Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Setelah istirahat singkat, rombongan delapan mobil kembali melaju. Kael memimpin di depan, memastikan rute aman.
Lana, yang duduk di samping Kael, menatap pemandangan di luar. Meskipun matahari baru terbit, ia melihat ada yang aneh. Tanaman di pinggir jalan tol—pohon, semak, dan rumput liar—terlihat sangat hijau, jauh lebih besar, dan seperti memiliki vitalitas yang terlalu agresif.
"Kakak, coba lihat," bisik Lana, tangannya menyentuh lengan Kael. "Tumbuhan di luar... mereka terlihat berbeda."
Kael melirik ke samping, matanya menyapu vegetasi di luar. Ekspresinya semakin serius. "Prophecy-mu terwujud. Malam tadi, hujan itu membawa mutasi pada flora dan fauna."
Kael segera menyalakan interkom, memperingatkan semua tim untuk menjaga jarak dari vegetasi dan bersiap menghadapi ancaman non-zombie.
Lana merasakan gelombang keputusasaan. Ancaman baru ini membuat masa depan terlihat semakin gelap.
Kael menyadari perubahan suasana hati Lana. Ia menarik Lana ke pangkuannya di kursi pengemudi.
"Jangan sedih, Sayang," Kael memeluk Lana erat-erat, dagunya bersandar di bahu gadis itu. "Ya, dunia menjadi semakin kecil. Tapi itu tidak penting. Yang penting adalah, kau aman bersamaku. Aku adalah dinding terakhirmu. Jangan takut."
"Aku tidak sendirian," gumam Lana, hatinya menghangat karena kelembutan Kael.
Kael tertawa pelan. "Hanya itu? Aku ingin bukti betapa kau mencintaiku. Bukti tidak bisa hanya diucapkan."
Kael memiringkan wajah Lana, dan sebuah ciuman yang dalam dan penuh kuasa segera mendarat di bibir Lana. Ciuman itu adalah badai, menegaskan kepemilikannya dan mengalihkan pikiran Lana dari kiamat. Lana hanya bisa pasrah, merasakan Kael menuntut seluruh kesadarannya.
Setelah ciuman itu selesai, Lana bersandar di dada Kael, wajahnya merah padam.
"Nanti malam, kita lanjutkan," bisik Kael, suaranya serak, matanya penuh janji yang nakal.
Lana hanya bisa memukul Kael pelan dan memejamkan mata, pura-pura tidur untuk menghindari godaan lebih lanjut.
Lana terbangun beberapa jam kemudian karena getaran mobil yang berhenti mendadak. Ia membuka mata dan melihat langit yang menghitam di luar, bukan oleh awan, tetapi oleh serangga.
Ratusan, bahkan ribuan, Vampire Hornets (Tawon Vampir) sebesar kepalan tangan, dengan mata merah menyala dan belalai tajam, menyerbu rombongan mereka.
Kael segera keluar dari mobil, menarik Lana bersamanya. Lana memegang Pedang Taktisnya. Ia kembali melihat Tawon Vampir itu mengabaikannya, menyerbu orang-orang di sekitarnya. Lana tahu: Mental Cloak Kael sedang bekerja. Rasa syukur yang dalam memenuhi hatinya.
"Lucas, Api! Ryder, Angin! Lindungi sisi mobil!" perintah Kael.
Chloe Vance dan timnya berjuang keras. Chloe melepaskan es untuk membekukan serangga, tetapi jumlahnya terlalu banyak.
"Captain Kael! Mereka terlalu banyak!" teriak Caleb, rekan setim Chloe, yang dengan setia menggunakan perisai apinya untuk melindungi Chloe. Matanya menunjukkan kekaguman yang mendalam pada Chloe, yang terlalu fokus pada pertempuran untuk menyadarinya.
Sementara itu, di tim Tempest, Captain Silas menjerit saat cangkang logam di kepalanya (kemampuan pertahanannya) dihantam serangga secara terus-menerus.
"Kepalaku bukan drum! Kalian diam saja dan biarkan aku dipatuk!" raung Silas, membuat timnya tertawa di tengah kekacauan.
Riley, di sisi lain, berjuang keras menggunakan semburan airnya. Ia terhuyung mundur karena serangan serangga. Tiba-tiba, ia merasakan lengan kuat menariknya.
Ryder, Captain Fenrir yang memiliki kecepatan Angin, menyelamatkannya. Riley jatuh ke pelukan Ryder, merasakan aroma hutan yang bersih dari pria itu.
"Hati-hati, Nona," ujar Ryder, matanya yang tajam menatap Riley, wajahnya memerah samar.
"T-terima kasih," balas Riley, hatinya berdebar.
Melihat semua tim kelelahan, Kael mengakhiri permainan. Ia memeluk Lana erat, berkonsentrasi penuh. Kael melepaskan seluruh energi listrik Level 4 puncaknya.
BOOOM!
Kilatan petir yang luar biasa menyambar ke segala arah. Serangga yang tersisa langsung hangus menjadi abu dan jatuh ke tanah. Kael telah mengakhiri pertempuran yang panjang dalam sekejap mata.
Krisis berlalu, menyisakan keheningan dan kelelahan. Kael membawa Lana kembali ke RV. Suara ban RV yang melindas sisa-sisa cangkang serangga yang renyah terdengar menyeramkan.
"Kita harus lebih cepat," gumam Kael, tangannya tidak pernah lepas dari Lana. "Portland menanti."
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu