Cinta Yang Tertunda Princess Kesha & Arxel

Dua jam berlalu _____ Arxel masih duduk di dekat Kesha dengan tangan yang masih berpegangan. Arxel tak hentinya menatap wajah cantik Kesha yang sedang tertidur pulas.

Tidak lama kemudian _____ Dokter Kevin pun sampai di ruangan Kesha. Kesha yang mendengar suara pintu pun terbangun.

"Hai Princess apa kabar?" tanya Kevin.

"Better om," balas Kesha.

"Aku cek dulu ya, gimana perasaanmu?" tanya dokter Kevin sambil mengecek tensi darah Kesha.

"Aku masih terbayang masa-masa itu om, tapi tadi aku tidur sangat lelap, om aku ingin pulang aku sudah tidak betah disini"

"Hm... Sabar ya tensi darah kamu belum baik masih rendah, nanti kalau semuanya baik boleh pulang." tutur Kevin sambil menutup alat tensi darahnya.

Tidak lama kemudian _____ Keyvan dan Istrinya sampai di ruangan Kesha begitu pun dengan Raka dan Istrinya.

"Hai Princess, gimana keadaanmu? Ma'af ya aku baru bisa kesini" ucap Vitha sambil memeluk Kesha.

"Aku baik, Mana anak-anak?" tanya Kesha.

"Mereka sedang sekolah, Eca cepat pulih ya aku sedih melihatmu seperti ini" sambung Azalea istri Raka.

"Terimakasih Azalea, duduk lah kalian sudah makan belum? Arxel membeli banyak makanan" kata Kesha.

"Aku akan memakannya," ucap Raka sambil membuka plastik lalu makan apa yang ada didalam plastik itu.

"Ya tuhan Abang tadi sudah makan dirumah, ini makanan Eca kenapa dimakan juga" geram Azalea.

"Aku lapar lagi Sunshine, Key duduk makanlah sebelum bergelut dengan tumpukan berkas" kata Raka sambil mengunyah.

"Eh Raka, badanmu udah segede kingkong masih saja doyan makan," sambung Kevin.

"Mumpung masih bernapas apa yang ada makan saja, kalau sudah dikubur gak bisa makan apa pun" balas Raka.

"Untungan kaya, kalau tidak bangkrut punya suami sepertimu" ucap Kevin dengan heran.

"Hahay.. Uangku banyak bahkan aku kalau beli stok makanan sampai satu truk" balas Raka.

"Amit-amit, Azalea kamu suka sama apanya sih dia itu menyebalkan dan rakus dan hobby nya pun aneh mengumpulkan orang gila" kata Kevin sambil bergidik geli.

Sedangkan yang lain hanya menyimak dan melihat kearah Raka yang sedang asyik makan.

"Aku suka semuanya" jawab Azalea.

"Nah kan, om Kevin denger sendiri kan kalau istriki cinta mati" timpal Raka.

"Gak kalau itu, kalau mau mati, mati saja jangan mengajakku, aku masih muda dan masih ingin menikmati hidup" balas Azalea.

"Hahaa... Hahaa... Sudah sadar diri saja Raka, kamu sudah 40 tahun sedangkan istrimu masih 21 tahun sebentar lagi jadi janda, kamu sudah aki-aki astaga..." kata Kevin dengan puas sambil tertawa terbahak-bahak.

"Eh.. Om ku yang tampan serumah sakit jiwa, umur hanyalah angka biarpun sudah 40 tahun aku masih perkasa dan terlihat masih muda gak kebanting amat sama Azalea" balas Raka sambil mengunyah.

Sedangkan Kesha, Arxel, Vitha hanya menyimak berbeda halnya dengan Keyvan yang hanya diam seperti patung.

"Tetap saja, lima tahun lagi kamu akan megang tongkat, dan anak-anakmu tidak pantas memanggilmu Baba tapi mereka akan memanggilmu Grandpa hahaa... hahaa" Dokter Kevin tak hentinya meledek Raka karena mereka kalau dekat akan selalu saling meledek.

"Tidak akan, aku masih sehat bugar Om, Masih kuat nina ninu semalam sampai lima kali pun ya kan Sunshine"

"Sudah diam! Rainbow aku jalan dulu, Princess sayang cepat sembuh ya" ucap Keyvan sambil mencium kening Vitha dan mengusap kepala Kesha.

Lalu Raka dan Keyvan pun pergi sedangkan Vitha, Azalea masih di dalam ruangan Kesha sambil berbincang sementara Arxel sedang menatap laptopnya di balkon.

***

Disebuah Villa pinggir laut _____ Widia tampak seperti gembel dengan tangan dan wajah yang memerah akibat terkena air sup panas yang disiram oleh Aisha.

Kenzie sengaja membawa Widia ke Villanya untuk dijadikan pelayan dan mengurus para pekerjanya. "Aku lelah aku ingin istirahat, sedari pagi aku tak hentinya bekerja" pekik Widia dengan kesal.

"Diaaam! plak... plak..." pekik anak buah Kenzie. ia adalah kepala pelayan di villa itu. Wanita paruh baya itu di tugaskan oleh Kenzie untuk menyiksa Widia.

"Ahh... Sakit tolong lepaskan aku dari sini aku ingin bertemu putraku" pekik Widia.

"Jangan harap keluar dari sini itu masih sempurna kalau tidak gila ya mati, kau salah cari lawan Widia! kau sudah memperlakukan anak kesayangan King menderita dan itu harga yang mahal untuk kau tebus lebih baik nurut saja dan terima hukumanmu!" kata Kepala pelayan itu sembil menyenggol Widia sampai terhuyung.

Keyvan dan Raka pun yang hendak pergi ke kantor mampir ke Villa dan menyaksikan itu semua. Keyvan pun menghampiri Widia. "Ini baru awal nenek tua, dan aku tidak akan mengampunimu entah besok kamu akan kehilangan tanganmu atau kakimu" kata Keyvan dengan nada menyeramkan.

"Hahay... Nyesel gak lo sapu lidi, makanya jadi mertua itu harus baik, eh kamu malah menyuruh putramu selingkuh emang dasar gila lo ya" sambung Raka sambil mengunyah coklat Barnya.

"Tolong ma'afkan aku, aku menyesal" kata Widia sambil berjongkok lalu melirik kearah meja yang ada pisau buah tergeletak.

"Itu tergantung Princess, selama Princess masih sakit kau akan merasakan sakit juga" kata Raka yang tak hentinya mengunyah.

Lalu Widia pun berlari dan mengambil pisau itu dan hendak di tusukan kearah perut Raka. Raka yang mempunyai insting kuat mencekal tangan Widia.

"Wah ada nyali juga Key" kata Raka. Lalu Keyvan pun menjambak Rambut Widia dan menarik tangan Widia lalu di letakan di meja. Jreep... Sraak...

"Ahhh..." pekik Widia yang merasakan sakit luar biasa karena Keyvan memotong jari telunjuknya.

"Tangan ini adalah tangan yang selalu menunjuk adikku, dan tidak pantas ada pada tempatnya. Lain kali aku akan merobek mulutmu yang seringkali meneriaki adikku!" kata Keyvan dengan emosi yang di tahan.

Widia pun menangis meraung-raung sambil memegang tangannya yang banyak mengeluarkan darah. "Ahhh... Sakit tolong bawa aku kerumah sakit" pekiknya.

"Obati dia dan jangan sampai mati! kasih makanan enak dan bergizi supaya sehat terus kalau sehat aku semangat untuk menyiksanya" perintah Keyvan kepada anak buahnya lalu melenggang pergi bersama Raka.

***

Di rumah Ammar _____ Dharma pun sedang kebingungan mencari Widia, Ammar dan Nadia. ketiga orang itu bagaikan ditelan bumi.

"Sedari kemarin aku mencarinya tapi tidak menemukan apa pun nomor ponselnya gak ada yang aktif, aku ke kampus, ke toko bukunya tidak ada Ammar, sebenanrnya mereka kemana? aku pun bulak balik kerumah besanku tidak bisa menemui besanku, sebenarnya ada apa? lebih baik aku minta bantuan polisi saja" gumam Dharma lalu melenggang pergi untuk menuju kantor polisi.

Tidak lama kemudian _____ Dharma pun sampai dikantor polisi dan menceritakan segalanya.

"Kerjaan kami banyak jangan membawa laporan yang tidak masuk akal mungkin saja ketiga orang itu sedang berlibur" kata polisi yang menolak laporan Dharma.

"Sudah beberapa hari tidak ada kabar tolong aku, untuk menemukan istri dan putraku" seru Dharma.

"Apa ada petunjuk atau yang lainnya yang mengarah keluarga anda diculik?" tanya Polisi.

Dharma pun menggeleng kan kepalanya. "Aku tidak ada bukti apapun yang jelas ini aneh sekali, aku mohon tolong aku,"

"Pulang jangan membuat kepalaku pusing! Laporan anda aneh sekali lebih baik pakai jalur media sosial saja, kali saja keluargamu kabur" kata polisi dengan geram.

Dharma pun keluar dari kantor polisi itu dengan kesal. Ia ingin mengamuk namun yang dikatakan polisi itu benar ia tidak mempunyai bukti apa pun.

"Lalu aku harus gimana dan bagaimana?" gumamnya dengan bingung.

***

Sore hari _____ Dirumah sakit Kesha sedang memakan buah yang sudah di kupas Arxel. Arxel begitu telaten menjaga Kesha bahkan Kesha sudah bisa tertawa dan mau makan banyak.

"Selalu tersenyum ya, itu lebih cantik" kata Arxel.

"Ar, soal ucapanmu tadi aku minta ma'af aku gak bisa menerima itu semua sahabat lebih baik, dan..?"

"Sshh.. Sudah jangan banyak bicara soal itu, anggap saja angin lalu, itu tidak penting lupakan saja, fokus dengan kesehatanmu ya" kata Arxel sambil menyuapi buah jeruk yang sudah ia buang kulitnya.

"Iya pak bos" ucap Kesha sambil tertawa.

Tidak lama kemudian ____ Kenzie dan Aisha pun sampai keruangan Kesha. Kenzie dan Aisha melihat putrinya sedikit ceria dan mendengar suara tawanya kembali.

"Daddy... Mamu..." pekik Kesha.

"Yes sayang, udah makan belum?" tanya Kenzie.

"Belum aku menunggu Mamu bawa makanan" balas Kesha.

"Princess, Auntie, Uncle, aku pergi dulu ya Daddy sama Mommy sudah sampai di Jakarta" kata Arxel.

"Baiklah. Thanks ya Ar," kata Kenzie.

"Salam buat Daddy dan Mommy mu Ar" timpal Aisha.

"Iya Auntie. Uncle, Princess aku pergi dulu besok kesini lagi, bay selamat sore" ucap Arxel lalu melenggang pergi.

30 menit kemudian ____ Arxel pun sampai di rumahnya. Arunika dan Axel hendak pergi untuk menengok Kesha.

"Dad, Mom," sapa Arxel.

"Hai Boy, kau sudah kembali Daddy dan Mommymu mau kerumah sakit" kata Axel.

"Kenapa wajahmu di tekuk gitu? gimana keadaan Princess?" tanya Arunika.

"Hm.. Tidak baik Mom, dia mengalami trauma" ungkap Arxel.

"Kan aku bilang apa dulu, jika kamu mencintainya ungkapkan jangan mengulur waktu, akhirnya apa dia menikah dengan lelaki yang tidak bertanggung jawab pada akhirnya kalian berdua yang tersiksa" seru Axel dengan gemas.

"Gimana mau mengungkapkan, dia menganggapku hanya sebatas teman Dad, dan tadi aku sudah mengungkapkannya" balas Arxel dengan santai.

Axel dan Arunika pun saling memandang. "Astagaa... Kau itu bodoh, masa iya mengutarakan cinta di saat seperti ini sih pasti di tolak kan?" geram Axel yang tidak habis pikir sama putranya.

"Ya dia belum menerimaku,"

Arunika pun menghela napasnya atas apa yang dikatakan Arxel. "Kaya kamu Axel tidak ada romantisnya, masa menyatkan cinta di rumah sakit dan di saat perempuannya sedang trauma itu yang sakit kamu Ar bukan Kesha"

"Aku tidak tahu harus apa dan bagaimana dan aku tidak paham dengan itu semua selagi ada kesempatan untuk bicara ya aku ungkapkan perasaanku"

"Sudah baby ayo kita kerumah sakit, pusing mendengar dia bicara" ajak Axel sambil menarik tangan Arunika lalu melenggang pergi.

"Ah masalah ungkapan cinta gak penting yang penting aku serius dan cinta itu benar adanya, satu lagi pembuktian lebih penting dari hanya sekedar ungkapan cinta" gumam Arxel lalu pergi untuk menuju kamarnya.