Sedangkan Papa Rasyid dan Mama Lana senang, bahagia melihat Laras dan Bima perlahan semakin dekat.
"Mas berangkat dulu ya Sayang,"
Bukannya mereda, panggilan Sayang Bima semakin membuat kedua pipi Laras semerah tomat.
Setelah pamitan sesungguhnya, Papa Rasyid juga sudah berangkat, Laras masuk ke dalam rumah. Rupanya Mama Lana memperhatikan ekspresi wajah Laras.
"Gimana yang habis dicium Suami? Seneng banget sampe merah gitu pipinya!" Memang gokil sekali Mama Lana ini.
"Ih Mama! Apaan sih!"
"Tapi Mama seneng loh Ras! Papa juga! Kamu sama Bima memang harus terus membangun chemistry diantara Kalian."
"Udah ah, gak usah dibahas lagi! Aku malu tahu Ma!"
"Ye Kamu! Baru dicium pipi sama kening doang! Jangan-jangan Kamu sama Bima juga belum nyicil buatin Mama Cucu ya?"
Tentu saja pertanyaan Mama Lana semakin membuat wajah Laras bak udang rebus.
Melihat ekspresi wajah Laras, Mama Lana bisa menebak, "Ras sini Mama kasih tahu sama Kamu," Mama Lana menepuk sofa di ruang keluarga Mereka.
"Ih, apaan sih Ma? Aku mau siap-siap ke Kampus?"
"Baru jam berapa, sini sebentar."
Laras memilih mengikuti perintah Mama Lana dan duduk disisi kiri sang Ibu.
"Ras, Kamu sekarang sudah menjadi seorang Istri, dan seorang Istri harus tahu kewajibannya."
"Duh udah berat banget bahasannya pagi-pagi."
"Denger dulu, Mama ngomong gini, karena Kamu anak Mama. Makanya Mama sebagai Mama Kamu wajib bilangin dan nasehatin Kamu agar menjadi Istri yang sholehah."
"Iya Kanjeng Ratu, Laras siap mendengarkan." Bukan Laras namanya kalau patuh-patuh saja dibilangin Mamanya.
"Ras, Bima itu pria matang dan dewasa, Dia juga pernah menikah, Kamu sebagai Istri harus mengerti kebutuhannya."
"Om Bima itu semua sudah punya Ma, tenang aja. Sorry bukan sombong."
"Denger dulu makanya kalo Mama bilangin. Ini seneng banget nyela kalau dinasehatin orang tua."
"Siap salah Paduka Ratu,"
"Ck, Kamu! Jadi Kamu sebagai Istri harus tahu kebutuhan Bima dan sebisa mungkin memenuhi kebutuhannya secara lahir dan batin Ras."
Tentu saja Laras bukan anak kecil, bahkan sekarang anak SD dan SMP sudah ada yang bisa bikin anak. Bahkan Alex dan Bella sudah DP duluan.
"Tapi Ma, Aku," Laras bingung, bagaimanapun semua terjadi begitu cepat dan rasa cinta tentu masih jauh dan belum hadir.
"Mama ngerti. Dan Mama yakin Bima pun mengerti. Mama percaya Bima itu laki-laki baik. Tapi, sebagai Istri Kamu wajib memenuhi kebutuhan Bima, terutama kebutuhan batinnya Ras. Kamu gak mau kan Bima berpaling dan cari itu diluar sana?"
"Astagfirullah. Si Mama. Kalo ngomong! Ngeri kali!"
"Makanya Kamu harus memikirkan bagaimana caranya Kalian agar tetap bisa membangun chemistry dan bisa segera mengabaikan hak dan kewajiban Kalian sebagai Suami Istri. Mama gak mau Kamu jadi Istri yang durhaka!"
"Astaga naga!"
"Ya udah, pikirin nasehat Mama. Kalau Kamu minta saran sama Mama juga boleh!" Mama Lana kembali ke setelan Pabriknya yang memang sedikit gesrek.
Jadi tahu dong Laras menurun siapa?
"Ya udah deh Ma, nanti Aku pikirin soal hak dan kewajiban itu. Duh, ribet bener ya jadi Istri!"
"Sekarang Kamu bilang ribet, nanti kalo udah ngerasain juga bakal ketagihan Ras!" Kedipan nakal Mama Lana membuat Laras merinding, "Wah pantes Papa nempel terus sama Mama, rupanya Mama Aku genitnya ngalahi LC Karaoke!"
"Jangan salah Ras, jadi Istri itu layaknya aktor profesional, di luar jadilah Istri yang Sholeha, jaga auratmu, jaga pandanganmu dan jaga hati serta kemaluanmu selain untuk Suamimu. Tapi di dalam rumah Istri Sholeha juga harus jadi Istri yang Sholehot! Bahkan salah seorang Ustadzah bilang kalau Kamu sedang bersama Suamimu, jadilah bidadarinya yang paking cantik dan paling seksi di ranjang." Mama Lana berbisik untuk yang terakhir.
"Astaga Naga! Laras gak sangka Mama!"
"Pokoknya denger omongan Mama! Dijamin Kamu selamet dunia akhirat!"
"Laras mau siap-siap dulu deh! Dengerin Mama, lama-lama otak Laras tang isinya persiapan sidang skripsi bisa terkontaminasi sama omongan Mama!"
tokoh utamanya karakternya tegas.
kebaikan bima dibalas dngn kehadiran laras yg msh fresh dan suci.
cinta bs dtng dngn sendirinya asalkan ketulusan sllu menyertainya.
lanjuut lagi thoorr..