NovelToon NovelToon
Dosen LC Itu, Milikku

Dosen LC Itu, Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dosen / Hamil di luar nikah / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Berondong
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Niat hati ingin menghilangkan semua masalah dengan masuk ke gemerlap dunia malam, Azka Elza Argantara justru terjebak di dalam masalah yang semakin bertambah rumit dan membingungkan.

Kehilangan kesadaran membuat dirinya harus terbangun di atas ranjang yang sama dengan dosen favoritnya, Aira Velisha Mahadewi

Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua? Apakah hubungan mereka akan berubah akibat itu semua? Dan apakah mereka akan semakin bertambah dekat atau justru semakin jauh pada nantinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3

Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, rona biru cerah mulai mendominasi cakrawala, mengusir sisa-sisa cahaya keemasan yang sempat menghiasi angkasa. Sang Surya telah bergerak secara perlahan, memancarkan sinar hangat yang menerpa pepohonan pinggir jalan, gedung pencakar langit, hingga wajah-wajah para pejalan kaki yang sedang terburu-buru ke tempat tujuan masing-masing.

Gumpalan awan putih mengambang pelan layaknya sebuah kapas yang tengah diangkut oleh hembusan angin, menambah kesan damai serta menenangkan pada pagi hari ini. Sesekali, kicauan burung terdengar samar di antara deru kendaraan bermotor dan langkah-langkah tergesa yang menyusuri trotoar kota. Jakarta, meskipun ramai dan tak pernah benar-benar sunyi, tetapi pada pagi ini terasa sedikit lebih lembut dari biasanya.

Meninggalkan hiruk-pikuk kehidupan ibu kota, di dalam sebuah studio musik yang memiliki berbagai macam peralatan sangat mahal, kini terlihat sosok Azka sedang melamun sambil memainkan stik drum di tangan kanannya.

Azka berusaha susah payah untuk mengingat kembali kejadian kemarin malam—kejadian yang membuat dirinya tiba-tiba saja bisa tidur satu kasur bersama sang dosen. Ia tanpa sadar mulai mengerutkan kening sambil menggigit bibir bawah sangat kencang—hingga mengakibatkan darah segar mulai menyebar serta mengalir di dalam mulutnya—saat samar-samar ingatan tentang kejadian kemarin malam mulai dapat dirinya bayangkan.

“Kemarin malam itu ….”

Azka semakin mengerutkan kening, kala ingatan tentang kejadian kemarin malam semakin bertambah jelas. Bahkan, membuat rasa sakit pada gigitan bibir bawahnya sudah tidak terasa lagi.

Suara seseorang sedang bergumam terdengar, membuat Azka secara perlahan-lahan mulai membuka matanya yang begitu sangat berat. Ia mengerutkan kening sempurna, berusaha melihat sosok seorang perempuan yang sedang bergumam di samping kanannya.

Azka refleks menelan air liur dengan begitu sangat susah payah, kala sorot matanya menangkap sosok Aira yang saat ini sedang mengenakan dress bodycon berwarna hitam—menggerakkan kedua tangan untuk menutupi tubuhnya menggunakan selimut tebal.

“Cantik banget,” batin Azka, terus-menerus menatap wajah serta tubuh indah milik Aira dengan begitu sangat sayu.

Detik demi detik berlalu, hawa napsu secara perlahan-lahan mulai masuk dan berusaha menguasai seluruh sistem kerja pada tubuh Azka, kala pikirannya mendadak berubah menjadi liar saat terus-terusan menatap Aira yang terlihat begitu sangat menggoda.

Sampai pada akhirnya, saat Aira mulai tersadar jika dirinya sedang diamati oleh seseorang, Azka tanpa aba-aba menarik tubuh perempuan berparas cantik itu untuk mendekat, lantas secara tiba-tiba menyatukan bibir mereka dalam waktu sangat lama.

Aira refleks melebarkan mata dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Azka. Namun, usahanya sia-sia, lantaran perbedaan kekuatan di antara mereka—meskipun sang mahasiswa sedang dalam keadaan mabuk sekarang ini.

Azka terus-menerus memaksa untuk masuk ke dalam bibir mungil milik Aira. Bahkan, dirinya tidak segan-segan memberikan gigitan pelan agar sang dosen mau memberikan akses untuk dirinya.

Mendapatkan gigitan itu, pertahanan yang sedang Aira lakukan seketika menghilang. Ia refleks membuka mulut karena rasa sakit yang timbul akibat gigitan Azka, membuat mahasiswanya itu dapat masuk dan mulai mengabsen setiap hal yang berada di dalam sana menggunakan lidah.

Aira masih terus berusaha untuk melepaskan diri, tetapi itu tidak berlangsung lama, karena dirinya mulai ikut terpengaruh oleh aroma alkohol yang keluar dari tubuh serta mulut milik Azka.

Perlawanan Aira pelan-pelan mulai memudar, membuat Azka tanpa sadar mengukir senyuman tipis penuh akan kebahagiaan, sebelum pada akhirnya bangun dari posisi tidur dan mulai menggendong tubuh sang dosen dengan ala bridal style—masih terus-menerus menyatukan bibir mereka berdua.

Dengan langkah gontai dan kesadaran di ambang batas, Azka mulai melangkahkan kaki menuju salah satu ruangan yang berada di dalam apartemen milik Aira, sembari sedikit merekahkan senyumannya saat sang dosen mulai membalas ciumannya.

“What the fuck … aku bener-bener ngelakuin hal itu ke ibu Aira kemarin malam … tapi kenapa bisa aku sama dia? Perasaan kemarin malam aku pergi sama anak-anak, deh, dan nggak ada ketemu sama dia sama sekali,” batin Azka, melebarkan mata sempurna saat telah mengingat semua kejadian kemarin malam—kejadian yang membuat Aira benar-benar marah besar kepada dirinya, “Aku masih belum paham sama kejadian sebelumnya, tapi sekarang aku harus gimana? Mana ibu Aira itu dosen pembimbingku lagi … nggak mungkin semuanya akan biasa aja setelah ini. Aku benar-benar jadi bingung harus ngapain kalau ketemu sama dia lagi nanti … Argh … kenapa malah jadi kayak gini, sih?! Aku cuma mau ngelepasin masalah rumah doang, loh, tapi kenapa malah nambah masalah baru yang lebih besar? Kenapa Azka Elza Argantara?! Ken—”

Azka refleks menegakkan badan dan tersadar dari dalam dunianya sendiri, saat tiba-tiba saja merasakan tepukan pelan pada bahu kanannya. Ia sesegera mungkin mengalihkan pandangan, lalu menghela napas panjang saat melihat sosok cewek berkacamata yang begitu sangat dirinya kenali.

“Astaga … lu ngagetin gue aja, Liv, Liv,” kata Azka, menaruh stik drum yang sedang dirinya pegang ke tempat semula, kemudian mengusap-usap lembut dada bagian kirinya—berusaha menormalkan kembali detak jantungnya yang sempat tidak beraturan barusan.

Livia Renata—nama cewek berkacamata itu—memperbaiki posisi poninya yang sedikit berantakan sambil mengerutkan kening saat melihat respons dari Azka. Ia melangkahkan kaki ke depan tempat sahabatnya itu, kemudian sedikit mencondongkan tubuh—berusaha membaca isi pikiran Azka melalui sorot mata—meskipun tidak mendapatkan hasil apa-apa.

“Lu kenapa? Lagi ada masalah, kah?” tanya Livia, kembali menegakkan tubuhnya yang memiliki tinggi 160 cm, sebelum pada akhirnya mendudukkan tubuh di atas kursi piano yang berada tepat di samping kanan Azka.

Azka ingin memberikan jawaban, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat saat tiba-tiba saja mendengar suara dering handphone miliknya berbunyi. Ia mengambil benda pipih itu dari dalam saku celana, lantas membuka layar guna melihat sosok seseorang yang sedang berusaha untuk menghubunginya.

Bola mata Azka refleks memutar dengan begitu sangat malas, kala melihat nama sang mama di dalam layar kunci handphone. Ia ingin menolak panggilan telepon itu, tetapi lagi dan lagi mengurungkan niat saat mengingat sebuah pesan dari almarhum sang nenek—pesan yang terkadang menjadi sebuah belenggu bagi dirinya jika kedua orang tuanya bersikap semena-mena.

“Kalau bukan karena nenek … udah lama aku putusin hubungan sama mereka,” batin Azka, sebelum pada akhirnya mengangkat panggilan telepon dari sang mama, dan menempelkan handphone ke telinga kanan agar dapat mendengar suara perempuan yang telah melahirkannya ke dunia ini, “Halo … ada apa lagi, Ma?”

“Pulang … Mama sama papa mau ngomong sesuatu ke kamu,” jawab seorang perempuan paruh baya dari seberang telepon sana—tanpa asa sepatah kata pun sebagai sebuah sapaan.

Azka berdecak pelan, lantas mengusap wajahnya dengan begitu sangat kasar. “Mau apa lagi, sih? Udah nggak ada yang perlu diobrolin sama sekali … Azka udah gede … nggak usah diatur-atur la—”

“Berani kamu ngomong kayak gitu? Kalau nenek tahu kamu sekarang berubah jadi anak bandel … mungkin dia bakalan sedih ba—”

“Nggak usah bawa-bawa nenek!” potong Azka dengan begitu sangat cepat, sorot matanya berubah menjadi tajam saat sang mama terus-menerus membawa nama sang nenek ketika dirinya tidak ingin menurut, “Nenek harusnya kecewa sama Mama … karena Mama sebagai seorang anak cuma bisa bawa-bawa nama dia buat ngekang aku … aku berani jamin seratus persen, kalau nenek masih hidup … nenek akan … ak—Argh! Aku pulang sekarang! Ini yang terakhir kalinya! Kalau kalian berdua masih bersikap seenaknya … jangan harap kita bisa ketemu lagi!”

Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu jawaban dari sang mama, Azka segera mematikan sambungan telepon secara sepihak, lantas tanpa aba-aba melempar handphone-nya dengan sangat kencang ke lantai—membuat benda pipih itu hancur berkeping-keping.

Livia refleks melebarkan mata saat melihat hal itu. Ia ingin membuka suara, tetapi mengurungkan niat saat melihat ekspresi wajah Azka yang begitu sangat tidak bersahabat—ekspresi yang selalu ditunjukkan bila sahabatnya itu sedang tidak ingin diganggu sama sekali.

Azka kembali mengusap wajahnya dengan begitu sangat kasar, kemudian menghela napas panjang sebelum pada akhirnya bangun dari atas tempat duduk dan mengalihkan pandangan ke arah Livia. “Sorry, lu harus lihat semua ini … Gue pergi dulu … kasih tahu Mbak Ernie buat bersihin ini semua.”

Sesudah mengatakan hal itu, tanpa menunggu respons dari Livia, Azka buru-buru melangkahkan kaki keluar dari dalam ruangan studio musik, sembari mengepalkan kedua tangan sempurna di sisi tubuhnya.

1
Aulia Shafa
alurnya terlalu lama kak , maaaaaafff🙏
Aulia Shafa
kenapa sosok azka ini terlalu friendly banget sih , apa gak ada rasa tanggung jawab sedikitpun atas semua perbuatanmu itu 🤬🤬🤬🤬🤬
Aulia Shafa
kapan azka sama aira satu cerita lagi👍👍👍👍
Musoka: Nanti, ya 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!