NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:437
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Sudah satu minggu ruang rawat intensif itu menjadi saksi bisu ketidakpastian. Satu minggu sejak Kenny terbaring tak sadarkan diri, tubuhnya melemah oleh tusukan yang hampir merenggut nyawanya. Dan satu minggu pula Keyla tidak meninggalkan sisinya sedetik pun.

Hari itu, cahaya matahari yang lembut masuk melalui celah tirai rumah sakit. Udara dingin dari AC membuat ruangan terasa begitu tenang, namun bagi Keyla, ketenangan itu justru terasa seperti genangan air yang bisa pecah kapan saja. Setiap hari ia duduk di kursi kecil di sisi ranjang, memegang tangan Kenny yang dipasangi infus, seolah genggaman itu menjadi satu-satunya hal yang menghubungkan mereka pada kenyataan bahwa lelaki itu masih bisa kembali.

“Bangunlah…” bisiknya lirih untuk kesekian kalinya. Suaranya gemetar, tapi tetap penuh harap. “Aku masih nunggu. Semua orang masih nunggu.”

Ia menatap wajah Kenny — pucat, dengan rambut sedikit acak dan beberapa perban di bagian bahu serta sisi tubuh. Luka tusukan itu benar-benar dalam. Dokter sudah menjelaskan bahwa keajaibanlah yang membuatnya bertahan.

Dan keajaiban itu akhirnya datang.

Awalnya hanya gerakan kecil di ujung jari. Keyla ragu apakah itu hanya refleks tubuh. Namun ketika ia menggenggam tangan itu lebih erat, sebuah respons ringan terasa — tekanan balik, tipis, tapi nyata.

Keyla menahan napas. “Kenny?”

Kelopak mata Kenny bergerak pelan, seperti seseorang yang berusaha menembus kabut tebal. Helaan napasnya berubah ritme. Dan perlahan, pasang-pasang bulu mata itu terangkat.

Dunia seolah berhenti.

Mata itu… mata yang selama seminggu hanya ia ingat dalam bayangan… kini benar-benar terbuka.

Samar. Kebingungan. Tapi hidup.

“K-Keyla…?” suara serak itu terdengar sangat lemah, namun cukup untuk membuat air matanya pecah tanpa bisa ditahan.

“Ya! Ya, aku di sini!” Keyla langsung membungkuk, menggenggam tangan Kenny dengan dua tangannya sekaligus.

Kenny berkedip beberapa kali, kesadarannya masih kembali sedikit demi sedikit. “Aku… masih hidup…?”

Keyla mengangguk cepat, wajahnya basah air mata. “Iya. Kamu selamat. Kamu—” suaranya pecah, “—kamu kembali.”

Kenny memandang Keyla lama sekali, seakan ia belum bisa percaya.

“Terima kasih…,” bisiknya. “Karena kau tetap di sini.”

Keyla menunduk. “Aku nggak akan pergi. Nggak akan.”

Tak butuh waktu lama sampai kabar itu menyebar ke seluruh keluarga. Hanya dalam hitungan menit, lorong rumah sakit menjadi ramai oleh langkah-langkah tergesa, suara isak, lega, dan kelelahan yang terbayar.

Pak Darsa datang pertama kali, wajahnya tegas namun matanya berair. Menyusul Bu Alya yang langsung memeluk Keyla sebelum menghampiri ranjang Kenny. Kemudian menyusul paman, bibi, sepupu, kerabat dekat, bahkan teman-teman Kenny yang datang satu per satu.

Ruangan menjadi sesak oleh kehangatan dan kekhawatiran yang akhirnya terjawab.

“Kenny, kamu bikin semua orang hampir jantungan,” kata Pak Darsa, mencoba tersenyum walau suaranya bergetar. “Lain kali jangan nekat begitu lagi.”

Kenny hanya tersenyum tipis. “Maaf, Ayah…”

Sementara itu Bu Alya membelai rambut putranya yang mulai tumbuh sedikit acak. “Yang penting kamu kembali. Kami semua sangat khawatir.”

Beberapa sepupu mendekat sambil membawa buah-buahan dan balon bertuliskan ‘Get Well Soon’. Ada yang menangis, ada yang tertawa lega, dan banyak yang berterima kasih berulang kali kepada Tuhan karena Kenny berhasil melewati masa kritis.

Satu hal yang semua orang sadari hari itu: Kenny tidak pernah benar-benar sendirian. Rasa sayang dan kepedulian mengalir dari setiap sudut ruangan.

Dan ketika semua orang sibuk mengucapkan selamat dan mendoakan kesembuhan, ada satu sosok yang berdiri tidak jauh dari ranjang — Keyla. Ia tidak ingin mengganggu, tidak ingin merebut perhatian keluarga. Namun tetap saja beberapa mata memperhatikannya.

Bu Alya menoleh dan tersenyum hangat.

“Keyla, kemarilah. Kamu juga harus dekat.”

Keyla sedikit tersentak, tidak menyangka ia dipanggil. “I—iya, Bu.”

“Kamu sudah menemani Kenny dari hari pertama,” lanjutnya lembut. “Kamu berhak ada di sini sama seperti kami.”

Kenny menoleh, matanya melembut ketika melihat Keyla kembali mendekat.

“Duduk di sini,” katanya pelan, menepuk sisi ranjang.

Keyla menurut, duduk di kursi yang memang sejak awal ia tempati selama satu minggu penuh.

Beberapa kerabat saling bertukar pandang, sebagian tersenyum melihat kedekatan mereka. Tidak ada yang berkomentar terang-terangan, tapi kehangatan itu terasa jelas.

Setelah beberapa jam berlalu, keluarga dan kerabat mulai pulang satu per satu, memberi ruang agar Kenny bisa beristirahat. Hari sudah menjelang malam ketika hanya Keyla yang tersisa di ruangan, duduk dengan tenang di sampingnya.

“Kamu nggak istirahat? Seminggu pasti capek banget,” tanya Kenny lemah.

Keyla menggeleng. “Nggak apa-apa. Yang penting kamu udah sadar.”

Hening sejenak. Hening yang terasa begitu berbeda dibandingkan seminggu terakhir. Kali ini bukan hening penuh kekhawatiran, tapi hening yang lembut… hangat.

“Kamu nggak tahu… betapa takutnya aku waktu itu,” ujar Keyla perlahan, suaranya hampir tak terdengar. “Waktu kamu jatuh di depan aku… waktu kamu berdarah… aku pikir…” Ia menundukkan kepala, air mata mengalir lagi. “Aku pikir aku bakal kehilangan kamu selamanya.”

Kenny menatapnya dalam-dalam, memperhatikan setiap getaran di wajah Keyla.

“Aku janji,” katanya lirih sambil mencoba menggerakkan tangannya untuk menyentuh tangan Keyla. “Aku nggak akan pergi dari hidup kamu. Bukan sekarang. Bukan nanti.”

Keyla menggenggam tangannya dengan kedua tangan, hangat dan erat.

“Jangan ngomong gitu kalau kamu sendiri yang penuh luka begini,” katanya, mencoba tersenyum walau suaranya serak.

Kenny ikut tersenyum. “Kalau aku bisa bangun hanya untuk lihat kamu lagi… itu sudah cukup.”

Kata-kata itu membuat Keyla terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat, bukan karena cemas seperti sebelumnya, tapi karena sesuatu yang jauh lebih lembut… lebih jujur.

Sejak kejadian itu, hubungan mereka memang berubah. Ada benang yang sebelumnya samar kini menjadi semakin terang dan kuat. Rasa yang dulunya hanya sebatas perhatian kini berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Kenny memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam. “Keyla…”

“Hm?”

“Waktu aku pingsan… aku dengar suara kamu.”

Keyla tertegun. “Suara aku?”

Kenny mengangguk pelan. “Kamu manggil-manggil aku. Kayak… kamu nggak mau aku pergi. Suara itu yang bikin aku balik.”

Air mata Keyla menetes lagi, tapi kali ini penuh harapan.

“Kalau kamu pergi… aku nggak tahu harus gimana,” katanya jujur.

Kenny menatapnya dengan tatapan yang tidak pernah ia berikan pada siapa pun.

“Kamu nggak akan sendirian. Aku di sini. Dan aku… ingin tetap ada di sisi kamu.”

Keyla tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia menunduk, menghapus air mata dengan punggung tangan. Ketika ia mendongak, Kenny mengangkat tangannya untuk menyentuh pipinya — lemah, tapi hangat.

“Kamu penting buat aku, Key,” kata Kenny. “Lebih penting dari yang kamu tahu.”

Keyla menutup mata sejenak, meresapi setiap kata itu.

“Begitu juga kamu, Ken.”

Di ruangan yang hanya ditemani suara detak monitor jantung dan lampu redup malam rumah sakit, dua hati yang sebelumnya terpisah oleh rasa takut dan jarak kini saling mendekat. Tidak ada lagi keraguan yang menahan mereka.

Sejak malam itu, mereka tidak lagi hanya dua orang yang saling menyelamatkan. Mereka menjadi dua jiwa yang mulai menyatu, saling melengkapi, dan saling menemukan keberanian untuk melangkah maju bersama.

Dan Keyla tahu satu hal dengan pasti: ia tidak akan pernah melepaskan tangan Kenny lagi.

Sementara Kenny, dengan luka yang perlahan sembuh, merasa hidupnya akhirnya menemukan tempat untuk kembali — tempat itu bernama Keyla.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!